kebenaran dibaliknya

15 1 0
                                        

Acara di Sekolah Shini berjalan dengan sangat lancar. Shini sangat senang dan bahagia dihari itu. Dazai yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan ikut bahagia, ia membiarkan Shini bermain dengan teman-temannya walau ia sedikif khawatir.

Salah satu dari orang tua murid itu mengajaknya untuk bercengkrama bersama. Mereka saling membagikan pengalaman dalam mengurus anak mereka masing-masing. Obrolan merekapun terputus dikarenakan ada salah satu teman Shini yang menghampiri Dazai sambil berlari tergesa-gesa.

"Paman! Shini pingsan," ujar anak itu dengan panik.

Mendengar hal itu, raut wajah Dazai berubah menjadi khawatir yang bercampur dengan panik. Didetik itu juga semua perasaan Dazai bercampur menjadi satu, namun ia masih berusaha untuk mengontrolnya, Ia bertanya kepada anak itu untuk mengantarnya ketempat Shini berada. Anak itu kemudian mengantar Dazai ketempat Shini.

Betapa terkejutnya ia melihat keadaan putra semata wayangnya berbaring lemas dipangkuan sang guru yang sedang mencoba membangunkan putranya itu.

Sang guru yang mengetahui kehadiran Dazai langsung memintanya untuk mendekat. Dazai yang disuruhpun langsung menghampiri sang guru. Ia memindahkan posisi Shini yang semulanya dipangkuan gurunya pindah kepangkuannya.

Sang guru meminta Dazai untuk segera membawanya kerumah sakit, takut jika ada hal sesuatu yang fatal dan memerlukan pertolongan dari dokter. Dazai mengiyakan permintaan guru itu lalu ia langsung menggendong putranya kedalam mobil dan mengendarai mobil itu kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, Dazai langsung meminta seorang perawat yang sedang bertugas untuk membawanya kedalam ruang IGD. Sedangkan dia mengurus administrasi didepan.

Setelah mengurus administasi, Dazai menunggu diruang tunggu. Kesedihan hampir saja mengambil alih kesadaran jika saja seorang dokter tidak menghampirinya.

"Pak, mohon maaf sekali. Kemarin kami ada kesalahan hasil tes, dan ini hasil tes yang baru," ujar sang dokter sembari memberikan amplop putih yang berisikan hasil tes yang baru."

Dazai langsung mengambil amplop putih itu dari tangan dokter. Ia membuka amplop itu dan melihat hasil tes yang baru lalu menatap wajah sang dokter.

"Ini hasil tes yang benar?"

"Ya, itu hasil tes yang benar," ujar sang dokter sembari memberi anggukan.

Waktu serasa berhenti saat itu. Ia tidak menyangka bahwa penyakit putranya sudah separah ini, dan ia sudah telat untuk menyembuhkannya. Dihasil tes itu dijelaskan bahwa Shini mengidap penyakit leukemia kronik stadium 4 atau lebih sering disebut stadium akhir.

Jika seseorang mengidap penyakit leukemia stadium akhir, maka harapan untuk sembuh dari penyakit itu sudah hilang. Yang bisa dilakukan hanyalah melakukan pengobatan untuk memanjangkan umur dari pengidapnya.

Dazai terdiam. Tak berselang lama air mata turun membanjiri kedua pipinya. Dazai masih menyangkal akan berita ini.

"Chuuya, aku harus bagaimana?" Tanya Dazai didalam hatinya.

Berbagai cobaan hidup selalu mendatangi Dazai. 16 tahun yang lalu, ia kehilangan teman dekatnya, Odasaku. 10 tahun yang lalu, ia kehilangan belahan jiwanya, Chuuya. Dan sekarang, ia akan kembali merasakan kehilangan.

"Pak, sepertinya putra bapak sudah terkena penyakit ini sejak usia 3 tahun, dan ia sama sekali tidak melakukan apapun untuk mengobati penyakit ini. Jadi kami ingin meminta bapak untuk membuatnya rajin berobat agar dia bisa hidup sedikit lebih lama. Apakah itu bisa, pak?"

Dazai menjawab pertanyaan itu dengan anggukan. Ia kemudian bertanya dimana putranya berada, sang dokter memberitahu bahwa putranya sudah dipindahkan kekamar inap biasa dan sekaligus memberitahu dimana kamar itu berada. Dazai mengucap terimakasih lalu langsung berjalan kekamar inap putranya.

Saat sedang berjalan kekamar inap putranya, Dazai bertemu dengan perawat yang baru saja keluar dari kamar inap putranya itu. Sang perawat memberitahu bahwa putranya sudah sadar namun perawat itu menyuruhnya untuk tidur kembali karena putranya kelelahan.

Setelah berbincang sedikit dengan perawat itu, Dazai kembali berjalan kekamar inap putranya. Ia memasuki kamar inap itu lalu duduk dikursi dekat kasur.

-------------------------------------------------------

- sudut pandang Shini

"Bibi, tolong jangan beritahu ayah tentang hasil tes itu. Aku tidak mau menambah beban pikirannya."

"Shini, bibi harus memberitahu ayahmu tentang ini. Kamu mau ayahmu tahu saat penyakitmu sudah parah?"

"Tapi, bi. Ayah beberapa hari ini sedang sibuk. Aku tidak ingin menambah beban pikiran ayah."

"Tidak peduli, ayahmu harus tahu tentang ini, Shini."

"Bi-"

"Shini!"

-sudut pandang shini selesai

-------------------------------------------------------

Shini terbangun dari mimpi buruknya. Dazai yang melihat itu sedikit tersentak. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya lalu menatap wajah putranya dengan tajam. Shini yang melihat itu menjadi sedikit takut. Ia takut jika ayahnya akan memarahinya. Setelah itu Dazai langsung memeluk tubuh putranya.

"Kenapa, kenapa kamu tidak memberitahu ayah sejak awal, shini? Kenapa Shini. Jawab ayah!"

"Jadi, ayah sudah tahu ya."

-to be continued (^_-)≡★

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang