Halo, selamat datang dan selamat membaca.
(Happy reading).
❣️❣️❣️
"Pisang!"
Gadis dengan setelah olahraga SMA JAYA BAKTI itu menoleh saat seseorang memanggil namanya. Memang namanya adalah Bana. Tapi karna nama lengkapnya Bana Nayara kebanyakan memanggilnya Banana atau Pisang dari pada nama aslinya, Bana.
"Sampai kapan lo mau bolos kaya gini?" tanya Rayna, sang ketua kelas di kelasnya.
"Gue cuma izin bentar kok, ntar gambarnya udah selesai gue balik ke kelas" jawab Bana sembari melanjutkan aktivitas gambarnya.
Rayna memilih duduk sambil memperhatikan Bana menggambar. lagi-lagi gadis itu menggambar laki-laki tanpa wajah.
"Gue tebak. Pasti kak angga."
"Seratus."
Rayna menggelengkan kepalanya, entah sampai kapan gadis disampingnya ini mengejar seseorang yang sama sekali tak meghargainya.
"Cepettan, gih, ikut gue. Gue di utus bu Hana buat manggil elo."
"Bu Hana? Bukannya sekarang pelajaran bahasa inggris, kenapa bu Hana yang masuk?"
Tanya Bana heran. Gadis itu sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari buku gambarnya."Ya emang salah ya, kalo ibu manggil anaknya."
"Ya nggak gitu maksud gue. Gue cuma heran aja kenapa dia manggil gue."
"Mending lo samperin deh, tadi gue liat bu Hana marah-marah."
Bana mengerutkan keningnya, marah-marah? Kenapa ibunya marah-marah? Perasaan ia tak melakukan kesalahan apapun hari ini. Lagi pula baru kali ini ibunya memanggilnya saat pelajaran berlangsung, biasanya wanita itu memanggilnya saat istirahat ataupun pulang sekolah.
"Ya udah, yuk" ajak Bana sembari beranjak berdiri dan meletakkan buku gambarnya di kursi.
"Nggak lo bawa sekalian?" Tanya Rayna.
"Nanti gue balik lagi."
❣️❣️❣️
"Kamu bully dia?" Sentak bu Hana saat Bana baru saja duduk di samping wanita itu.
Bana menatap gadis yang satu ini menangis di pelukan ibunya, Bana yang tak paham akhirnya menunjuk dirinya sendiri sembari menunjukkan raut wajah tanda tanya."Sintia?" Panggil Bana, tapi tak ada sahutan sama sekali eh gadis itu.
"Nangis lo, kemari aja sok belagu, sek-"
"Bana!"Bu Hana kontan memotong ucapan gadis itu dengan bentakan.
"Bunda minta kamu minta maaf sekarang" lanjut bu Hana.
"Bunda di sini Bana nggak salah"
"Nggak salah? Wajah anak saya gatal-gatal karna kamu siram pake' kuah bakso kemarin!" Bentak Ratna yang tak lain adalah ibu Sintia.
"Ya udah Bana minta maaf" itulah Bana, gadis dengan sejuta kepedeannya, kesabarannya, dan kegilaanya.
"Kamu kira hanya dengan minta maaf bisa ngabarin anak saya"
"Ohh, bilang aja kalo tante butuh dana, nih" dan satu lagi, kebaikannya yang tercampur sedikit kata sombong.
❣️❣️❣️
Bana kembali ke rooftop, setelah tadi di ruang bu Hana, ia di marahi habis-habisan akhirnya ia bisa menghembuskan nafas leganya di rooftop, tempat favoritnya.
Kenapa tidak kembali ke kelasnya? Jawabannya, untuk apa? Ia sudah pintar hanya kurang kedisplinannya saja, toh bu Hana yang tak lain adalah ibunya, mengijinkannya, asalkan nilainya tak turun barang satu angka pun.
Mudah bukan?.
Bana kembali duduk di kursi kebanggaannya, gadis itu juga mengambil buku gambar beserta pensilnya.
Matanya seketika melotot saat gambar- gambar yang selama ini ia gambar telah di coret-coret entah siapa yang melakukannya. Dan karna inilah mengapa ia kemarin ia menyiram sintia dengan kuah bakso.
"Nggak usah marah, cuma gambar kok,"monolognya.
"Tapi ini gambar kak angga"
"Kan bisa di gambar lagi"
"Bisa sih bisa, tapi ini kak angga"
"Sabar Bana, sabar, kontrol emosi lo"
"Nggak bisa! Masalahnya ini kak angga"
"Bisa kok bisa, tahan-tarik nafas, hem-uhk, uhk!" Bana kontan tersedak salivannya sendiri saat menyadari ada seseorang yang sadari dari tadi menyimak monolognya.
"Pisang gila ya?" Tanya Aika sembari berjalan mendekat kearah Bana.
"Enggak, tadi gue cuma mraktein setan sama malaikat aja"
"Ha?" Bengong Aika karan tak paham dengan ujarnya Bana barusan.
"Iya, setan sama malaikat, dari tadi ribut" jelas Bana sambil menunjuk pundak kiri dan pundak kanan secara bergantian.
"Kalo bidadarinya ada nggak?," tanya Aika.
"Ada"
"Mana?"
"Nih, gue"
Aika kontan mendatarkan wajahnya, padahal ia sudah serius-serius malah di jawab candaan oleh Bana.
"Gue serius," ujar Bana seakan tau dengan isi kepala Aika.
Jika di lihat- lihat, wajah Bana memang cantik dengan pipi gembul serta bulu mata lentik yang membuatnya lebih ke imut, tapi itu sama sekali tak mendeskripsikan seorang bidadari bagi Aika, karna baginya bidadari adalah seseorang seperti dirinya, udah cantik, imut, baik pula.
"Lo disini ngapain?," tanya Bana memecah lamunan Aika tentang bidadari.
"Sampe lupa, Pisang liat bang leon, bang arga, bang angga, sama bang Jack nggak?"
"Kalo kak Jack, kak Leon, sama kak arga, gue nggak ngerti, gue ngertinya kak angga"
"Dimana?"
"Disini," jawab Bana, gadis itu tertawa dan menunjuk dadanya, membuat Aika sontak mencabut lengan Bana, alhasil tawa Bana tergantikan oleh ringisan gadis itu.
"Aku serius pisang!"
"Gue juga"
"Hadeh," keluh Aika sembari berjalan meninggalkan Bana yang sedang mengelus lengannya akibat cubitan Aika barusan.
Setelah kepergian Aika, Bana kembali meraih buku gambar beserta pensilnya, berniat melanjutkan karyanya, tapi-
"Ini ulah siapa sih?"
"Ulah lo sendiri karna lo tinggal"
"Tapi biasanya di tinggal juga nggak papa kok"
"Ya udah gambar lagi aja"
"Tapi ini kak angga, nggak bakal gue maafin orang yang udah berani coret-coret gambar kak angga"
"Cuma gambar Bana, sabar, tahan, ok"
"Nggak bisa! Ini kak angga!"
"Sabar,"finalnya sembari mengelus dadanya sendiri.
❣️❣️❣️
Terimakasih,
Jangan lupa meninggalkan jejak❣️.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always for you
Teen FictionBana Nayara, seorang gadis yang rela di anggap aneh oleh orang yang di cintainya, rela di anggap gila oleh teman seperjuangannya, dan rela di anggap bodoh oleh orang tuanya. Tapi biar bagaimana pun tanggapan Bana tentang mereka sama, ia rela melakuk...