.
.
.
.
.
.Jangan lupa vote dan komen.
.
.
.
.
[ HAPPY READING ]Sumpah serapah dari tadi keluar dari mulut Bana. Pastinya, gadis itu sangat kesal sekarang karena Angga yang mengusirnya dari rumah laki-laki itu. Bana bahkan sempat memencet bel rumah itu berulang kali, harap-harap tuan rumah kesal karena suara berisik itu. Tapi apa, Angga bahkan tak kembali membukakan pintu, laki-laki itu juga diam saja saat Bana nekat merusak bel itu.
"Untung gue sayang!" Finalnya.
Gadis itu lantas berjalan santai menuju rumah sakit. Untung jaket Angga melekat di tubuhnya. Jika tidak, sudah di pastikan ia akan mengigil kedinginan.
"Nenek nenek si bongkok tiga siang mengantuk malam berjaga, mencari cucu dimana ada, nenek menikah dengan anak raja, nenek nenek si bongkok tiga siang mengantuk malam berjaga mencari cu–"
Bana menghentikan nyanyiannya. Gadis itu dengan cepat bersembunyi di balik tembok, dengan sesekali mengintip dari balik tembok.
"Pulang kak! Mama nyariin kakak terus."
"Kalo gue pulang, gue yakin mama bakal bakar gue hidup hidup."
"Enggak, ayo pulang kak, mama sedih."
"Bukannya mama seneng kalo bebannya ilang."
"Enggak, pulang kak, ayo pulang sama Nara."
Bisa Bana liat, jika lawan bicara Nara berdecih mendengar ucapan Nara. Mungkin itu adalah kakak perempuan Nara, karena wajah mereka yang mirip.
"Pergi anjing, lo budeg? Barusan Puput bilang apa, pergi!"
"Gue nggak ngomong sama lo, gue ngomong sana kak Puput."
"Pergi. Bilang ke mama, gue nggak akan pulang sebelum mama mau nerima Elang."
"Apa dia lebih penting daripada keluarga kita kak," suara Nara terdengar sangat putus asa. Gadis itu menundukkan kepalanya, tapi hal itu sama sekali tak membuat Puput berubah pikiran.
Elang yang tak lain adalah pacar Puput lantas menarik tangan gadis itu, mengajaknya pergi dari hadapan Nara. Puput tak protes sama sekali, ia mengikuti jejak Elang dari belakang, ia juga sama sekali tak menoleh ke belakang demi melihat ke arah adiknya.
❣️❣️❣️
"Nara"
Gadis yang sedang menangis itu menoleh saat seseorang memanggil namanya. Mengetahui jika itu teman sekolahnya, Nara dengan cepat menghapus air matanya. Harap harap jika Bana tak melihat ia sedang lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always for you
Teen FictionBana Nayara, seorang gadis yang rela di anggap aneh oleh orang yang di cintainya, rela di anggap gila oleh teman seperjuangannya, dan rela di anggap bodoh oleh orang tuanya. Tapi biar bagaimana pun tanggapan Bana tentang mereka sama, ia rela melakuk...