Sepuluh tahun berlalu semenjak kematian belahan jiwaku. Tidak terasa ya, sudah sepuluh tahun kau meninggalkan bayi kecil kita, Chuuya. Kau lihat, bayi kecil yang ingin kau besarkan dengan kasih sayang sudah berusia sepuluh tahun. Sayangnya, tepat diulang tahunnya yang kesepuluh tahun. Dokter mendiagnosanya dengan penyakit yang sama denganmu. Bagaimana ini, chuuya. Aku takut. Aku takut akan kehilangan dia setelah aku kehilanganmu sepuluh tahun yang lalu.
Surat berhenti disitu, Dazai bingung sekaligus khawatir akan apa yang akan terjadi pada putra sematawayangnya iu. Perasaannya bercampur aduk setelah mengetahui bahwa putranya didiagnosa dengan penyakit yang merengut nyawa suaminya sepuluh tahun yang lalu.
Keheningan terjadi diruangan itu yang membuat Dazai kembali larut dalam kesedihan yang tak ada ujungnya itu. Dazai berpikir, haruskah ia kembali merasakan kehilangan lagi setelah ia merasakan kehilangan suaminya sepuluh tahun yang lalu yang bahkan masih meninggalkan bekas yang susah dihilangkan dihati Dazai.
Kesunyian ruangan itu seakan hilang saat seorang anak laki-laki membuka pintu ruangan itu dan masuk kedalam.
"Ayah," panggil anak itu.
"Ada apa, Shini?" Sahutnya
Anak yang bernama shini itupun terdiam sebentar sembari memikirkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan kepada ayahnya.
"Besok ada acara di Sekolah. Guru bilang aku harus membawa ayah kesekolah. Apakah ayah bisa datang kesekolahku besok?" Tanya Shini yang masih terdiam didepan pintu.
"Sudah ayah bilang, beritahu sejak tadi, Shini. Ayah harus melihat jadwal ayah dulu agar bisa memastikan bahwa jadwal dihari itu kosong atau tidak. Kamu tahukan kalau ayah sangat sibuk," jawab Dazai yang sedikit kesal karna anaknya baru saja memberitahu informasi itu malam-malam.
"Kalau ayah tidak bisa, tidak apa. Aku bisa meminta paman Akutagawa untuk pergi bersa-"
"Sudah-sudah, lebih baik kamu tidur saja. Lihat ini sudah larut malam, lebih baik kamu tidur agar besok tidak telat bangun," ujar Dazai memotong ucapan anaknya.
"Baik, ayah."
Setelah Shini keluar dari ruangan Dazai. Dazai langsung melanjutkan pekerjaannta sampai tertidur karna kelelahan. Ditidurnya ia memimpikan masa masa kebersamaannya dengan Chuuya sebelum ia pergi. Dimimpinya Chuuya berkata "Dazai jika anak kita terkena penyakit yang sama denganku. Aku ingin kau membuat kenangan yang indah dengan dia. Buat dia bahagia dimasa-masa terakhirnya Dazai." Lalu mimpi itu berhenti disana karna Dazai dibangunkan oleh alarmnya.
Ia bangun dari tidurnya lalu melihat kearah jam yang menunjukan pukul 04.50. Ia langsung bergegas untuk mandi dan pergi kerja. Disaat ia sedang menggunakan pakaian setelan formal, ia teringat akan mimpinya. Didetik itu juga ia langsung mengganti pakaiannya kesetelan casual, dan menginformasikan kesekretarisnya bahwa ia tidak dapat datang kekantor hari ini.
Setelah itu, ia pergi kekamar anaknya untuk membangunkannya. Anaknya yang sudah bangun sedikit bingung mengapa Dazai menggunakan pakaian setelan casual untuk pergi kerja.
"Ayah kenapa pakai baju itu, apakah ayah tidak pergi bekerja?"
"Bukannya semalam kau bilang di Sekolahmu ada acara yang mengharuskan ayah datang. Apa kamu tidak ingin ayah datang kesekolahmu?" Ujar dazai sembari tersenyum kecil.
Anaknya yang mendengar itu sedikit terkejut, tidak biasannya ayahnya seperti itu. Ia langsung bangkit dari kasurnya lalu pergi kekamar mandi untuk mandi. Disisi lain, Dazai. Ia pergi kedapur untuk membuat roti bakar untuknya dan anak semata wayangnya itu.
Setelah anaknya selesai mandi dan mengenakan pakaian. Mereka langsung sarapan bersama dimeja makan yang jarang mereka gunakan. Mereka sarapan sembari berbincang bincang tentang hari kemarin. Setelah selesai sarapan, mereka langsung berangkat kesekolah Shini
-to be continued (~▽~@)♪♪♪
KAMU SEDANG MEMBACA
memories
Fanfictionsebuah cerita tentang Dazai yang berusaha menepati permintaan terakhir suaminya, Chuuya. Permintaan terakhir chuuya adalah jika anak mereka didiagnosa penyakit yang sama dengannya, dazai harus membuat kenangan dan menghabiskan waktu bersama anak mer...