"Dimana?" dengan segera Kevin berpindah tempat duduk ke sebelah Mia yang tengah memangku laptopnya.
"Di, Adelaide."
"Ninja anjir? Gerak sekarang,"
"Siapkan jet dalam 30 menit," Agam memberi perintah pada bawahannya.
"Sesegera mungkin."
*****
Mereka baru sampai di Adelaide. Mia langsung memeriksa kembali lokasi yang tadi ia dapat. Beberapa kali berubah dengan jarak yang cukup dekat. Bisa disimpulkan jika pelacak itu menggunakan tipe live location yang menunjukkan kemana saja targetnya bergerak. Juga Metha masih berada di Adelaide.
"Vin, live location," Mia senggol lengan Kevin.
"Serius? Masih disini kan?"
"Masih, di dekat Woman's and Children Hospital."
"Ngapain dia disitu?" Kevin semakin fokus memandang layar laptop Mia.
"Ngga tau, gas aja?"
"Ayo lah. Agam, ketemu,"
Tanpa basa-basi lagi, mereka langsung menuju ke tempat yang menjadi lokasi Metha terdeteksi.
20 menit perjalanan sudah membuat Kevin gemas. Ia takut targetnya kabur lagi.
"Bisa cepetan ngga sih? Pengen gue hancurin kepala itu jalang," Kevin berbicara seenaknya.
"Tolong tenang sedikit, kita sudah dekat," Agam berusaha menenangkan.
"Eh stop stop, arah jam 11 dari kita. Di kiri."
Ketemu. Wanita dengan rambut kuning dan shortdress biru. Tengah mengobrol dengan beberapa orang yang sepertinya merupakan petugas kepolisian.
"Stay here, kita culik dia, gausah bikin keributan disini," Kevin keluar dari mobil disusul Agam dan Mia.
Bisa Agam lihat, Kevin mengantungi suntikan yang ntah isinya apa.
Mereka mendekat dengan hati-hati. Mia mengunci pergerakan Metha dari belakang sebelum Kevin menancapkan suntikan yang sedari tadi ia bawa.
"Maksud kalian apa?" salah satu petugas itu bertanya.
"Maaf ya, istri saya itu mengalami gangguan kejiwaan sehingga sering menyebabkan kekacauan. Apakah ada hal yang perlu di ganti rugi?" Agam bertanya sesopan mungkin. Ia harus memastikan bahwa Kevin dan Mia berhasil membawa Metha ke mobil tanpa gangguan.
"Ah, istrimu berusaha membawa kabur sebuah tas dari toko ini. Hanya sedikit gangguan."
"Aku sungguh minta maaf, tolong terima ini sebagai permintaan maaf dan terimakasih dariku," Agam selipkan beberapa lembar uang ke tangan salah satu petugas.
"Tolong tidak perlu," tolak petugas itu.
Agam tetap memaksa hingga akhirnya mereka pasrah menerimanya. Akhirnya Agam kembali ke mobil dan melihat Metha yang telah diikat sedemikian rupa. Pun dengan lakban yang membungkam mulutnya.
"Kau suntikkan apa kepadanya?" tanya Agam pada Kevin yang tengah menatap layar hpnya.
"Hanya obat bius," Kevin menjawab tanpa menatap Agam
"Baiklah."
Mereka hening beberapa saat. Mia juga tidur dengan pundak Kevin yang menjadi sandarannya. Tiba-tiba hp Kevin berbunyi memecah keheningan.
"Zora koma dan kamu ga ngasih tau aku? Siapa pelakunya? Biar ku bunuh dia!"
Suara Ibam dari telpon yang baru saja tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy Honey | VinZorBam
Fanfiction'Apa kamu ga cukup sama aku dan Ibam?' 'Bukan gitu' 'Trus gimana?' 'Ya gitu'