CHAPTER 2: Gak bisa lepas

61 36 9
                                    

Annyeong Haseyoo....

Seperti biasa yaaa, jangan lupa untuk vote komen and follow💚🥺

~HAPPY READING~

Keadaan di UKS SMA Bimantara terlihat sunyi dan sepi, entah memang tak ada yang menjaga atau bagaimana? Sampai akhirnya masuklah satu orang siswa, dan satu orang siswi. Yang tak lain adalah Arsena dan Kinara.

Arsena memapah tubuh Kinara, padahal gadis itu sudah mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan bisa berjalan sendiri tanpa dipapah. Hanya saja, Arsen itu tipikal lelaki yang sangat keras kepala. seribu alasan di berikan Kinara pun rasanya percuma, hingga ia hanya pasrah saja.

Arsena begitu hati-hati saat memapah Kinara hingga sampai di salah satu ranjang yang di sediakan di UKS, kemudian ia menyuruhnya duduk, sementara dia mengambilkan obat-obatan. Kinara hanya mengangguk dan duduk dengan tenang sembari menunggu Arsen.

Bagi Kinara, rasanya sedikit canggung saat berada satu ruangan dengan lelaki yang bukan anggota keluarganya. Ia tak terbiasa dengan keadaan ini.

Kinara melihat siku nya yang berdarah lumayan banyak. dia juga mulai meraba bagian dagunya yang lecet-lecet, banyak sekali ternyata bekas cakaran kuku Renata di dagunya. Semua itu perih. Kepalanya juga sedikit pening karena di jambak oleh Renata tadi. Dan Kinara cuma bisa menghela nafas berat. Kemudian ia menundukkan kepalanya melihat lantai.

"Kinara," Panggil Arsena.

Kinara mendongak. Betapa terkejutnya ia saat mendapati Arsena yang sudah berada tepat di hadapan wajahnya. Jarak mereka juga bisa dikatakan lumayan dekat. Refleks, Kinara sedikit memundurkan wajahnya.

Namun, tangan kekar Arsena menghentikan pergerakannya. Tangan kekar itu memegang kedua pipi Kinara, yang membuat dirinya menahan nafas gugup.

"Jangan gerak-gerak." Ucap laki-laki itu sembari menatap tepat di bola mata indah Kinara. Dan gadis itu hanya bisa diam termangu, seolah terhipnotis dengan arahan yang di berikan Arsen.

Tak lama Kinara meringis perih, rupanya tangan satunya Arsen di gunakan untuk mengobati dagunya. Bisa-bisanya Kinara tak menyadarinya, sebab ia terlalu fokus memerhatikan bola mata Arsen.

"sorry, tadi gue ngobatinnya terlalu di teken." Ucap Arsen saat Kinara meringis.

"gapapa," Sahut Kinara sembari berusaha tersenyum tipis. "Siniin kapasnya. biar aku sendiri aja yang ngobatin." Kinara mencoba mengambil kapas di tangan Arsen.

Tapi Arsen tak memberikan kapas itu, dan justru ia menjauhkan tangannya dari Kinara."Biar gue aja." Tekannya, kemudian lanjut mendekatkan wajahnya kearah Kinara untuk mengobati lagi dagunya.

Kinara ingin protes. Tapi Arsena seolah menyuruhnya untuk diam. Auranya berubah menyeramkan, tatapan matanya tajam, mengintimidasi. Lagi, lagi, dan lagi. Kinara kalah, ia hanya bisa diam menuruti Arsena yang keras kepala dan tidak ingin di bantah.

"Good girl." Arsen menepuk puncak kepala Kinara, seraya tersenyum singkat. Senyuman manis yang sangat menyebalkan bagi Kinara.

Kinara mengerucutkan bibirnya kesal. ia enggan menatap Arsen yang masih sibuk dengan dagunya.

Kak Arsen nyebelin.

Arsen yang melihat Kinara seperti itupun langsung semakin mendekatkan wajahnya kearah telinga kanan Kinara. "Ngapain bibirnya gitu, hm? Mau di cium?" Bisiknya yang langsung membuat sekujur tubuh Kinara merinding. Kinara pun langsung menormalkan bibirnya kembali, walaupun perasaan kesalnya pada Arsen masih ada.

Kinara kemudian melirik Arsen dengan bola matanya. Laki-laki itupun mulai menjauhkan wajahnya sembari ber-smirk. Rupanya ia sudah selesai dengan luka Kinara yang di dagu.

Arah PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang