9. Kebenaran

112 26 9
                                    

Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja

Cerita ini murni dari pemikiran saya

.

.

.

HAPPY READING!

===

"Aku sakit?" ulang Taufan menekan kalimatnya, kedua matanya menatap menuntut penjelasan dan kejujuran dari Halilintar yang tak kunjung menjawab.

"Kak!" Taufan menyentak meninggikan sedikit suaranya mengundang tatapan aneh dari beberapa pengunjung disekitar meja mereka.

"Taufan, lo tenang dulu oke?" Fang berucap untuk menenangkan remaja itu.

Tak ingin membuat keributan ditengah banyak orang, Halilintar menarik lengan adiknya untuk pergi dari sana, meninggalkan Fang yang tetap berada ditempatnya menatap dari belakang punggung kedua kakak beradik itu karna merasa tak berhak ikut campur urusan mereka.

Kemudian saat keduanya sampai di parkiran Taufan menghentikan langkah, menepis tangan besar yang mencengkalnya.

"Jawab pertanyaan ku tadi, kak!"

Halilintar menggeleng kecil. "Ngga, kamu salah denger, Fan." sanggahnya.

Taufan terkekeh hambar, mendongak untuk menghalau air matanya yang siap
meluncur. "Kak, aku tahu kok kalau aku tuli." ujarnya pelan.

"Tapi aku denger jelas apa yang tadi kalian omongin!" imbuh Taufan, dia tak ingin membuat keributan ditempat umum seperti ini dan menggangu ketenangan orang sekitar, namun dia sendiri tak bisa mengendalikan emosinya yang tiba-tiba ingin meledak.

"Aku sakit apa?" tuntutnya.

"Fan, dengerin kakak dulu." kedua tangan yang lebih tua terulur memegang kedua bahu sang adik.

"Parah ya?"

"Fan_" Halilintar tak dapat mengeluarkan kata apapun  lagi. Dia hanya menggeleng kecil membantah ucapan Taufan, adiknya akan hidup lebih lama, Halilintar janji akan memperjuangkan itu dan mengorbankan segala hal agar Taufan tetap hidup bersamanya.

"Tinggal jawab aja kak aku sakit apa? Aku denger semua pembicaraan kalian tadi!" desak Taufan.

Taufan menghela panjang, Halilintar masih tak ingin memberitahu dan tetap membungkam mulut.

"Aku sakit apa kak? Umur ku udah gak lama, ya?"

"Taufan!"

"Parah banget ya? Apa aku bakal mat_"

"Taufan STOP!!" sentak Halilintar meninggikan suara. Kata terkutuk itu, Halilintar tidak ingin mendengarnya dari mulut Taufan.

"Jelasin kak!" Taufan membalas tak kalah tinggi.

Halilintar memejam, mengatur emosinya sejenak. Sejujurnya dia pun tak bermaksud menyembunyikan ini, Taufan benar bahwa dia berhak mengetahui keadaannya. Hanya saja lidah Halilintar terasa kelu untuk berucap, Halilintar hanya membutuhkan waktu mengatur perasaannya untuk memberitahu pada Taufan, dan ini terlalu cepat. Halilintar khawatir dengan reaksi adiknya, dia tak ingin melihat Taufan kembali hancur seperti dulu, dia tak mau mengulang hal itu, sungguh luar biasa menyakitkan jika harus diulang.

"Kak!" Taufan terus mendesak Halilintar hingga pemuda itu tak punya pilihan.

"Kangker Darah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang