Bab 5 Menguak Rahasia

12 7 3
                                    

Matahari baru mulai terbit saat Raka membuka matanya. Pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan malam sebelumnya dengan ibunya. Siapa yang menelepon dan kenapa? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

Setelah sarapan cepat, Raka mengenakan sepatu larinya dan keluar untuk jogging pagi. Olahraga selalu memberinya waktu untuk berpikir dengan jernih. Langit cerah dan udara pagi segar membuatnya merasa lebih baik. Namun, perasaan was-was tetap ada di dalam hatinya.

Saat sedang berlari di sekitar taman, dia melihat Nadira duduk di bangku yang sama seperti sebelumnya. Raka mendekatinya, senyum di wajahnya meski hatinya masih berat.

"Hai, Nadira," sapa Raka.

Nadira menoleh dan tersenyum. "Hai, Raka. Kamu kelihatan murung. Ada apa?"

Raka menghela napas dan duduk di sebelahnya. "Aku dapat telepon aneh tadi malam. Mereka bilang aku harus hati-hati."

Nadira menatap Raka dengan cemas. "Siapa yang menelepon? Mereka bilang apa?"

Raka menggeleng. "Nggak tahu, mereka cuma bilang gitu aja. Aku nggak ngerti maksudnya apa."

Nadira meremas tangan Raka dengan lembut. "Kita cari tahu, Raka. Kamu gak sendirian."

---

Di sekolah, suasana semakin tegang. Aulia terus berusaha mendekati Raka, dan Fajar semakin sering mengganggu. Tapi yang membuat Raka semakin waspada adalah sikap Aulia yang tampak semakin mencurigakan.

Saat jam istirahat, Raka dan Nadira duduk di kantin, menikmati makan siang mereka. Namun, ketenangan mereka terganggu oleh kedatangan Aulia.

"Raka, aku butuh bantuanmu lagi dengan proyek itu," kata Aulia tanpa memperhatikan Nadira.

Raka menatap Aulia dengan tajam. "Aulia, bisa kita bicarain nanti? Aku lagi makan siang."

Aulia tampak terkejut, tapi dia tidak menyerah. "Tapi ini penting, Raka. Aku butuh bantuanmu sekarang."

Nadira yang duduk di sebelah Raka bisa merasakan ketegangan. "Aulia, bisa nggak kasih kami sedikit waktu? Raka pasti bantuin kamu nanti."

Aulia menatap Nadira dengan tatapan dingin sebelum berbalik dan pergi. Nadira menoleh ke Raka, merasa bingung.

"Raka, aku merasa ada yang aneh dengan Aulia," kata Nadira pelan.

Raka mengangguk. "Aku juga ngerasa gitu. Aku bakal cari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

---

Sepulang sekolah, Raka memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Aulia. Dia memutuskan untuk menyelidiki latar belakang Aulia dengan bantuan teknologi yang dikuasai. Dia menghabiskan malam di depan komputernya, mencari informasi yang mungkin bisa membantunya.

Saat tengah malam, dia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Aulia ternyata terlibat dalam beberapa kegiatan yang mencurigakan. Beberapa dari kegiatan itu berhubungan dengan orang-orang yang berbahaya. Raka merasa darahnya berdesir. Ini bisa menjadi petunjuk tentang siapa yang menelepon ibunya.

Raka memutuskan untuk berhati-hati. Dia menyimpan semua informasi itu dan berencana untuk membicarakannya dengan Nadira keesokan harinya.

---

Keesokan harinya, saat Raka dan Nadira bertemu di taman, Raka segera menceritakan apa yang dia temukan.

"Nadira, aku menemukan sesuatu tentang Aulia," kata Raka dengan suara rendah.

Nadira menatapnya dengan serius. "Apa yang kamu temukan?"

Raka menjelaskan semua informasi yang dia dapatkan. Nadira tampak terkejut dan cemas mendengar semua itu.

"Kita harus berhati-hati, Raka. Kalau Aulia benar-benar terlibat dengan orang-orang berbahaya, ini bisa menjadi masalah besar," kata Nadira.

Raka mengangguk. "Aku tahu. Kita harus cari cara buat ngadepin ini."

---

Di sekolah, ketegangan semakin meningkat. Fajar terus mencari cara untuk mengganggu Raka. Suatu hari, saat Raka sedang berjalan di lorong, Fajar dan teman-temannya menghadangnya.

"Raka, kamu pikir kamu bisa lolos dari semua ini?" kata Fajar dengan nada mengancam.

Raka menatap Fajar dengan tenang. "Aku nggak nyari masalah, Fajar. Tapi kalau kamu terus gangguin aku, aku nggak bakal diam aja."

Fajar tertawa sinis. "Kita lihat aja nanti, Raka. Aku nggak bakal biarin kamu merusak segalanya."

Raka merasa amarahnya naik, tapi dia berusaha tetap tenang. "Aku nggak takut sama kamu, Fajar. Kalau kamu mau masalah, aku siap ngadepin."

Fajar mendekat dan mendorong Raka dengan kasar. "Kita lihat aja, dasar culun! Sok keren."

Raka menahan diri untuk tidak membalas. Dia tahu bahwa berkelahi tidak akan menyelesaikan apa pun. Dia memilih untuk berjalan menjauh, meski dadanya terasa sesak dengan amarah yang tertahan.

---

Malam itu, Raka kembali ke proyek teknologinya, mencoba mengalihkan pikirannya dari masalah di sekolah. Dia tahu bahwa fokus pada impiannya adalah cara terbaik untuk mengatasi semua ini.

Namun, saat dia sedang asyik bekerja, ponselnya berbunyi. Pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Nomor Tidak Dikenal: Berhati-hatilah, Raka. Kamu sedang diawasi."

Raka merasa darahnya berdesir lagi. Siapa yang mengirim pesan ini? Apakah ini terkait dengan Aulia atau Fajar? Dia tahu bahwa dia harus lebih waspada mulai sekarang.

Dia memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Nadira keesokan harinya. Mereka harus menemukan cara untuk menghadapi semua ancaman ini. Raka tahu bahwa perjalanannya masih panjang dan penuh rintangan, tetapi dia tidak akan mundur.

---

Pagi harinya, Raka dan Nadira bertemu di taman seperti biasa. Raka menunjukkan pesan yang dia terima kepada Nadira.

Nadira menatap pesan itu dengan cemas. "Ini semakin serius, Raka. Kita harus cari tahu siapa yang mengirim pesan ini."

Raka mengangguk. "Aku tahu. Aku akan cari cara buat melacaknya. Tapi kita juga harus berhati-hati."

Nadira meremas tangan Raka dengan kuat. "Aku akan selalu dukung kamu, Raka. Kita akan ngadepin ini bareng-bareng."

Raka tersenyum, merasa sedikit lega. Dengan dukungan Nadira, dia merasa lebih kuat. Dia tahu bahwa tantangan ini tidak akan mudah, tetapi dengan kerja keras dan tekad, dia yakin bisa mengatasinya.

Namun, di balik senyuman itu, ada perasaan cemas yang tidak bisa dia hilangkan. Siapa sebenarnya yang mengawasi mereka? Dan apa tujuan mereka?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran Raka saat dia dan Nadira berjalan ke sekolah. Mereka tahu bahwa tantangan besar masih menunggu di depan, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi semua ini.

Malam semakin larut, dan Raka masih terjaga di depan komputernya, berusaha mencari petunjuk lebih lanjut. Dia tahu bahwa perjalanannya penuh dengan misteri yang harus dipecahkan. Dan dia bertekad untuk menemukan jawabannya, tidak peduli seberapa sulitnya.

Tiba-tiba, ada ketukan di pintu kamarnya. Raka menoleh dan melihat ayahnya masuk dengan wajah serius.

"Raka, ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," kata ayahnya dengan suara rendah.

Raka merasa jantungnya berdetak lebih kencang. "Apa itu, Ayah?"

Ayahnya menatapnya dengan mata penuh kekhawatiran. "Ini tentang telepon yang Ibumu terima. Ada sesuatu yang Ayah baru ketahui, dan ini sangat penting."

Raka merasa darahnya berdesir. Apa yang akan dikatakan ayahnya? Dan bagaimana ini akan mempengaruhi segalanya? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi pikirannya, dan dia tahu bahwa jawabannya akan mengubah segalanya.

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang