Memegang dadanya yang terasa begitu sesak sambil meremas botol kaca bulat itu. Tubuhnya seolah melayang ke planet lain dan tak lagi berpijak di bumi ini.
"Emme! Emme tidak apa-apa?" tanya Auden dengan nada khawatir. Kelopak matanya terbuka pelan sambil menatap suaminya dalam. Laki-laki ini yang menyeretnya dalam pusaran masalah tiada ujung.
Tidak menjawab Ayla berjalan cepat menuju kamar, masih meremas botol parfum tersebut hingga merasakan jika tangannya sakit.
"Emme!" tegur Auden ikut berlari menyusul istrinya ke kamar.
Ayla berbalik, Auden berjalan ke arahnya. Wanita itu kian berjalan mundur dan menabrak ujung ranjang.
"Aku sebenarnya hanya pembawa kantong anak agar kamu bisa punya anak, kan?" tanya Ayla dengan bibir gemetar dan sakit di dada yang terasa menghimpit dada.
Kilatan marah terlihat di mata Auden, rahang pria itu mengetat.
"Kenapa Emme bisa bertanya seperti itu?" Auden bertanya balik penasaran.
Ayla menggeleng. Sebenarnya dia tahu hanya menambah daftar panjang sakit hati jika dia membandingkan dirinya dengan Sandra yang sempurna sana sini.
"Edde akan kembali pada istri dan bawa anak-anakku?"
"Iya, kan? Begitu, kan?" desak Ayla.
Masih terdiam tanpa ekspresi Auden berjalan mendekat sedangkan Ayla menggeleng, tangannya mengusir agar laki-laki ini mendekat ke arahnya.
"Jangan mendekat!" pekik wanita itu dengan suara keras memberi gelengan.
"Emme bisa dapat tuduhan itu dari mana?" tanya Auden dengan tenang. Tidak ada kemarahan di wajahnya, tapi tatapan melunak ingin mendekap istrinya dengan begitu sayang.
"Karena begitu kenyatannya!" balas Ayla menatap Auden dalam. Dia tahu dan sangat tahu posisinya, jika memang laki-kaki ini ingin dia pergi, dia akan pergi jauh.
"Aku akan pergi bersama anak-anakku dan kita akan bercerai!" Ayla begitu ketakutan mengatakan ini karena dia tahu setelah kalimat laknat itu keluar dari mulutnya, rasa penyesalan selalu hinggap di seluruh tubuhnya.
Menggeleng dengan keras dan berjalan dengan begitu cepat Auden sudah menangkap tubuh kecil istrinya yang sudah menangis keras sambil berontak seperti orang gila.
"Tidak semua yang Emme pikirkan kenyataannya seperti itu," bisik Auden membuat Ayla mendongak sambil mencerna kalimat ambigu tersebut.
Masih memeluk istri kecilnya membiarkan dia menyelesaikan tangisannya.
Ayla merasakan genggaman botol di tangannya, sengaja diangkat dan menunjukkan pada Auden jika ini adalah salah satu sumber masalah.
Menyemprotkan di pergelangan tangan dan mendekatkan ke hidung Auden seolah menyuruh laki-laki itu menciumnya dan melihat reaksinya. Apa yang akan dia lakukan saat mencium aroma parfum Sandra, wanita yang dia cintai.
Ayla tahu! Sangat tahu! Cinta laki-laki ini telah habis di istrinya, dia hanya melanjutkan hidup bersamanya karena rasa tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
"Edde bisa baca apa yang ada di kepala Emme?" tanya Ayla menantang sedangkan Auden menggeleng polos.
"Parfumnya wangi?" pancing Ayla sengaja menyemprotkan di seluruh tubuhnya. Dia sudah lebih tenang, walau dadanya masih terasa panas dan sesak. Benci sekali dengan perasaan sial ini!
"Emme akan pakai parfum ini terus." Mencoba untuk tersenyum palsu, dia ingin mengetes dan memuaskan ego laki-laki ini, siapa tahu Auden refleks menyebut Sandra saat mencium wangi parfum yang dia kenakan, ya cari penyakit emang, tapi ibu laki-laki ini yang memulai semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU INGIN CERAI!
Romance"Aku hanya ingin cucu darimu dan takkan pernah sudi punya menantu hina sepertimu!" Hanya air mata yang menjawab semua hinaan yang diterimanya. Ayla tahu dia tidak pernah dinginkan siapa pun. Dirinya sadar hanya tempat pembuangan sperma suaminya. "...