Bab 20

354 14 0
                                    

Energi iblis dingin mengalir ke tubuhnya.

Nafas yang begitu dingin hingga membuat orang menggigil tanpa sadar, perlahan-lahan meredakan kegelisahan yang membara.

Wen Hanyan secara bertahap mendapatkan kembali kejelasannya.

Penglihatan yang kabur karena api menjadi sedikit lebih jelas.

Ada kelembapan di matanya, dan penglihatannya kabur.

Wen Hanyan samar-samar melihat siluet tinggi.

Cahaya di sekelilingnya redup, dan raut wajah tajam pria itu menjadi kabur menjadi garis-garis lembut oleh cahaya dan bayangan.

Hanya sepasang mata sipit yang tersisa menatapnya, mengandung emosi kompleks yang tidak dapat dia bedakan.

Wen Hanyan berpikir sedikit lesu, siapa orang ini?

Dia memiliki sosok yang bagus dan ketampanan, tapi dia terlihat sangat familiar...

Tubuhnya secara tidak sadar merasakan sesuatu, dan rasa puas serta krisis mendesaknya untuk segera pergi.

Wen Hanyan mengabaikan kelembutan aneh yang datang dari tubuhnya dan segera berdiri untuk pergi.

Namun, sebuah tangan dengan mudah meraih bahunya dan menariknya kembali.

Dunia sedang berputar.

Dominasi itu berbalik dalam sekejap.

Merasa sedikit sejuk di bawah tubuhnya, Wen Hanyan merasa seperti sedang berbaring di atas jubah seseorang.

Kelembapan dingin menstimulasi pikirannya, dan rasa sakit serta kenyamanan yang tak terlukiskan kembali menyerangnya.

Tenggorokannya juga sedikit sakit, dan butiran keringat mengucur dari lehernya yang panjang dan indah, seperti mutiara, mengalir di sisi halus lehernya dan menyebar ke tulang selangkanya.

Pikirannya menjadi kabur lagi. Wen Hanyan tidak bisa memahaminya, jadi dia berhenti memikirkannya.

Seluruh tubuhnya terasa lemas, dan seluruh tubuhnya seperti basah kuyup oleh mata air hangat.

Sensasi terbakar di meridiannya telah hilang, dan sekarang seluruh tubuhnya menjadi hangat.

Sangat nyaman sehingga dia tidak ingin bersusah payah.

Namun, tiba-tiba ada rasa sakit di rahangnya. Wen Hanyan mengerutkan kening karena tidak nyaman, dan gelombang kemarahan melonjak. Tanpa berpikir panjang, dia menundukkan kepalanya, membuka mulutnya, dan menggigit keras jari yang mencubitnya.

Gerakan lawannya berhenti sejenak, lalu dia mulai bergoyang lebih berantakan.

Patah.

Setetes air hangat jatuh, bulu mata Wen Hanyan bergetar, dan tetesan air di ujung hidungnya perlahan meluncur ke bawah dan menyebar ke sudut bibirnya.

Samar-samar dia bisa merasakan rasa asin.

Tak enak.

Wen Hanyan mengerutkan kening, dan tanpa sadar mengerahkan kekuatan. Lengannya meraih sesuatu, dan ujung jarinya menusuk seperti taring.

Ada keheningan yang mematikan di sekeliling, bahkan suara angin sudah menghilang.

"..."

Kenikmatan yang lebih kuat dari kegembiraan jiwa-jiwa yang terjerat melanda dirinya, dan Wen Hanyan tiba-tiba mengangkat lehernya, seperti angsa yang sekarat.

Dia diselimuti bayangan orang lain.

Gemetar sepenuhnya menyelimuti kesadarannya.

[END] Cahaya Bulan Putih Berumur Pendek, Tapi Long AotianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang