Bab 2 TITIK BALIK

1 0 0
                                    


Edwin segera menghampiri Aira dengan wajah kaget, disusul bimo

"Ra? Kamu gapapa? Kita jelasin Ra"

"apaan sih Win, jelasin apanya? Kaya pacarnya Aira aja sih lo, panik?"

Sambil ngelirik Bimo seolah memberi kode, tapi Bimo sama sekali tidak peka terhadap kode yang diberikan Edwin.

"Win, Bim gue balik dulu ya, thanks banget semalem kalian hebat" sambil memeluk bimo dan Edwin Jihan berpakaian dan berpamitan.Tanpa memperdulikan Aira yang kebingungan, Jihan berlalu dan pulang.

Aira melihat Jihan keluar dari kamar Edwin dan Bimo. Ya, Jihan adalah teman mereka, Jihan tinggal dilingkungan yang sama, namun ia melanjutkan kuliahmya di Indonesia.

"ini apa win? Ini apa Bim?"

Suara Aira bergetar seakan tidak ingin mendengar penjelasan Edwin dan Bimo.

"smalem mabok berat Ra, gatau gimana kita jadi keterusan bertiga, lagian kenapa sampek sehisteris ini sih Ra? Seolah Bimo menganggap ini hal biasa saja

"apa Bim? Se histeris ini? Lo gatau apa yang Edwin lakuin ke gue malem itu!!"

"Malem??" maksudnya Ra?"

"Nih sahabat lo Bim, tidur juga sama gue! Dan ternyata ini biasa buat kalian? Berbagi perempuan juga biasa buat kalian? Apalagi? Apalagi Bim?"

"ra, tunggu! Bener bener gue gangerti Ra"

"apa kalian udah kepikiran untuk berbagi gue juga? Iya?"

Bimo tergaget dengan kata-kata Aira. Dia bener bener tidak menyangka Edwin pun nglakuin itu ke Aira. Bimo dan Edwin terbiasa dengan hal itu, tapi Bimo gak pernah nyangka Edwin nglakuin itu ke Aira. Karena seharusnya Edwin tau persis Aira bukan perempuan yang sembarangan tidur dengan laki-laki.

"win? Lo bisa jelasin ke gue? Ini apa yang aira bilang? Bener win?"

"sorry bim, malem itu pun gue..."

"Gila ya lo win! Gue kasih lo akses ketemu Aira bukan untuk ini"

"ngerti gue Bim, gue salah"

"dan lo gak cerita ke gue? Gue kaya orang dungu gini tiba tiba Aira nangis"

"gue piker Aira sama Bim"

"sama Win? Sama kayak cewek cewek yang biasa kita pake? Gitu?"

"bim, bukan gitu"

"dah stop win, ga habis pikir gue sama otak lo! Urusan kita belom beres!"

Bimo segera bergegas menyusul dan mengantarkan Aira pulang.Diperjalanan Aira hanya bisa menangis, sejujurnya dilubuk hati Aira dia menaruh harapan besar kepada Edwin. Belum selesai soal harapan Aira melihat Bimo pun bukan laki-laki baik. Tapi setidaknya selama ini Bimo menjaga Aira.

"ra? Aku gatau harus ngomong apa, maaf Ra, aku bener bener gatau Edwin nglakuin itu ke kamu, maaf juga kamu harus ngelihat kita bertiga tadi pagi"

"ini udah biasa kalian lakuin Bim?'

"engg engga Ra"

"jujur Bim!"

"emmmm, iya Ra, Sebenernya juga Edwin memang yang minta kita ketemu kemeren, sering dia nanyain kamu"

"terus?"

"aku pikir tanpaa perlu penjelasan harusnya Edwin ngerti kamu, disini aku yang salah ra, aku yang kasih akses Edwin buat ketemu kamu"

"dah bim, gausah diterusin anter aku balik aja"

Bimo terdiam dan segeran mengantar Aira pulang, dengan Aira yang masih terus menangis. Takut dan menyesali apa yang sudah terjadi. Aira merasa bodoh dan kotor saat ini. Ia berikan kehormatannya kepada orang yang salah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmara dalam HIJRAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang