01. GADIS PEMILIK GINGSUL

14 4 0
                                    


"Sebuah pertemuan adalah gerbang menuju perpisahan."

***

01. GADIS PEMILIK GINGSUL

Padatnya lalu lintas nyaris membuat gadis pemilik gingsul dengan seragam putih abu-abu ini terlambat di hari pertama menginjakkan kaki di sekolah barunya.

Dia, Aruna Ohana. Panggil saja Aruna. Gadis cantik dengan gingsul yang menawan. Remaja 16 tahun yang baru saja memulai harinya di masa putih abu-abu.

SMA Dhinaya, salah satu sekolah menengah atas terbaik dan terpopuler di kota ini. Sarang prestasi dalam segala bidang, juga merupakan pencetak orang-orang cerdas yang menyebar di berbagai universitas dunia.

Usai memarkirkan motor scoopy-nya di parkiran, Aruna melangkahkan kaki jenjangnya menuju lapangan utama SMA Dhinaya. Megah sekali bangunan-bangunan berwarna putih abu-abu ini, benar-benar menjelaskan bahwa tempat ini, dihuni oleh kaum putih abu-abu.

Senyum tipis terbit di bibirnya.
Sebuah kisah panjang, baru saja dimulai.

"RUNA!!"

Si pemilik nama menoleh, dua sahabat perempuannya memanggilnya dari koridor. Rupanya kedua gadis itu telah lebih dulu sampai daripada dirinya.

Aruna menampilkan senyum cerahnya, hingga gingsulnya yang manis terlihat sangat mempesona. Tak banyak bicara, ia segera menghampiri sang sahabat.

Ayudia Rindu Salista. Satu diantara dua sahabat dekat Aruna sejak SMP. Sang manusia penganut sekte 'no boyfriend, no problem'.

"Lo udah cek group MOS, kan?" tanya Rindu begitu Aruna bergabung dengan mereka.

"Udah. Katanya baris dulu jam tujuh lima belas, kan?"

Rindu mengangguk membenarkan. Tatapan Aruna beralih pada Anna yang berdiri di sebelah Rindu. "Tumben banget lo datang pagi, An?"

Reanna Naureen. Si manusia paling centil, tengil, menyebalkan dan tentunya heboh. Berbanding terbalik dengan Rindu, pacar Reanna minimal dua orang per RT.

Semula gadis itu sibuk dengan lipbalm-nya yang dipoles lembut pada bibirnya yang katanya seksi. Bermodalkan layar ponsel Rindu sebagai pengganti cermin lantaran lupa membawa benda itu.

Seketika ia menyimpan lipbalm-nya kemudian memberikan flying kiss gratis untuk Aruna yang kini menatapnya julid.

"Oh ya sudah jelas!" ujar Anna seraya menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga.

"Gue harus menyaksikan pemandangan indah SMA Dhinaya yang katanya bertabur visual!" paparnya semangat.

Aruna dan Rindu saling pandang. Ternyata gadis ini masih tidak berubah sama sekali. Bahkan kini tingkat menyebalkannya sudah berkuadrat.

"Abang lo mana, Na? Dia dateng kan hari ini?" tanya Rindu mengalihkan topik pembicaraan.

Yang ditanya mengangguk. Praktis menyulut jiwa buaya betina dalam diri Anna. Segera gadis itu berdiri didepan Aruna, menggenggam kedua tangan gadis itu antusias.

Semesta, Dia OhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang