01

202 33 1
                                    


Goresan demi goresan tercipta hingga kertas yang tadinya putih bersih kini menampilkan gambar yang berarti. Ditemani malam yang sunyi dan sepi, Asa memandang langit yang hanya ditemani beberapa cahaya kecil.

Asa menghela napas. Sejak mendengar kabar dari Bibi Wenda bahwa keluarganya akan kembali, membuat Asa bingung harus beraksi seperti apa. Banyak pertanyaan muncul di benaknya,

Mengapa mereka kembali?

Bukankah selama ini semua berjalan baik-baik saja? 

Kenapa mereka tidak disana saja?

Apa alasan mereka kembali? Bukankah mereka sudah bahagia?

"Kalau kayak gini, aku harus gimana?" Asa bertanya pada dirinya sendiri. Ia bingung harus bersikap seperti apa pada keluarganya nanti.

Tak ingin menghabiskan tenaga terlalu banyak, Asa memilih merebahkan diri ke tempat tidurnya. Tak butuh lama ia tertidur pulas tanpa memikirkan hari esok seperti apa.

=====

Cahaya matahari melewati jendela kamarnya. Suara ribut dari luar mengganggu tidurnya. Melirik jam yang berada di nakas, Asa memilih untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi.

Tak butuh lama ia sudah siap dengan pakaian santainya. Hari ini adalah hari minggu, jadi ia bisa bersantai sembari menikmati tayangan televisi sembari menikmati sarapan yang disiapkan Bibi.

"Hari ini sarapan apa ya," Ucap Asa pelan sembari berjalan menuruni tangga. Ia kembali mendengar suara ribut,

Tunggu, rumahnya selalu sepi setiap saat. Itu berarti---

"Mereka udah dateng?" Tanya Asa pada dirinya sendiri lalu bergegas turun ke bawah.

Di bawah sana, ia melihat keluarganya berkumpul. Asa terdiam, ia bingung harus bagaimana. Hingga ia menoleh saat suara seseorang terdengar telinganya.

"Asa!" Panggil gadis dengan tubuh tinggi berjalan menghampirinya. Asa tau, itu kembarannya, Ara.

"Halo, kamu Asa kan? Kenalin aku Ara, kembaran kamu." Ara mengulurkan tangannya sembari tersenyum manis.

Asa mengangguk kaki, lalu menyambut tangan Ara. Bukan apa, Asa hanya bingung karena belum terbiasa dengan kehadiran keluarganya.

"Kamu lucu, ayo kita duduk." Ajak Ara menarik Asa ke sofa. Sedangkan yang ditarik hanya pasrah tanpa perlawanan.

"Asa?" Tanya gadis dengan mata sipit, itu kakak sulungnya, Ruka.

Asa hanya mengangguk sebagai jawaban. 

Di drama yang ia tonton maupun novel yang ia baca, biasanya seseorang akan memberikan pelukan jika lama tidak bertemu. Namun hingga saat ini tak ada satupun yang melakukan hal itu. Mungkin bukan kebiasaan mereka, ya?

Setelah beberapa saat, seorang wanita datang dari arah tangga. "Ara ayo kita istirahat. Mama udah siapin kamar kamu." Ajak Sondia.

Terdengar Ara memprotes, hingga Sean bersuara, "Kamu harus istirahat, Ara. Jangan nakal dan turutin mama kamu. Ayo Papa temenin." Sang kepala keluarga bangkit. Mau tak mau Ara menuruti perintah papanya yang tidak bisa ia bantah. Disusul dengan kepergian kedua kakaknya, tanpa melakukan interaksi dengan Asa.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Asa saat ini. Dadanya berdenyut ngilu. Ia sudah biasa diabaikan, tapi mengapa kali ini begitu menyakitkan?


=====

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang