Happy Reading.
"Pangelan Leon!"
Kaki pendeknya melangkah menahan kepergian seorang laki-laki yang berdecak melihat eksistensinya. Bukan sekali dua kali si pendek itu mengikutinya, oh lihat saja bagaimana tubuh kecil itu berlari diikuti seruan dari pelayan yang khawatir jika tubuh Pangeran Ruby jatuh ke tanah.
Matanya berbinar dengan jubah merah yang berkibar ketika tubuh kecilnya berlari di hamparan tanah. Wajahnya yang manis membingkai senyuman membuat siapapun terpanah karena paras Pangeran Ruby. Tapakan kakinya menghentak di atas tanah Aglaia berniat menyusul kepergian Leonard dan pengawalnya.
"Huh... huh... Luby lelah." Mulutnya mengaduh dengan napas putus-putus. Pandangan matanya menatap ke arah Leon yang sekarang mengembuskan napas. Tangannya menyambar lengan kanan Leon, melingkari tangan itu dan menempelkan pipi lembutnya di sana.
Leonard mengembuskan napas gusar, terpaksa memindahkan panah ke tangan kiri sebab pangeran yang tiba-tiba menggelayut pada tangan kanannya itu mengunci pergerakan.
Ruby menatap Leonard yang sekarang memandangnya dengan wajah masam, meski begitu paras tampannya amat menggetarkan hati si pangeran kecil—seseorang yang mendeklarasikan bahwa dirinya akan menjadi pasangan hidup Leonard nanti dengan bangganya. Meski besar kemungkinan bahwa Leonard akan menjadi milik Ruby atau sebaliknya, tetap saja ia perlu bermulut besar agar tidak ada yang menganggu calon rajanya.
Matanya yang sejernih mata air itu memandang Leonard, kepalanya miring menatap si pangeran kemudian bertanya, "Pangelan ingin ke mana?"
"Aku harus berburu, Pangeran. Jadi tolong lepaskan ya?"
"Tidak," tolak Ruby dengan cepat. Ia semakin menempelkan tubuhnya pada Leonard dan mengunci tubuh si pangeran dengan tangan pendeknya. Tidak akan Ruby biarkan Leonard berburu ke hutan lagi. Menyeramkan! Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan Leonard nantinya?
"Pangeran—"
"Pangelan Leon dengalkan Luby. Tidak baik ke sana. Ada banyak hewan buas di hutan dan oh apa ini? Tidak, Luby tidak mengijinkan pangelan ke sana."
"Ruby, aku bisa menjaga diriku." Leonard berusaha menasihati Ruby yang tingginya hanya sepinggang darinya. Pangeran kecil itu mendongak ke arahnya dengan tatapan iris coklat cemerlang yang membuat Leonard kagum—jika tidak ingat kenakalan Ruby yang sering menganggunya. "Aku akan baik-baik saja."
"Tidak, Pangelan."
Pangeran Ruby, seseorang yang sangat jarang—tidak pernah dibantah seumur hidupnya jelas menolak gagasan dari Leonard. Pangeran kecil yang keras kepala itu menggeleng dan mengeratkan pelukan pada tubuh Leonard seolah mengunci si pangeran dengan tangannya.
"Em, Pangeran. Tidak apa-apa. Saya yang menjamin kalau Pangeran Leon kembali dengan utuh tanpa luka apa pun," ucap seorang pengawal Leonard yang mendekati tubuh Ruby.
Si pangeran kecil menatap lelaki bertubuh besar itu, meskipun gagah dan terlihat kuat tetap saja Ruby tidak bisa meninggalkan Leonard begitu saja. Ia menggelengkan kepalanya, makin menyembunyikan wajah pada dada Leonard yang hanya diam karena tak sampai hati mendorong Ruby menjauh dari tubuhnya.
"Tidak mau!" sungut Ruby menolak.
"Ruby."
"Eung?" disebut oleh si pujaan hati, tentu afeksi Ruby beralih. Ia mendongak menatap Pangeran Leonard yang menundukkan pandangan memandangnya membuat jantung Ruby berdetak kencang.
"Leon janji akan kembali nanti."
"Tapi Luby ke sini untuk pangelan."
"Luby bermain di dalam saja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY | markren
Fantasy[ markren ] Pangeran Ruby jatuh hati pada Pangeran Leonard sejak ia kecil, perasaan yang bertumbuh seiring waktu itu membuat tekadnya menguat untuk memiliki pujaan hatinya. Tak peduli seberapa banyak orang yang mencintai Leonard atau menjadi penghal...