Arashi

197 27 1
                                    

Sudut pandang Arashi

Aku kini duduk seorang diri di restoran ternama yang terletak di seberang sebuah hotel bintang lima di pusat kota, sembari menunggu kekasihku atau yang kalian tau sebagai Angga yang tengah menghadiri acara anniversary rumah sakit tempat nya bekerja. Cukup membosankan hanya duduk disini ditemani secangkir milkshake, tapi Angga bilang sebentar lagi dirinya menyusul.

Baiklah, aku akan menunggu dengan sabar.

Aku duduk tidak jauh dari pintu masuk, tapi agak menjorok ke samping, aku memang memilih tempat yang dekat dengan pintu keluar dan masuk agar masih tetap bisa melihat pemandangan luar dari jendela. Hah terkadang aku bingung, mengapa orang-orang lebih memilih tempat duduk yang berada di lantai tiga atau empat yang aliasnya jauh dari pintu masuk dan menguras tenaga hanya untuk bisa makan.

Sambil menunggu, aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan apa saja yang bisa kulihat.

"Ish aa kemana sih, kok lama banget?!" Aku berdecak. Entah sudah yang ke berapa kali aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiri ku, mood ku sudah jelek, sudah tidak lapar.

Karena bosan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke toilet. Tidak ada maksud lain, hanya untuk bercermin dan buang air kecil.

Setelah membulatkan keputusanku, aku membuka aplikasi chating dan mengirim meja adek yang nomor 09 deket pintu ya aa kepada kekasihku.

Aku melangkah menjauh dari posisiku semula, mulai mendekat ke arah toilet. Sampai toilet aku segera masuk ke salah satu bilik kamar mandi untuk menyelesaikan urusanku.

Cklekk...

"Stop ngikutin aku ih! Cuman mau buang air!"

Urusan buang airku sudah selesai sebenarnya, tapi telingaku menangkap suara yang tidak asing, bahkan sangat familiar di telingaku. Karena rasa kepo ku setinggi langit, diriku menajamkan pendengaranku untuk mendengar lebih lanjut pembicaraan dua orang pria yang baru saja masuk ke kamar mandi.

"Biasanya buang air di mulutku?"

"APASI KAMU!!! Udah ah!"

Selanjutnya yang ku dengar adalah suara pintu yang terkunci dari bilik sebelahku.

Sialan juga obrolan mereka ya, membuat pipiku memerah.

Orang itu punya pacar ya? Batinku keheranan.

Tapi di lain sisi, aku masih berusaha mencerna keadaan. Aku sangat mengenal suara salah satu dari mereka, tapi untuk yang satunya... Aku tidak ingat, tapi sepertinya aku pernah mendengarnya.

Lewat beberapa detik, aku kembali mendengar suara pintu bilik yang terbuka. Aku makin penasaran. Jika aku jongkok dan mengintip, itu akan beresiko ketahuan, jadilah aku mengide untuk menyalakan aplikasi kamera. Kemudian mengarahkan kamera handphone ku ke bawah pintu bilik yang memang tidak tertutup hingga bawah.

Karena aku hanya penasaran siapa mereka, akhirnya aku hanya merekam 10 detik. Lalu ku angkat kembali handphoneku dan ku matikan video nya.

Sepertinya aku akan keluar setelah mereka berdua pergi keluar.

Untuk menunggu mereka keluar lebih dahulu, aku membuka rekaman video yang baru saja ku rekam.

Apa yang kulihat?

Hal itu membuat aku terkejut setengah mati, mataku membola sempurna dengan mulut yang reflek terbuka.

Di video 10 detik itu, terdapat dua pria yang mengobrol dengan saling berbisik satu sama lain, kemudian berciuman mesra.

Wajar kan jika mereka sepasang kekasih? Tapi apakah harus di toilet umum? Hey tidak etis sekali.

Hallo tuan, aku jantungan batinku.

.

.

.

"Abis dari sini niatnya aa mau mampir sebentar ke rumah temen aa, adek mau ikut?"

Aku menoleh ke arah kekasihku yang sepertinya sudah menghabiskan makanannya karena sudah mengajak aku mengobrol.

"Temen siapa?" Tanyaku.

"Nagara, yang dulu pas nikah niatnya aa mau ngajak kamu tapi kamunya lagi di rumah nenek."

Aku mengangguk antusias dengan bibir yang membulat ketika berhasil mengingat kejadian yang diulas oleh Angga.

"Suaminya Nesha ya?"

"Kamu kenal Nesha?"

"Kenal! Temennya Deo sekaligus temen kuliahku."

Setelahnya tidak ada percakapan yang terjalin antara kami berdua. Karena Angga melihat aku belum menghabiskan makananku, sedangkan aku bukan tipe yang senang mengobrol ketika sedang makan. Pamali.

30 menit pun berjalan begitu saja, kini posisi kami sudah duduk di mobil dalam perjalanan menuju kantor si temannya Angga-- Nagara. Kekasihku bilang, Nagara tidak sedang berada di rumah melainkan di kantornya. Jadi kami berdua tidak mengunjungi rumahnya.

Hmm wajar sih, ini belum jam pulang kerja dan bukan weekend. Kurasa kekasihku yang bodoh karena menyangka temannya itu hanya bersantai dirumah. Nanti Nesha dikasi makan apa?

Tanpa terasa, mobil yang dikendarai Angga sudah terparkir apik di parkiran gedung pencakar langit yang diyakini adalah tempat singgah mereka.

Kami melangkah masuk setelah diizinkan satpam dan langsung menuju ke lantaiㅡ ah entah lantai berapa untuk menghampiri ruangan Nagara.

"Udah lama banget ga ketemu ya." Sapa Nagara ketika baru saja melihat kami masuk ke ruangannya.

Dan disambut baik oleh Angga, "Iya nih kita sama-sama sibuk."

Ah iya benar Nagara.

"Tumben bawa gandengan." Aku tersenyum ketika Nagara mulai mengaitkan aku kedalam obrolan keduanya, aku bersalaman sebentar dengan Nagara kemudian kami dipersilahkan duduk di sofa yang ada disana.

"Iya ini tunangan gue." Sahut Angga dengan bangga nya memamerkan status hubungan kita. Aku senang tentu saja, ini bukan kali pertama Angga membanggakanku kepada temannya.

"Kapan nyusul gue bro?"

"Nyusul ngehamilin?"

Plakk

Telapak tanganku reflek mendarat dengan tidak sopan di mulut kekasihku ketika dirinya berucapan kata-kata yang lumayan membuatku malu. Nagara tertawa terbahak melihat sahabat lama nya mendapat tamparan kasih sayang dari tunangannya.

"Asbun sih, nyusul nikah maksudnya, abis nikah baru dihamilin." Keduanya tertawa meninggalkan aku yang juga ikutan tertawa kecil dengan pipi yang panas. Nagara mana tau kelakuan Angga ketika dirinya hanya berdua denganku.

"Nah itu, gue datengin lo niatnya mau minta tolong buat dibantuin ngurusin pernikahan gue."

Gue bisa menyimpulkan sesuatu!


🐝🐝🐝

.

.

.

< 1k word, ini cuman tes ombak

We Can(t) ; HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang