Sudah hampir dua hari Abel berada di tempat yang bahkan jarang sekali terlihat orang lalu-lalang. Hanya beberapa orang berpakaian hitam dan juga memakai tuxedo lengkap dengan kacamata. Entah apa yang mereka lakukan karena sepenglihatan Abel, mereka semua hanya berdiri ber jam-jam tanpa bergerak sedikitpun.
Sempat ada rasa takut karena mereka semua berbadan besar dan berwajah kaku tanpa ekspresi. Tapi setelah tau mereka hanya penjaga Abel menjadi terbiasa oleh kehadiran orang-orang tersebut.
"Didi sedang apa?" Ethan menghampiri Abel yang terlihat berdiri memandangi lapangan luas yang berisi para kuda yang sedang makan.
"Kapan kita pulang ge..?"
"Kenapa? Didi tidak suka disini?"
"Bosen, nggak boleh kemana-mana" Abel menundukkan wajah dan terlihat sedang memanyunkan bibir kecilnya.
Ethan tersenyum, dia paham maksud adiknya. Dia memang sengaja membuat Abel tidak bisa keluar dari dalam markas barang sebentar, bukan tanpa alasan dia hanya tidak ingin ada sesuatu yang tidak di harapkan terjadi. Bagaimanapun juga dia bahkan orangtua nya mempunyai banyak musuh. Besar kemungkinan akan mencari tahu seluk beluk keluarganya.
"Maaf ya.. disini Didi tidak boleh se-bebas dirumah, patuh dan jadilah anak pintar. Em?"
Ethan mengusap kepala adiknya sayang, meski sebenarnya ada rasa tidak tega pada Abel Karena mengurungnya tapi mau bagaimana lagi?
