𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐚 ⭐⭐⭐
𝐅𝐨𝐥𝐨𝐰 𝐣𝐮𝐠𝐚𝐚 𝐲𝐚𝐚 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐠𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝟐 𝐧𝐲𝐚❦༶•┈┈⛧┈♛ 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙜𝙖 𝙨𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙠𝙞𝙥 ♛┈⛧┈┈•༶
👨💻ՏᗴᒪᗩᗰᗩT ᗰᗴᗰᗷᗩᑕᗩ 👩💻
Di Ruang Rawat Afan
.
.
."Fan, maafin abang, ya. Selama ini abang jahat sama kamu," ucap Kenzo dengan nada penuh penyesalan.
Afan menatap Kenzo dengan mata yang masih lemah. "Abang nggak papa, kan?"
Kenzo tersenyum tipis, menahan rasa bersalah. "Abang baik-baik aja, Fan. Tapi abang yang seharusnya tanya itu ke kamu."
Galen yang dari tadi hanya diam akhirnya angkat bicara, suaranya dingin. "Baru sadar, ya? Atau ini cuma sandiwara lo aja, Zo? Lo mau kami percaya, terus kalau udah percaya, lo singkirin Afan?"
"Len, kali ini gue serius. Gue benar-benar nyesel."
Galen mendekat, matanya tajam menusuk. "Lo pikir gue bakal gampang percaya? Bukannya lo sendiri yang bilang lo nggak bakal pernah nerima Afan sebagai adik?"
Rafa tiba-tiba masuk ke ruangan, menengahi. "Udah, udah! Kalian sadar nggak ini rumah sakit? Mau ganggu pasien lain?"
"Gue tau gue salah," lanjut Kenzo, menatap Galen penuh harap. "Tapi sekarang gue sadar, gue mau berubah. Tolong kasih gue kesempatan."
Galen menghela napas berat. "Oke, gue kasih lo kesempatan. Tapi ingat, kalau lo nyakitin Afan lagi, gue bakal bikin hidup lo menderita."
Kenzo mengangguk. "Gue nggak akan ngulangin kesalahan gue lagi."
Daddy yang berdiri di belakang Rafa tersenyum bangga. "Akhirnya kalian akur. Ini baru anak-anak Daddy."
Tiba-tiba terdengar suara lemah. "Euh..."
Semua langsung menoleh ke tempat tidur. "Baby!" seru mereka serempak.
Daddy segera mendekati Afan. "Afan, ada yang sakit, Nak?"
Afan mengerjap pelan. "Kepala Afan sakit, Dad."
Rafa buru-buru memanggil dokter, sementara Daddy membelai kepala Afan dengan lembut.
"Tenang ya, Nak. Sebentar lagi dokter datang."
Beberapa menit kemudian, dokter masuk dan memeriksa Afan dengan teliti. Setelah selesai, dokter menatap Daddy. "Keadaan putra Anda sudah stabil. Hanya ada sedikit retakan di tangan kanan, tapi akan segera pulih. Mohon dijaga baik-baik, karena imunitas Afan lemah."
Daddy mengangguk. "Terima kasih, Dok. Saya akan lebih menjaga Afan."
Setelah dokter pergi, Rafa mengelus kepala Afan. "Kamu harus banyak istirahat, ya, Baby."
Afan tersenyum lemah. "Iya, Bang."
Kenzo maju mendekat, menatap Afan dalam. "Fan, abang mau ngomong sesuatu."
"Mau ngomong apa, Bang?" tanya Afan polos.
"Gue minta maaf, Fan. Selama ini gue jahat banget sama lo. Gue nyesel."
Afan tersenyum tipis. "Sebelum abang minta maaf, Afan udah maafin kok. Afan ngerti kok."
Kenzo menahan napas, matanya mulai berkaca-kaca. "Makasih, Fan. Dan mulai sekarang, lo adalah adik abang. Beneran."
Daddy tersenyum lega. "Daddy bangga kalian bisa akur."
Afan menoleh ke Daddy. "Daddy, Afan kapan boleh pulang?"
Daddy tertawa kecil. "Sabar, Baby. Tunggu dokter bilang boleh pulang, ya."
Afan mengerucutkan bibir. "Afan bosan di sini, Dad."
Galen menepuk bahu Afan. "Sabar ya, Baby. Kalau udah sehat, kita pulang."
Rafa menyela. "Baby udah makan belum?"
Afan menggeleng lemah. "Belum..."
Deg. Kenzo merasa dadanya sesak. "Demi gue, Afan sampai nggak makan..." batinnya.
Rafa langsung menenangkan. "Mau makan apa, Fan? Pesen ayam goreng, ya?"
Afan mengangguk antusias. "Ayam goreng, boleh?"
Kenzo tersenyum. "Abang pesenin, ya."
Rafa menyeringai. "Zo, gue pesen mie ayam juga ya, lo yang bayar."
Kenzo tertawa kecil. "Iya, iya. Gue pesenin buat semua deh."
Setelah makanan datang, mereka semua makan bersama. Suasana ruangan yang tadinya tegang berubah hangat, penuh canda dan tawa. Kenzo tahu, ini awal baru untuk keluarganya.
"Mulai sekarang, gue bakal jagain lo, Fan," bisik Kenzo dalam hati.
𝐂𝐮𝐦𝐚 𝐦𝐚𝐮 𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐞𝐭𝐢𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞𝐞 𝐲𝐚𝐚 🌟🌟🌟
𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐚 𝐡𝐞𝐡𝐞𝐡𝚃𝚊𝚢𝚙𝚘 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚗𝚊ஐ
𝘽𝙖𝙮𝙮𝙮 👋😄
KAMU SEDANG MEMBACA
baby afan 👦 (Tahap Revisi)
RandomMengisahkan seorang anak yg bernama afan yg harus hidup di jalanan karena kedua orang afan sudah meninggal saat afan berusia 3thun dan dri semenjak itu afan harus hidup di jalan Hingga suatu saat afan bertemu seseorang dan Seketika ke hidup afan be...