SMP (2)

2 0 0
                                    

"Ini link grup nya, tinggal masuk aja." 

"Eh aku belum dapet nih, kirimin dong!" 

"Minta nomer kamu ya."

'Apa yang mereka bicarakan?'  Pikirku.

"Baik anak-anak, bapak sudah mengirimkan link grup angkatan kalian ke beberapa murid. Silahkan minta kepada mereka, atau bisa tanya ke orang didepan kalian ya!" Ucap salah satu guru laki-laki berbadan gendut, dengan rambut klimis. 

Aku tidak ikut meminta link grup nya, karena aku tidak punya hp, bahkan pada saat itu aku tidak tau apa itu aplikasi WhatsApp.

--------------------

"Udah selesai nak?" Ayah bertanya padaku dari atas motor, sedari tadi dia menunggu ku diluar, bersama dengan orang tua murid yang lainnya.

"Udah yah, tapi tadi disuruh masuk grup WhatsApp kata gurunya. Apa itu yah?" Tanyaku dengan polos.

"Oooh nanti aja dirumah ayah betulin." 

Aku naik keatas motor, lalu kami pulang kerumah. 

--------------------

"Ibuuuuu aku pulanggg, alhamdulillah buk aku ketrimaa!!" 

"Alhamdulillah.. sekolah yang rajin ya."

Kami berbincang mengenai pengumuman ku tadi, ruang keluarga dengan sofa coklat yang bisa dijadikan tempat tidur, TV yang ada didepannya ditaruh diatas meja, karpet coklat yang mengalasi tempat kami duduk, sungguh terasa sangat nyaman. 

Rumah kami merupakan Ruko, yang artinya Rumah toko. Toko yang dirintis ayah ibuku sejak sekitar tahun 2007, kami menjual alat tulis kantor, ada juga mesin fotocopy yang jumlahnya tidak pernah cukup untuk mengatasi berkas dari rumah sakit swasta yang ada didepan toko kami. Ayah ibu sering lembur untuk mengejar target fotocopy dari mereka, walaupun begitu kami sangat bersyukur dengan hal itu.

Rumah kami hanya ada 2 kamar, 1 untuk ayah ibuku, 1 lagi untuk aku dan kakak perempuan ku yang saat ini sedang mengurus pendaftaran kuliah nya. Kurasa tak lama lagi kamar ini akan menjadi milik ku.

Lama kami berbincang, hingga aku teringat akan grup WhatsApp yang dijanjikan ayah akan dia betulkan.

"Yah yang tadi gimana?"

"Terakhir kapan?"

'Hadeh kebiasaan deh.'  Pikirku, karena ayah selalu saja memberikan saat sudah mepet

"Ya kalau bisa sekarang aja yah."

"Yaa nanti malem yaa."

--------------------

"Nih hp buat kamu."

"Wiiiih makasih ayahh, tapi kenapa harus pakai hp?"

"Kamu mau pakai tab terus?"

"Mau aja sih, enak layarnya gede, bisa buat main."

"Gausah, pakai hp aja. Nanti lihat temenmu di sekolah jadi iri."

Entah apa maksud ayah, aku tak paham. 

Ku nyalakan hp yang diberikan oleh ayah, sebuah hp android dengan layar yang tidak terlalu besar. Ayah mengajariku cara menggunakan aplikasi WhatsApp, agar besok saat di sekolah aku bisa minta link grup angkatan.

--------------------

Aku membawa tanaman yang sudah disiapkan dari semalam. Kukira tradisi ini sudah selesai, rupanya masih terus berlanjut. 

Sebagai anak baru, kami diminta oleh pihak sekolah untuk membawa 1 tanaman beserta pot nya, aku lupa tepatnya tanaman apa, yang jelas bukan bongsai.

Kemarin kami sudah diberi tau mengenai pembagian kelas gugus, aku dapat gugus 4 sesuai dengan ranking saat diterima. Gugus 1 dan 2 diisi oleh anak-anak yang masuk dengan jalur prestasi, sedangkan gugus 3 mayoritas jalus prestasi dan sisanya adalah jalur tes dengan ranking awal.

Aku memilih untuk duduk di kursi nomor 2 dari depan, dekat dengan jendela di bagian kiri, sedangkan pintu masuk kelas ada di bagian kanan.

Aku mengedarkan pandanganku, kelas yang kutempati berada di lantai 2, bertuliskan 'Kelas 84' diatas pintu nya. Kelas ini penuh dengan meja kayu yang sudah tidak sempurna, banyak coretan diatasnya. Kursi nya juga terbuat dari kayu. Ada mading dibagian paling belakang, sepertinya isinya adalah karya dari anak-anak kelas ini.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

404 Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang