Bab 1 awal perjalanan

1 0 0
                                    

"Aira,sudah siap? Aku jalan sekarang ya,"

Seperti biasa dihari hari Aira suara telepon akan berbunyi disetiap pukul 7 malam. Mereka bersiap untuk menikmati dunia yang penuh kesenangan. Dimulai dari jalan ke mall,belanja makan dan dilanjutkan pergi ke club malam.

Bimo sudah siap dengan mobil mewahnya menjemput aira. Aira pun sudah bersiap dengan makeup dan pakaian terbaiknya untuk malam ini.

Saat ini usia aira 22 th. Dia baru saja lulus dari kampus ternama di UK. Aira memang tak hanya cantik, iapun pintar dan ramah terhadap siapapun

"Yok Ra! Udah siap kan? Party kita sampek pagi ya! Aku sudah undang Edwin juga. Minggu lalu dia balik dari US. Kayaknya sih sekarang dia stay di Indo untuk urus bisnis ortunya"

"Wih? Edwin Bim? Dia dateng ?" dengan semangatnya Aira memfalidasi kata kata Bimo. Mereka bertiga memang satu skolah dari SMP hingga SMA. Rumah mereka tidak berjauhan dan juga mereka punya latar belakang yang sama.

"Iya Ra, tadi udah janjian langsung ketempat biasa, dia dating maleman. Kita mau kemana dulu nih?" Bimo memastikan tujuannya

Entah kenapa hati Aira saat itu tidak merasakan senang akan bertemu Edwin. Padahal mereka bertiga berteman sudah cukup lama, Edwin laki laki yang pendiam dan menarik banyak perhatian perempuan. Karena parasnya yang semampai besih dan pintar.

"Bim, udah pasti Edwin dateng? Nanti ngobrol apa ya kita? Lama gak komunikasi juga"

"Lah Ra, ini Edwin loh, santai aja kali. Kita juga masih sering chat kan. Asik aja Ra,"

"Kamu sering chat sama Edwin?"

"Iyakan, kita sering telponan kok, dia juga cerita masih sering ngabarin kamu juga"

Disini Aira terdiam tidak menjawab bimo. Karena dari mulai mereka kuliah Edwin tidak pernah chat ataupun menanyakan kabarnya sekalipun. Kebetulan Aira juga jarang pulang ke Indonesia karena selalu keluarganya yang menyusulnya ke UK.

"Sampek pagi ya Ra? Oke?. Mumpung bisa bertiga nih kita"

"Yaa yaa atur aja udah terserah kamu"

"Oke! Aku bilang Edwin langsung aja ke club biasa ya Ra,"

Setelah selesai makan di mereka pergi ke club biasa. Ternyata disana sudah ada Edwin menunggu.

"Sorry ya win, lama ya? Macet nih tadi" kata bimo

"Enggak bro santai aja, belom juga 10 menit. Ehh, halo Ra? Sehat Ra? Lama gak ketemu ya, beda banget kamu sekarang."

"Sehat win, beda apanya sih?" beberapa detik Aira menatap Edwin. Dihatinya mengagumi Edwin yang semakin terlihat menarik dan dewasa.

"Heee yok yok masuk yo" kata Bimo memecah suasana

Malam itu mereka bersenang senang hingga pagi. Saat berada di club pun Edwin sangat menjaga aira. mereka pun terlalu banyak minum karena happy.

Edwin membawa Aira pulang, disinilah hal yang tidak disangka Aira terjadi. Di setengah sadarnya dia terlena dengan ketampanan Edwin. Aira tanpa perlawanan mengikuti kemana Edwin membawa suasana malam itu. Hingga dipagi harinya Aira terbangun tanpa sehelai kainpun dibadannya.

"selamat pagi Aira, Thanks untuk mala ini, kamu terbaik" Edwin berbisik sambil mengecup kening Aira

"ehh win, ngapain kita? Bimo? Dimana dia?

Dengan tergopoh Aira segera lari ke toilet untuk menenangkan diri. Aira bukan tak sadar, tapi lebih ke terlena karena Edwin yang menarik. Dengan hela nafas yang panjang dan segera berpakaian. Aira keluar dari kamar mandi dan bertanya kepada Edwin.

"win, terus kita gimana?"

"gimana? Gimana apanya ra?"

"emmm, win jangan gini, gimana kita? Udah seperti ini win"

Aira memang akrab dengan dunia malam, tetapi Aira tidak melakukan pergaulan bebas, tidak seperti yang terlihat umum. Aira masih selalu mengingat pesan almarhum Ibunya.bahwa kehormatan wanita tetap harus dijaga hanya untuk suaminya. Sehingga dia tetap menjaganya.

"Apanya yang gimana sih ra? Yaudah jalani aja,aku balik dulu ya, nanti sore aku jemput sama bimo"

Hanya itu jawaban Edwin. Yang masih membuat Aira bingung tidak tau apa yang Edwin katakana. Semenjak ibunya meninggal saat Aira SMP ia dirumah hanya dengan asisten rumah tangganya. Karena Ayahnya sering melakukan perjalanan bisnis yang panjang diluar negeri.Bagai disambar petir, Aira bingung dan hilang arah, diapun segera menelpon Bimo.

"Bim, kamu semalem tinggalin aku? Kamu dimana?"

"ra? Kamu nangis? Kenapa? Semalem aku dianter Edwin, udah gamungkin aku nyetir, liat jalan aja udah kunang-kunang ra, hahahaha "

"Bim! Stop! Aku lagi gak becanda ya!"

Aira menutup telpon Bimo. Diotak Aira masih mengolah apakah mimpi atau benar kenyataan dia tidur dengan Edwin atas dasar suka sama suka. Aira merasa kotor dan hilang arah. Dia tertidur hingga sore.

Tok,tok,tok, (suara ketukan pintu)

"neng, neng ada mas Bimo dan Mas Edwin didepan"

Aira terbangun mendengar suara mbok Tin.

"ya mbok,"

Aira dengan wajah pucatnya menemui Edwin dan Bimo kedepan

"kok masih kucel gitu Ra? Kemana sih aku telpon kamu 100x gada jawaban? Aku sama Edwin udah siap daritadi nih"

"mau jalan kemana kita hari ini Ra?" Suara Edwin memecah kekosongan Aira.

"terserah, aku ikut aja"

"malem ini aku ada acara keluarga di Bogor, kalian gabung aja yuk, nginep skalian, lagian kalian belom ketemu mama papa, kamu tuh ra ditanyain mama terus"

"oke win, gue ikut. Lama banget gak kebogor"

"ntar sekamar sama gue aja Bim, Aira biar sama Lily"

Mendegar perkataan Edwin Aira sedikit lega, setidaknya disana banyak keluarga Edwin jadi tida memungkinkan terjadi hal yang Aira takutkan untuk kedua kali. Setelah aira siap mereka segera berangkat ke Bogor. Didalam mobil

"Ra, kamu sehat? Kamu kenapa sih diem aja? Gak seru ah, lama kita gak kumpul bareng gini, jangan diem aja sih"

"agak gaenak badan aja Bim, jadi lemes"

"mau mampir beli obat Ra? Sahut Edwin

"engga win, tiduran sebentar juga enakan kok"

Setiap Edwin memberikan perhatian rasanya tembok Aira runtuh dan leleh. Tapi jika teringat kejadian malem itu Aira rasanya marah dan ingin memaki Edwin. Aira tidak menyangka Edwin dengan mudahnya melakukan hal itu. Dan setelahnya pun Edwin tanpa rasah bersalah. Sepertinya Edwin menganggap itu hal biasa yang mungkin aira lakukan. Sampai di Bogor, Aira diambut hangat oleh mamanya Edwin

"aira, lama sekali kita gak ketemu, cantiknya sekarang"

Aira tersenyum sambil memeluk "iya tante,"

Rasanya Aira sudah tidak ingin berbasa basi lagi. Ditambah keadaan hatiya yang sedang kacau. Mereka ngobrol sampai tengah malam. Aira pamit untuk tidur terlebih dahulu dengan lily. Pagi harinya mereka janjian untuk jogging. Aira bangun terlebih dulu, dia segera pergi kekamar Edwin dan Bimo untuk membangunkan mereka. Pintu kamar mereka tertutup rapat. Tanpa piker pajang Aira membuka pintu kamar

"bimm.. wiiinnn..."

Mata Aira terbelalak lebar, jantungnya berdegup kencang, kakinya serasa tanpa tulang. Aira melihat Bimo dan Edwin tidur berpelukan tertutup selimut 

Asmara dalam HIJRAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang