Tidur dalam situasi banyak pikiran memang tidak mudah. Zalya terbangun dengan mata yang masih merah membengkak, karena terlalu lama membudalkan semua kesedihan dalam meratapi kepergian cinta pertamanya.
Suara decitan pintu kamar yang terbuka sontak membuat gadis itu menoleh. Fania yang membukanya, ia masuk dengan membawa nampan berisi roti dan segelas susu hangat. Fania meletakkan nampan berisi sarapan tersebut di atas nakas, kemudian duduk di samping putrinya yang baru saja bangun.
"Mamah sudah mengetahui semuanya dari Roy, kamu yang kuat, ya, ikhlaskan Aditya ... Masa tuan puteri cengeng!" ucap Fania, yang berusaha menenangkan putrinya.
Kedua alis Zalya seketika bertaut, kala sang Ibu menyebutnya dengan sebutan 'tuan puteri'. "Mamah panggil aku tuan puteri?" tanya Zalya yang seketika kesedihannya teralihkan dengan relung yang dibanjiri pertanyaan.
Fania hanya mengangguk singkat dengan raut wajah yang terlihat kaku, menyikapi sebuah pertanyaan yang baru saja dilontarkan Zalya padanya. Mungkin itu akan menjadi jalan bagi Zalya dalam menanyakan berbagai pertanyaan yang belum menemukan jawabannya.
"Apa selama ini mamah menyembunyikan sesuatu dariku?" Gadis itu kembali bertanya.
Fania menggeleng yang kemudian tersenyum menatap putrinya. "Mamah tidak menyimpan rahasia apa pun darimu, Lya!" jawabnya, yang entah berbohong ataupun berbicara apa adanya. Yang dengan jelas, gadis itu tetap saja tidak puas akan jawaban Fania.
"Jangan bohong, Mah, Zalya tau latar belakang kita, walau belum tau secara keseluruhannya!" ucap Zalya.
Fania yang seolah tidak mengetahui apa pun lantas kembali bertanya. "Maksud kamu apa, Lya?"
"Apa Mamah sama sekali tidak mengetahui silsilah keluarga kita? Apa mamah tidak mengenali orang yang lukisannya dipajang pada dinding rumah mendiang kakek? Dia Prabusarya, pendiri kerajaan Cahya Tunggal, dia leluhur kita, Mah!" jelas gadis itu pada Fania secara terang-terangan.
Fania terdiam sejenak, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. "Kamu ini ada-ada saja, Mamah sama Ayah sebentar lagi mau pergi ke luar kota, ada pekerjaan yang harus kita selesaikan. Kamu gak keberatan, kan, sendirian di rumah?" ucap Fania yang nampak mengalihkan pembicaraan pada topik yang lebih serius, menurutnya.
"Mah, kenapa, sih!" timpal Zalya yang semakin curiga pada tingkah ibunya, ketika pertanyaan tersebut terlontar untuk Fania.
"Kalau kamu takut di rumah sendirian, ajak Sarah sama Clara aja, tapi jangan bawa anak cowok. Itu sarapannya dimakan, ya! Palingan Mamah ada jadwal tiga hari saja di luar kota!" jelas Fania.
Zalya mengangguk samar, ia sedikit kecewa karena pertanyaannya tidak dijawab Fania. Mungkin ia akan melontarkan pertanyaan yang serupa di waktu yang lengang, agar tidak ada alasan lagi bagi Fania untuk mengelaknya.
Bukannya menyaksikan keberangkatan orang tuanya, kini Zalya malah kembali membaringkan badannya pada kasur. Rumah menyisakan keheningan, hanya suara jarum jam yang kini terdengar lebih keras dari biasanya. Keheningan seorang diri di dalam rumah yang amat megah tidak membuat gadis itu merasa lebih baik. Masih banyak puing-puing luka atas berbagai kesedihan yang dirasa.
Rasanya ia tidak sanggup untuk meneteskan walau hanya sebutir air mata. Ia sudah tidak memiliki banyak energi untuk menangis, hanya menyisakan tatapan yang kosong dengan perasaan yang bagai tak tentu arah. Suara gemuruh riuh dari dalam perut kini menyadarkannya. Ia baru teringat, sedari kemarin ia tidak sempat memakan apa pun. Terlebih dahulu ia membersihkan dirinya, dan setelahnya menyantap sarapan yang telah disiapkan Fania untuknya tadi.
Gadis itu kini mengenakan gaun putih setinggi mata kaki, yang Aditya beli sebagai hadiah ulang tahunnya. Sekali lagi ia berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya dengan gaun yang mungkin kini telah menjadi gaun kesayangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ellezalya ✓
Fantasia[Genre Hisfic - Romance] Sang leluhur telah memberinya amanah besar untuk merebut kembali kerajaannya yang telah lama runtuh. Zalya menanggung semua kesalahan yang diperbuat leluhurnya terhadap kehidupan di belahan lain, hingga ia harus mempertaruhk...