Lee Hanbin pertama kali melihat sosok dengan senyum manis itu saat pertandingan penyisihan. Kala itu Lee Hanbin kelas 2 SMA, tahun kedua ia bergabung dengan tim basket sekolahnya. Sekolahnya—sekolah khusus laki-laki—bertanding melawan sekolah lain yang terkenal jago dalam basket.
Di sana Hanbin melihat sosok itu. Nomor punggung tujuh, senyum manis, tawa ceria, tapi serius saat bertanding basket. Yang Hanbin lihat, bibir anak itu sedikit lebih pucat dibandingkan manusia normal umumnya. Anak itu juga seringkali ditarik mundur dari lapangan, digantikan pemain lain.
Entah mengapa, Hanbin menikmati bertanding melawan anak ini. Dia jago, pikir Hanbin kala itu. Sayang hanya kali itu ia punya kesempatan bertanding melawan sosok tersebut. Lalu Hanbin tak pernah lagi punya kesempatan bertemu sosok itu.
Setahun berikutnya, pertandingan sekarang juga melawan sekolah yang sama. Tapi Hanbin tak melihat sosok manis itu. Yang ia kenali hanya sosok pemuda yang lebih kecil dengan nomor punggung empat, tangan kanannya dibebat kain elastis. Sosok itu kerap dipanggil 'Kapten' oleh rekan lainnya.
Dan Hanbin membenci sosok itu. Tanpa alasan, hanya membenci saja. Sesungguhnya ia gengsi menemui sosok itu, tapi demi mengetahui kemana si nomor punggung tujuh, Hanbin membuang segala gengsinya dan menemui orang itu.
"Hei, Kang Minseo."
Sosok itu—Kang Minseo—mendongak. Ia mengerutkan kening dan menghela nafas melihat Lee Hanbin berdiri di hadapannya.
"Mau apa kamu? Ngetawain tanganku?" Tanya Minseo. Hanbin melirik sedikit ke tangan kanan Minseo, menyeringai sejenak. Bagi Minseo, seringainya menyebalkan.
"Cih, masa bodoh dengan tanganmu. Aku ke sini mencari seseorang. Nomor punggung tujuh. Kemana dia?"
Minseo berdiri, mengerutkan keningnya lagi. "Maksudmu Urabe Hikaru? Kau kenal dia?"
"Tidak." Hanbin mengangkat bahu. "Tinggal jawab saja dia pergi ke mana apa susahnya sih?"
"Tidak sopan." Minseo mendecih. "Anak itu baru dikeluarkan dari tim basket."
Hanbin menatap Minseo dengan heran. "Dikeluarkan? Apa dia melanggar aturan tim sampai kalian mengeluarkannya seperti itu? Ckck, memang—"
"Anak itu sakit!" Potong Minseo kesal. "Dia sakit jantung, kami terpaksa mengeluarkannya demi kesehatan dia! Dan kalau urusanmu sudah selesai, kembali ke tim kau sana!"
Diusir seperti itu membuat Hanbin mendengus kesal, dan segera pergi dari hadapan Minseo.
-xox-
Kembalinya Hikaru ke tim basket memberikan angin segar di tim mereka. Tawa dan senyumnya kembali seperti biasa, bahkan lebih lebar dibanding sebelumnya. Ia akan datang berlatih dengan semangat, menganalisis setiap latihan mereka, bahkan tak segan meminta rekaman pertandingan-pertandingan-yang lama. Pelatih juga tampaknya puas dengan kembalinya Hikaru ke klub mereka.
Memang perlu waktu untuk meyakinkan orang tua Hikaru, kalau Hikaru tidak akan kembali ke lapangan basket. Ia hanya akan bermain dari belakang tim, tanpa melibatkan fisik sama sekali. Lagipula ada Hikari, harusnya tidak masalah.
Kadang Hikaru juga ingin bermain, tapi baru saja ia memegang bola basket, baik Hikari dan Minseo melemparkan tatapan tajam, seakan melarangnya bahkan untuk sekedar menyentuh bola basket. Kalau sudah begitu, Hikaru akan mengangkat bahunya, lalu kembali ke bench, sibuk dengan clipboard miliknya.
Masalah kedua adalah ... Hikaru rupanya jauh lebih galak ketika menjadi manajer tim basket, ketimbang menjadi pemain sungguhan. Ia menjadi lebih disiplin dan tak segan menegur sesama anggota timnya. Satu hal yang membuat heran anggota tim lain, tapi Hikari dan Minseo hanya tersenyum simpul menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaru, You're So Loved
RomansaDari sahabat masa kecil hingga cinta terakhir, si pemilik toko kue hingga teman bertukar cerita, selalu ada cinta dan kasih sayang untuk pemilik senyum manis itu-Urabe Hikaru. FANTASY BOYS © PocketDol Studio. Penulis tidak mengambil keuntungan apapu...