Ch 14. Rubella Artear

661 113 17
                                    


Hallo... Sehat para reader's
Call up nih... Selamat membaca.

Satu hari berlalu berita tentang  monster yang menyerang kompetisi  dan hilangnya Calistio menyebar keseluruh akademi. Mereka tidak henti-hentinya membicarakan itu, meskipun mereka tidak tahu detail peristiwa itu hingga timbul rumor bahwa Calistio yang telah mati.

"Kau sudah dengarnya, pangeran bodoh itu menghilang." Dua orang murid laki-laki sedang berjalan di lorong kelas.

"Memang siapa yang belum tahu."
Temannya itu menjawab.
"Pencariannya masih di lakukan oleh para prajurit, mereka masih belum menemukannya." Ucapnya setelah itu.

Murid satunya tersenyum.
"Mungkin pangeran bodohnya itu  sudah mati di makan monster, dia kan bodoh."Dua murid laki-laki itu tertawa setelah mengatakannya, tapi tawanya menghilang saat tiba-tiba saja tubuhnya didorong keras ke tembok yang ada di sampingnya.

Brakkk....

"Ugh"

Orang yang melakukan itu adalah Louis. Dia sejak tadi berjalan di belakang mereka. Louis sudah tidak tahan mendengar perkataan mereka yang telah melewati batas. Louis mencengkeram kerah baju murid satunya.

"Bicara apa kalian tadi, hah!"
Ucap Louis dengan wajah dingin
dan tatapan mata tajam yang membuat mereka takut.

"Berani sekali kalian berkata seperti
itu terhadap Pangeran Calistio."

"M-maaf...Ampuni .. k-kami."
Ucap murid itu dengan ketakutan.

Louis tidak menjawabnya, satu tangannya melayangkan pukulan
ke wajah anak itu.

"Louis hentikan."

Tangan Louis yang mau memukul kembali terhenti mendengar itu.
Dia melirik sekilas orang yang mencegahnya.

"Cih."
Louis berdecih dan memelepas
kan cengraman di baju murid itu dengan kasar. Dia pun berjalan pergi meninggalkan mereka dengan wajah kesal tidak peduli perilakunya di anggap tidak sopan ke pada pangeran sekalipun.

Derick, Allice  dan dua murid lain
nya menatap kepergian Louis. Dan orang yang mencegah Louis tadi adalah Derick.

"Apa-apaan anak kurang ajar itu."Murid laki-laki di samping Derick  berkata dengan wajah kesal.

"Sebelumnya Louis adalah anak pendiam, dan tidak peduli dengan hal sepeti ini, dia jadi seperti itu setelah dekat dengan Pangera Calistio."
Ucap Allice.

"Benar, untung saja Pangeran Derick
menghetikanya tadi." Sahut seorang siswi di samping Allice.

"Tidak baik membicarakan orang seperti itu, sebaiknya kita kembali
ke kelas saja. Lalu aku juga sedih karena saudaraku Calistio belum juga ditemukan. " Ucap Derick sambil memasang wajah sedih. Tapi dalam hati dia tersenyum karena Calistio belum juga di temukan.

'Kuharap kau benar-benar mati Calistio.' Ucapnya dalam hati.

.
.
.

Dan sementara itu di sisi barat
hutan Peaceland. Beberapa prajurit
yang di pimpin Glen, Ian, Elena, dan Raylen yang tentunya memaksa ikut
untuk mencari keberadaan adiknya.

Seperti yang di katakan Ian, pencarian tetap di lakukan meski malam hari kemarin. Bahkan menggunakan menggunakan sihir pendeteksi untuk mengecek wilayah hutan sekitar sungai. Tapi Calistio tetap tidak ditemukan. Dan pencarian di lanjutkan di pagi hari.

Raylen menebas beberapa dahan
kecil yang menghalangi jalannya dengan keras. Dia mengigit bibirnya dan mengeratkan cengraman di pedangnya. Sedah empat jam berlalu, tapi ia tidak bisa menemukan adiknya dan itu membuat Raylen semakin cemas.

The Return of The MagicianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang