Halo semua, kita bertemu lagi, seperti biasa, jangan lupa meninggalkan jejak dan komen yaa.
[ HAPPY READING ]
"Jangan bilang ke mama sama papa kalo gue di rumah sakit"
Bana yang sadari dari tadi sibuk menggambar menjadi berhenti karna ucapan Saka."3 hari lo mungkin rawat inap di rumah sakit, dalam waktu itu gue harus ngajuin alasan apa?"
"Lo kan kakak gue, lo nggak kasian liat adik ganteng lo kaya' gini, trus nanti kalo mama tau, lo nggak kasian liat gue di marahi mama habis habisan" melas Saka.
Bana menghela nafas, benar juga apa yang di katakan Saka, ia tak mungkin membiarkan Saka di marahi habis-habisan oleh Hana.
"Lo belum pulang?" Tanya Saka karna Bana yang masih menggunakan seragam sekolahnya.
"Nggak sempet"
"Ya udah, lo pulang sana ganti baju"
"Males, ini gue lagi suruh pacar lo kesini bawa makanan sama pakaian ganti buat gue."
memang jika di pikir pikir ukuran tubuh Bana dan Ratu hampir sama, hanya tinggi badan mereka yang membedakannya, dengan Bana yang lebih tinggi daripada Ratu.
"Lo gila ini udah malam"
"Kalo masalah pacarnya aja, langsung ngotot, gue udah suruh abangnya buat nemenin, santai aja, pacar lo nggak bakal di perkosa lagi"
"Pacar gue nggak pernah di perkosa ya" ujar Saka melotot sekaligus ngotot.
"Ya intinya itu, yang penting pacar lo sekarang aman, lo sekarang istirahat, biar cepet sembuh."
Saka tersenyum lega, begitupun hatinya yang ikutan lega mendengar Ratu sekarang baik baik saja.
"Gimana, kalo gue ijin ke mama kalo kita pergi ke desa 3 hari"
"Nanti kalo mama telvon nenek"
"Nenek nggak punya hp, goblok"
"Terus kalo mama tanya alasan kita ke desa, lo mau jawab apa?"
"Beruntung lo punya kakak kaya gue, untuk masalah itu, serahin ke gue" ujar Bana menyombongkan dirinya, tapi hal itu ada benarnya, Saka memang beruntung punya kakak seperti Bana.
❣️❣️❣️
"Nggak punya baju ya lo, sampe pinjem punya adik gue"
"Bacot"
"Nggak punya uang buat beli apa gimana?"
"Iya, gue emang nggak punya uang buat beli, napa mau beliin?"
"Ngemis lo"
"Anjayyyy"
Inilah yang Bana tak suka dengan kakak laki-laki Ratu, selalu adu mulut dengannya, entah itu di Sekolah maupun di luar sekolah sekalipun, seperti halnya saat ini.
"Bang Jack sama kak Bana kalo mau berantem di luar aja deh, kasian ada Ratu"
Bana kontan menoleh dan mendelik ke asal suara, yang tak lain adalah Saka, apakah barusan laki-laki itu mengusirnya.
"Iya, bang Jack sama kak Bana nggak kasian sama Saka, dia lagi sakit loh" kali ini Ratu yang berbicara.
Bana membuang muka, gadis itu lantas menatap Jack, dan tanpa hitungan detik gadis itu menyeretnya keluar.
"Awas lo macem macem sama adik gue" ancam Jack menunjuk Saka sebelum akhirnya laki-laki itu tersebut keluar dengan Bana.
"Mereka kaya gitu gara gara kita Sak"
"Jangan ngerasa bersalah, mereka kan bilang nggak papa sama hubungan kita" ujar Saka, laki-laki itu juga menatap ke arah pintu, tempat terakhir Bana dan Jack terlihat sebelum akhirnya benar-benar pergi.
"Kalo kita nggak pacaran, mereka pasti masih tunangan sampai sekarang" Ratu masih saja merasa bersalah, andai ia tak jatuh cinta pada laki-laki yang merupakan adik dari tunangan kakaknya.
"Nggak papa Ratu, sekarang kan bang Jack udah ada kak Elice, kak Bana udah ada bang Angga" ujar Saka lagi, padahal mereka berdua lebih dari tau, seperti apa Bana mengejar-ngejar Angga yang notaben nya sama sekali tak membalas perasaan Bana.
"Mereka ngalah buat kita."
❣️❣️❣️
"Lepas njing, lo mau bawa gue kemana?" Marah Jack sembari manyekal tangan Bana yang dari tadi menyeretnya.
"Mau bawa lo ke neraka"
"Halu lo, dimana mana kalo mau ke neraka itu mati dulu"
"Iya, ini gue mau bawa lo ke tengah jalan buat pulangin lo ke sisi tuhan"
"Mulut lo ya, kalo ngomong di ati ati" balas Jack, laki-laki itu heran, kenapa ada orang seperti Bana di dunia ini, Jack yakin jika generasi di terukan dengan keturunan Bana, pasti dunia akan hancur sebelum waktunya.
Krukkk
Krukk
Krukk
Suara itu kontan menjadi pusat perhatian Bana dan Jack, suara yang berasal dari perut Bana. Tak ingin malu Bana akhirnya bersenandung untuk menghilangkan suara perutnya yang lapar tapi karna Jack sebelum itu sudah tau jika itu adalah suara perut Bana, laki-laki itu langsung tertawa kencang, tak menghiraukan beberapa pasien dan perawat yang menatap Jack dengan tatapan yang berbeda-beda.
"Kebiasaan lo dari kecil sampe sekarang belum berubah, percuma lo nyanyi orang bunyinya kaya klakson mobil"
"Anjing lo"
"Mau gue traktir?"
Bana terdiam mendengar itu, kata kata yang sudah lama sekali Bana tak dengar. Gadis itu jadi teringat masa masa kecilnya yang selalu ia habiskan dengan laki-laki di depannya, hingga kedua keluarga memutuskan untuk menjodohkan keduanya, tapi karna suatu masalah, mereka memilih untuk menghentikan perjodohan itu. Bana juga teringat saat Jack mengajarinnya sepeda, saat itu ia sangat takut dengan namanya sepeda, karna ia melihat temannya terjatuh hingga mengeluarkan banyak darah, tapi Jack meyakinkannya jika itu tak akan terjadi jika kita berhati hati, dan dengan mudahnya Bana percaya, maka dari situ Bana mulai belajar sepeda dengan Jack yang senantiasa berada di belakangnya, barjaga-jaga saat Bana akan terjatuh.
"Melamun lo?"
"Iya gue lagi nostalgia saat kita kecil"
"Udahlah itu udah lama banget, jadi gimana, jadi makan nggak, masalahnya gue bukan tipe orang yang ngasih kesempatan 2 kali"
"Jadilah"
"Gue tau tempat yang bagus, yuk ikut gue"
Bana mengangguk, lantas mengikuti langkah lebar Jack dari belakang.
"Lo pikir gue prajurit lo, harus ngawal elo, sini di sebelah gue, gue nggak mau orang-orang pikir gue prajurit lo"
"Jaman sekarang , siapa sih yang mau mikir gituan, justru kalo kita jalan barengan malah di sangka pacaran" ujar Bana yang masih jalan di belakang Jack.
"Kita kan emang pacaran, tapi di masa lalu" batin Jack, laki-laki itu kemudian mundur, menyamakan langkahnya dengan Bana.
"Bodo amat" komentar Jack.
❣️❣️❣️
❣️❣️❣️❣️❣️
❣️❣️❣️❣️❣️❣️❣️Siapa nih, yang disini nggak duga ternyata, Jack sama Bana dulunya pernah tunangan.
Oke, jangan lupa komen ya.
😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Always for you
Roman pour AdolescentsBana Nayara, seorang gadis yang rela di anggap aneh oleh orang yang di cintainya, rela di anggap gila oleh teman seperjuangannya, dan rela di anggap bodoh oleh orang tuanya. Tapi biar bagaimana pun tanggapan Bana tentang mereka sama, ia rela melakuk...