III

0 0 0
                                    

"Ada yang lebih manis dari madu dan gula, itu adalah senyum mu saat awal jumpa."
_Raden Baskara_


....."Woi bangsat kon Dan!" Teriaknya membuat semua penghuni kantin terkejut.

"lo lo lo, kamu ini tidak ada sopan sama sekali ya" tutur Pak Adi yang menghampiri tadi.

Bagaimana Ara tidak merasa kesal, melihat kejadian yang tidak sesuai dengan kenyataan itu. Memang selama ini semua siswa diam ketika terjadi pembullyan di sekolah mereka. Bukan karena tidak berani hanya saja mereka mencari aman, tidak ingin terkena masalah apalagi berurusan dengan Dania. Dania Junita Putri  anak dari keluarga terkaya yang menjadi donatur dalam sekolah ini. Tentunya kalian sudah mengerti mengapa semua siswa tidak mau mencari masalah dengannya.

"Sudah Dania, tidak apa-apa. Biar nanti bapak yang hukum mereka karena sudah melukai kamu." Ucap Pak Adi yang membuat semua mengangang tak percaya.

"Tidak bisa begitu dong pak" Protes Satria.

"maaf, Pak." Sela siswi baru yang menjadi korban tadi. "Saya murid pindahan dari Bandung, mohon maaf jika saya sudah membuat keributan" lanjutnya. Ara yang mendengarnya pun langsung marah pada siswi itu, mengapa ia yang meminta maaf sendangkan ia adalah korban. Memang begini ya kalau sudah nasib.

***

Jam pulang sekolah pun tiba. Semua siswa - siswi berhamburan keluar membuat lapangan terasa sesak, namun itu yang akan kami rindukan suatu saat nanti. Sekolah adalah suasana yang akan dirindukan nanti pada masanya.

Satria yang jalan beriringan dengan Ara dan Raden pun menghentikan langkahnya ketika ada yang memanggilnya, "Satria!" Teriaknya. "Maaf ya tadi sudah merepotkan, terimakasih juga sudah membantu" lanjutnya. "itu tidak masalah untuk ku, senang bisa membantu" balas Satria.

Raden yang merasa asing dengan siswi itu mengamati baik-baik wajahnya, parasnya yang cantik dan lugu itu membuat candu untuk nya. Raden tidak mengedipkan matanya walaupun hanya sekali, karena pada siswi ini lah Raden merasa ada wanita yang sempurna.

"aduh rek, iki enek cah ayu kok nyasar rene?" Tanya Raden sambil menatap wanita tersebut yang tidak bisa dimengerti olehnya.

"maaf, saya tidak bisa bahasa jawa" senyumnya.

"waduh, rek. ngguyu ne kui lo Sat, Ra. Jan ayem tenan" oceh Raden yang membuat Ara merasa ingin muntah. "Kon iku Den, koyok gatau ero arek wedok ae" sinis Ara yang mendapat tawa dari Satria. Hal itu membuat siswi pindahan merasa bingung karena tak mengerti dengan yang mereka bicarakan. Tanpa ragu ia memperkenalkan dirinya pada mereka bertiga "Saya Zahra, murid baru di sini. Saya dari Bandung". Ara pun langsung mengulurkan tangannya memperkenalkan dirinya sendiri dan kedua temannya "gue Ara, ini Satria dan yang ini Raden" tutur nya sambil menunjuk ke arah temannya.

Adinda Azahra Pertiwi siswi pindahan dari Bandung. Lebih tepatnya ia pindah karena mendapat beasiswa. Dia adalah anak dari keluarga berada. Hanya saja, tidak banyak yang mengetahui karena kesederhanaannya. Ia tidak suka memamerkan harta orang tuanya, karena baginya itu milik orang tuanya bukan miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
maaf kalau kurang rapi xixixi
senyum manis dari theing :)





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, Kamu, Tidak dengan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang