Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja
Cerita ini murni dari pemikiran saya
.
.
.
HAPPY READING!
===
"Kakak!"
Halilintar yakin sekali bahwa hal terakhir yang dia ingat sebelum kesadarannya hilang adalah ketika tubuhnya tergeletak tak berdaya ditengah jalan raya setelah sebuah mobil dengan kelajuan tinggi menghantam tubuhnya hingga terpental beberapa meter.
Dia juga yakin ada banyak darah yang berlomba-lomba keluar dari setiap bagian tubuhnya yang terluka, rasanya sangat menyakitkan hingga gelap menarik paksa kesadarannya.
Harusnya mungkin sekarang Halilintar mungkin sudah mati ditempat kejadian, harusnya mungkin dia kini berada di akhirat, kan?
Bukannya berada diatas tempat tidur yang nyaman di ruangan yang tak asing dalam ingatannya.
Netra ruby miliknya menyapu sekeliling ruangan yang ditempati dengan pandangan bingung, ini seperti kamarnya dirumah yang dulu, rumah Ayahnya. Setiap detail sudut kamar masih Halilintar ingat dengan jelas, kenapa dia bisa berada disini?
Saat dia mengalihkan pandangannya Halilintar dibuat terkejut saat mendapati seorang anak laki-laki yang duduk didepannya dengan wajah kesal.
Saat tangan anak itu terangkat hendak menyentuhnya Halilintar meringsut mundur dengan cepat hingga punggungnya menabrak dinding di belakang dan menarik selimut hingga menutup seluruh tubuh kecuali wajah, melayangkan tatapan bingung sekaligus takut.
Halilintar pikir dia mungkin sudah gila karna selain merasa berada dikamar lamanya, kini dia merasa dapat melihat Taufan berada tepat dihadapannya, terasa sangat nyata. Entah hanya halusinasi atau memang Halilintar benar-benar sudah mati menyusul adiknya hingga dapat bertemu disini.
Jika ini hanya halusinasi yang dia ciptakan sendiri, mengapa rasanya begitu nyata? Jika begitu apa dia sudah mati? Hanya dua opsi itu yang ada dikepalanya.
"Kakak! Iihh!!" seru anak itu, Halilintar mengerjap beberapa kali melihat anak itu nampak marah dan kesal.
"Ayo cepetan udah siang tahu! Nanti aku telat, kalo aku telat kakak juga pasti telat!" serunya.
"Kakak kenapa sih?" anak itu bertanya dengan bingung melihat Halilintar seperti orang linglung dan ketakutan, bahkan tak ada ucapannya yang dibalas olehnya.
Halilintar menggengam ujung selimut dengan erat dan menggelengkan kepalanya tak percaya dengan sosok yang dia lihat didepannya kini.
Ini mustahil!
Taufan sudah tiada.
Halilintar jelas ada disana. Dia sendiri yang menemani Taufan disaat hembusan napas terakhirnya dan dia juga yang menggendong raga adiknya tanpa nyawa dengan langkah yang diiringi tangisan pilu.
Jadi mustahil jika tiba-tiba Taufan kini benar-benar berada hadapannya.
"Nggak mungkin," lirihnya terdengar jelas. "Ini pasti mimpi." katanya, namun setetes cairan sebening embun itu meluncur bebas begitu saja membentuk aliran sungai kecil di pipinya.
"Maksudnya??" tanya Taufan semangkin heran. "Kakak ke-"
Taufan tak melanjutkan ucapannya saat merasa tubuhnya tiba-tiba ditarik dalam dekapan sang kakak. Taufan terkejut dengan sikap Halilintar yang tiba-tiba seperti ini, dia hendak melepaskan pelukan Halilintar namun urung saat tangisan Halilintar pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Dream
Fanfiction[Sequel Little Dream] Aku mengira bahwa sudah berlari cukup jauh, namun saat menoleh kebelakang aku akan kembali hancur, seperti dulu. "Bisakah aku memperbaiki semua yang telah ku rusak?"