Mia's Pov
"Minggu besok lo jadi ke pantai?"Tanyaku pada Farel sambil mendudukkan pantatku di bangku kantin. Mungkin karena pas dengan jam makan siang, jadi kantin terlihat begitu ramai.
"Jadi dong. Lo ikut loh, ya"
"Dapet apa?" Tantangku padanya. Kulihat ia memicingkan mata sejenak sambil memasang senyum jahilnya. Bisa kutebak, pasti dia mau aneh-aneh, deh.
"Dapet ini niih..." Tangannya langsung mencubit hidungku keras-keras. Gila mameen! Suakit sumpah! Aku berteriak keras dan menyumpah-serapahi Farel tanpa saringan bahasa. Jadi pastilah kata-kata kurang sopan yang keluar dari mulutku secara spontan.
"Pamrih banget sih lo. Cuman minta temenin buat hunting foto aja lo minta imbalan. Dasar! Oiya, ini balesan tadi pagi" Sambungnya datar dan kembali memasang wajah seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
"Pendendam, lo!" Kuelus hidungku yang aku yakin warnanya merah saat ini. Sumpah, sakit banget, eh.
"Gue ga dendam. Gue Cuma dapet wangsit, buat suruh ngingetin lo tentang karma" dia terkekeh pelan. Dan itu sangat manis. Aku diam. Hidungku yang beberapa saat tadi masih terasa perih seketika langsung hilang perihnya. Aku yakin, separah apapun sakitku bakalan sembuh sama Farel. Cengirannya aja bikin hidungku hilang sakitnya. Apalagi senyumnya? Apalagi tawanya? Jangan-jangan, Tuhan nyiptain Farel emang sengaja buat obat segala penyakit buatku. Aah, terimakasih Tuhan.
"Ya? Mia? Woi. Meja bisa banjirnih!" Pikiranku kembali ke otak ketika Farel memukul mejanya. Kukerjapkan mataku sejenak dan memanyunkan bibir.
"Apaan sih, lebai lo. Sakit tau hidung gue!" Kualihkan perhatianku untuk menutupi kegugupan. Dari sudut mata, Farel tampak meneruskan aktifitas makan nasi gorengnya kembali. Dengan lahap tentunya. Farel memang tidak biasa sarapan. Dan aku tau itu sejak kecil. Seketika pandanganku menajam mengikuti langkah perempuan jangkung yang menurutku seperti orang keberatan bokong. Lenggak-lenggok seperti bebek. Seakan semua mata tertuju padanya untuk mengagumi kecantikan dan kesemokannya. Oh no!Harusnya ia tau itu tatapan melecehkan, bukan mengagumi. Aku yakin dia pasti mau godain Farel, target barunya setelah gagal menggoda ketua senat kampus yang auranya sangat dingin. Pokoknya kalo dekat-dekat dengannya seperti ada hawa membunuh gitu, deh. Dan tebakanku...
"Hai, Fareel. Kamu lagi makan apa? Kayaknya enak deh"
..benar. See? Sebenarnya aku malas menebak. Toh, se cewek centil itu memang hampir setiap hari mengganggu hubungan kami. Eh, maksudku waktu kami.
"Eh, ada Mia juga ternyata. Apakabar ?" Aku hanya memutar bola mataku kemudian kembali menyeruput es kelapa mudaku. Males jawabnya deh, orang dia nanyanya terpaksa gitu. Plis deh! Nggak usah sok baik sama gue di depan Farel. Dasar dasamuka! Kesel tau nggak. Lihat dia dempel-dempel Farel kayak lem. Geniiitt!
"Minggir lo, bikin bangku guetambah sempit aja!" Ohoho.. aku menahan tawa ketika ucapan pedas keluar dari mulut Farel untuk Seryl. Rasain lo! Kulihat Seryl bergeser sedikit menjauh dari Farel dan menatapku yang masih menahan tawa dengan sebal.
"Emang kenapa? Kan aku pengen deket sama kamu, Rel" Seryl merajuk manja sambil memasang wajah sok melas yang aku lihat malah seperti orang nahan kentut.
"Fareel.." lagi. Dia memanggil Farel dengan nada manjanya. Mungkin itu salah satu jurusnya untuk menggo dacowok-cowok disana. Dan itu tidak akan mempan untuk Farelku! Maksudku Farel.Aduh, apaan sih aku.
"Ck! Ganggu banget sih lo!Belajar sono yang bener. Ato deketin dosen aja sono, biar lo dapet nilai yang bagus." Ebuset.. ketus amat Farel. Kasihan juga si Seryl kalo dipedesin kayakgitu.
"Ehem.. Farel?" Kupanggil namanya hati-hati, takutnya dia masih marah terus aku juga ikut dipedesin. Kan sakitnya tuh disini!
"Ya, apa, Mia?" Suaranya kembali melembut mendengar aku memanggilnya. Oh sweet, pokoknya sifatmu yang seperti itu harus cuma buat aku aja! Ga rela aku kalo sampe kamu ngomong gitu sama cewek lain keciali sama mama kamu.
"Pergi, yuk? Kan udah nggak ada kelas.." Ajakku sambil melepaskan pantatku dari bangku kantin yang mulai tidak nyaman. Dan kulihat Seryl memandang tak suka karena aku memisahkan mereka berdua. Hellooow! Emang itu sudah kewajibanku buat misahin spesies satu dengan spesies yang lain, ya. Secara aku anak yang berbakti kepada bumi Pertiwi. Aku tersenyum mengejek pada Seryl kemudian berlalu keluar kantin, di ikuti oleh Farel yang mulai menyejajarkan langkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
عشوائيAku sayang kamu. Tapi lagi-lagi status sahabat membuatku menutup rapat-rapat mulutku. Juga hatiku.