Hari berlalu, seminggu tak terasa sudah terlewati, waktunya aku ke Surabaya, selama seminggu ardha sudah sibuk membuat rencana ingin kemana, dia banyak wishlist yang ingin dia penuhi dengan pasangan, tapi pasangan nya belum ada, hahaha. Mungkin dia lupa, ketemu denganku hanya sehari.
Dari sekian wishlist, ada tempat yang sangat ingin dia kunjungi, trans snow world Surabaya, dia ingin merasakan salju seperti di luar negeri katanya. Dia juga ingin karaoke, banyak lagu yang ingin dia nyanyikan, dia ingin dinyanyikan penjaga hatinya nadif basamalah mesin waktunya budi doremi dan lagu-lagu lainnya.
Sore itu, aku sudah sampai di hotel tempatku menginap, setelah mengurus administrasi untuk check in, aku diberikan kunci untuk selanjutnya melangkah ke kamar yang disebut. sesampainya di kamar, aku membersihkan diri dan mengatur baju gantiku dan mulai rebahan. aku mengecek HP ku, ardha bilang sekitar jam 7 dia akan menyusulku, untuk selanjutnya berangkat ke tempat karaoke, aku menaruh HP ku, pikiranku melayang kemana-mana, aku akan ketemu ardha, bukan hanya papasan, tapi bertemu hanya berdua, hidup memang seperti roda yang menggelinding, dulu jangankan bertemu berdua, menatap matanya saja aku tak berani. aku memejamkan mataku, sambil sedikit tersenyum kegirangan, seperti orang yang baru kasmaran.
aku ketiduran, aku terbangun mendengar notifikasi dari WA ardha yang mengabariku sudah mulai otw, aku bergegas ke bawah untuk menyambutnya, sambil merokok. satu batang, dua batang rokok habis, dia belum muncul, hatiku mulai curiga, trauma di tipu wanita kembali masuk dalam pikiranku. tapi 5 menit kemudian, dia datang, mengendarai scoopy hitam dan memakai baju kemeja warna pink, senada dengan kerudungnya, tergesa-gesa membuka helm saat pertama kali memarkirkan motornya, wajahnya yang cantik terlihat gelisah karena datang terlambat, dia buru-buru menghampiriku dan meminta maaf, dia bercerita kalau dia sempat tersesat sehingga dia lama sampainya dan lain sebagainya. aku tak terlalu memperhatikan kata-katanya mataku terfokus pada wajahnya, ya tuhan, aku bisa melihat wajah ardha dari dekat, wajah cantiknya, suara halusnya, dan senyum manisnya, semuanya aku bisa liat dari dekat, ini seperti mimpi.
"kamu dengerin aku gak sih?" tanya ardha setelah menjelaskan panjang lebar
"dengerin kok, iya gapapa, aku juga baru turun ini, yukk berangkat" kataku mengalihkan topik
kami pun akhirnya berangkat, aku tau, diantara kami ada rasa canggung yang dirasakan kami masing-masing, tapi entah kenapa, tiba-tiba suasana menjadi cair, saat dia mulai bercerita tentang tadi dia kemana saja, dan bertanya padaku bagaimana kerjaan hari ini, aneh, percakapan mulai mengalir lancar dan seperti tidak ada canggung sama sekali, apalagi ditambah cerita lucu ku bertemu dengan ojek tuli, yang membuat dia ngakak sampai aku malu diliat pengemudi motor yang lain. percakapan kami sangat hangat, seperti dua orang yang sangat akrab yang lama tak bertemu dan baru bertemu lagi hari ini. entah kenapa ada perasaan nyaman meresap dalam diriku, entah ardha merasakannya atau tidak tapi dengan tangan nya yang dilingkarkan di perutku, sepertinya dia merasakan hal yang serupa.
15 menit perjalanan naik motor, kami akhirnya sampai di tempat karaoke rekomendasi ardha, masterpiece tempat karaoke ahmad dani ini cukup terkenal katanya di surabaya. kami masuk ke dalam, memesan ruangan dan masuk ke ruangan yang telah disediakan.
ardha mulai memilih lagu, yang sudah kami list sebelumnya, penjaga hati, mesin waktu dan lagu lainnya. kami bernyanyi bersama sampai di lagu penjaga hatinya basalamah. Dia memintaku menyanyikan lagu itu untuknya. aku mulai bernyanyi, sangat menghayati, sambil menatap matanya, sampai akhirnya tiba-tiba dia menangis, segugukan keras, aku tawarkan pundakku untuknya, di menerimanya, menggelayut pelan di pundakku. aku melanjutkan menyanyi dengan sedikit sedih, kenapa ardha menangis? apa lagu ini mengingatkan nya pada seseorang? percikan cemburu muncul di hatiku, sampai akhirnya lagunya selesai, dan dia mulai menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang seharusnya jadi milikku
RomanceMasa lalu yang harusnya menjadi masa depan