Alena Kritis ( 21+)

109K 749 111
                                    

Thalia terkejut di saat tiba-tiba sebuah tangan besar melingkar di pinggangnya. Setelah menyadari kalau Alden lah yang memeluknya kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman.

"Aku mencari mu, aku pikir kamu meninggalkan ku lagi." Thalia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Thalia menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu yang selalu menenangkan dirinya.

"Aku tidak akan pergi, kamu tidur sangat nyenyak, jadi aku tidak berani membangunkan mu." Salah satu tangan Thalia terangkat mengusap puncak kepala Alden.

"Kamu membuat apa?" Alden menatap ke arah teflon memastikan apa yang di buat oleh Thalia.

"Sandwich kesukaan kamu apa lagi."

Thalia menara sandwich yang sudah jadi ke atas piring, Alden sendiri melerai pelukannya dan mendudukkan diri di meja makan. Thalia menyajikan sandwich itu ke hadapan Alden yang di sambut dengan tatapan berbinar dari Alden.

Thalia tidak sadar, di antara rasa bahagianya ada adik sepupunya yang saat ini tengah bertaruh nyawa bersama dengan calon bayinya.

"Selamat makan." Thalia mengusap puncak kepala Alden membuat laki-laki itu tersenyum.

"Terimakasih sweet heart."

Panggilan yang sejak dulu sudah kembali, membuat wajah Thalia memerah, ia akan selalu salting setiap kali Alden memanggilnya sweet heart.   Karena panggilan itu adalah panggilan kesayangan Alden untuk dirinya.

Alden begitu menikmati Sandwich buatan Thalia, ia bahkan memuji masakan yang wanita itu buatkan untuknya. Sangat berbeda ketika dulu Alena yang masak Alden hanya akan mengucapkan terimakasih dan mengatakan bahwa makanan yang istri nya itu buat enak. Alden tak pernah membuat hati Alena puas ketika Alden mengatakan masakannya enak.

Karena bagi Alden, sampai saat ini tetap makanan Thalia lah yang menjadi nomor satu di urutan favorit nya.

"Ini sangat enak, apakah kamu tidak pernah membuatkan makanan ini untuk seseorang?" tanya Alden.

Thalia menggeleng. "Tidak ada Alden hanya kamu seorang yang selalu mendapatkan makanan buatan ku."

"Awas saja sweet heart, aku akan menghukum mu sampai aku tau kalau ada laki-laki lain yang sudah pernah mencicip masakan mu selain aku."

Thalia terkekeh. "Ouhh.. Sosweet, aku akan menunggu hukuman dari mu." Ia dengan sengaja mengedipkan sebelah matanya menggoda Alden.

"Sudah mulai berani hm?" Alden menatap intens gadis di hadapannya membuat Thalia melepaskan tawanya.

Tring.

Handphone Thalia berdenting, membuat Alden menoleh begitu juga dengan Thalia.

"Siapa?" tanya Alden begitu Thalia mengangkat handphone.

"Mama." Thalia membuka pesan yang di kirimkan oleh sang mama.

Deg!

Jantung Thalia seperti di hantam sesuatu yang sangat berat sehingga begitu menyesakkan saat ia membaca deretan kata dan di sana terdapat sebuah foto adik sepupunya tengah terbaring di atas brankar rumah sakit.

Salah satu tangan Thalia tanpa sadar meremas sendok yang sedang ia gunakan untuk makan. Alden yang begitu menikmati sarapannya ia sama sekali tidak menyadari perubahan dari Thalia.

"Alden, aku harus pergi, kamu gak papa aku tinggal?" tanya Thalia.

Alden mengerutkan keningnya. "Ada apa?"

"Adik sepupu yang sering aku ceritakan saat ini ada di rumah sakit. Aku pergi dulu ya, kamu juga bilang kalau hari ini akan ke markas."

Belum sempat Alden menjawab, Thalia lebih dulu beranjak, ia masuk ke dalam kamar dan tanpa membersihkan diri lebih dulu, ia langsung saja menarik sebuah cardigan dan juga tas selempang tidak lupa kunci mobil miliknya.

"Aku pergi dulu bye." Thalia mengecup salah satu pipi Alden.

"Hati-hati sweet heart."

Keromantisan keduanya bagaikan sebuah magnet untuk Alena yang keadaanya semakin kritis di rumah sakit. Bahkan dokter sedang melakukan transfusi darah karena darah Alena begitu rendah dan hb Alena turun begitu banyak.

*********

Thalia melajukan mobilnya membelah jalanan kota menuju rumah sakit. Jantungnya berdebar hebat begitu ia mendapat kabar kalau Alena sangat kritis di rumah sakit. Alena sudah Thalia anggap adik kandungnya. Ia sangat menyayangi Alena, bahkan Thalia akan melakukan apapun untuk membuat Alena bahagia.

Apapun akan Thalia berikan, karena rasa sayang yang ia miliki, begitu juga dengan Alena, ia yang tak memiliki saudara sangat menyayangi kakak sepupunya itu.

Di rumah sakit, keluarga Alesan sudah berkumpul, mereka menangis begitu mendengar bahwa darah Alena yang semakin rendah dan hb tubuh Alena semakin turun.

"Dokter selamatkan putri ku, apapun itu selamatkan putri ku!!" Irene begitu putus asa dengan keadaan Alena, ia hanya bisa memohon dan berdoa bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk Alena.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin ibu, ibu harap tenang, kalau ibu tidak tenang, kami juga akan tidak tenang dalam merawat pasien." Dokter berusaha untuk menenangkan Irene yang terus menangis.

"Mama!!" Thalia berlari menghampiri Irene dan Wiliam membuat semua orang menoleh.

"Mama apa yang terjadi? Kenapa Alena bisa seperti ini?" tanya Thalia dengan begitu panik, bahkan ia sudah menangis di hadapan Irene.

Irene tidak mengatakan apapun, ia hanya menggeleng lemah dan jatuh ke dalam pelukan Wiliam. Wiliam menepuk bahu Thalia sambil mengangguk kecil memberikan tanda bahwa semua akan baik-baik saja.

Jennie yang melihat ke datangan Thalia begitu emosi, ingin sekali ia menghampiri Thalia dan menampar wajah gadis itu dengan sekuat mungkin ingin sekali ia menjambak rambut panjang gadis itu. Akan tetapi Maria sudah mengingatkan untuk dirinya tak melakukan apapun di saat datang ke rumah sakit.

Mereka harus menjaga perasaan Alena, karena di dalam alam bawah sadar, Alena bisa merasakan apa yang terjadi dengan sekitarnya.

"Dokter, katakan, apa yang terjadi dengan adik saya..." Thalia terisak kuat, bahkan bahunya bergetar hebat. Ia sangat terluka melihat Alena yang sejak kecil tak pernah terluka dan menangis kini harus berasa di dalam sebuah ruang perawatan darurat dengan keadaan yang sangat kritis.

"Kami akan berusaha untuk melakukan yang terbaik."

"Biarkan saya masuk, biarkan saya bicara dengan adik saya dokter."

Dokter yang merawat Alena menatap pada Wiliam, dan Wiliam memberikan anggukan. Thalia masuk dengan di ikuti oleh sang dokter dan dua perawat lainnya.

Thalia menatap pada sosok Alena yang kini sudah di kelilingi banyak sekali alat medis. Ini kali pertama Alena masuk ke dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang sangat begitu memprihatinkan.

"Alen... Kenapa? Kenapa lo seperti ini  bangun Alen, bahkan lo belum sekalipun nemuin gue setelah gue kembali ke Indonesia..." Suara Thalia begitu bergetar. Ia menggenggam erat tangan Alena yang terbebas dari infus.

"Alen.. Ada banyak hal yang perlu gue ceritain ke lo bangun, gue sayang sama lo Alen.. Lo bilang gue gak boleh pergi, gue harus sembuh, tapi kenapa di saat gue sembuh lo yang harus kaya gini. Alen... Lo tau, gue udah ketemu Alden lagi, dia balik ke gue lagi, Alen.. Alden udah panggil gue sweet heart lo tau kan panggilan itu adalah panggilan ke sayangan dia ke gue.."

NIIIIITTTTT.....

***********

Part lebih panjang kali ini.

Mau lengkap adanya di Karyakarsa Hellow_28

Ada apa dengan Alena, dan ada seorang pendatang baru yang akan mengguncangkan semuanya. Silahkan baca di Karyakarsa.

My Husband My Badboy! 21++  ( ENDING ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang