Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Gadis itu menangis dipelukan Altharey sambil menutup wajahnya. Ia memang memiliki hati yang lemah hingga terlalu mudah menangis.
Sementara Altharey menenangkannya, Shine berhadapan langsung dengan sang dalang bencana ini. Tatapan kebencian tidak hilang sejak pertama kali ia melihat kakaknya mencumbu paksa Alaia.
"Well well... Lihatlah anjing yang menggigit majikannya sendiri. Bukankah begitu, Shine? " Seringai jahat muncul di wajah tampan itu membuat Shine semakin benci melihatnya.
Ia mendengus kesal. "Udah gila lo, Kak. Sadar! " Pekiknya. Bukannya mengindahkan kalimat tersebut, ia justru tertawa lantang membuat seisi ruangan itu dipenuhi dengan gelak tawanya.
Ia menggeleng.
Tidak habis pikir, ada ya orang segila itu didunia yang memang sudah gila ini?
"Me? Crazy..? Yeah.. I think so" Ucapnya tanpa rasa bersalah.
Alaia menatap nanar sang kakak dan adiknya yang kini beradu senjata tajam. Belati merah yang mengambil nyawa keluarganya selama ini.
"Gausah munafik, Shine. Kau juga kan yang membunuh mereka"
Trang!
Tak!
Ctang!
Peraduan benda yang dilapisi baja itu memekakkan telinga membuat Altharey langsung menarik tubuh Alaia agar tidak terkena imbas pertarungan tersebut.
Alaia yang sedari tadi melihatnya tanpa sadar melindungi perutnya. "... " Ia masih tidak bisa berbicara apapun setelah peristiwa tadi.
"Bukan gue yang ngelakuin, BANGSAT!! LO YANG MICU DARK BUAT KELUAR!! " Teriaknya tidak terima. Dirinya kembali menerjang tubuh jangkung tersebut.
Trang
Tang.
Tak.
Cring.
Belati lawannya telah jatuh membuatnya memiliki kesempatan emas untuk menyelesaikan pertarungan ini. Ia bergerak dengan gesit dan berpindah ke sisi belakang berniat menusuknya dari belakang.
"Heh.. " Seringai itu semakin lebar tatkala pergerakan Shine terhenti. Dia membeku dan seakan tidak bisa bergerak dari tempatnya sekarang.
Lelaki itu—Xavier—langsung menendang tubuh Shine membuatnya menabrak tembrok. Kekuatan yang dihasilkan mampu membuat tembok itu retak dan ia memuntahkan darah dari mulutnya.
"Shine.. " Lirih Alaia. Altharey semakin mengeratkan pelukan saat Alaia berusaha meraih Shine.
Semakin lama pertarungan itu semakin memojokkan Shine dan membuatnya dalam bahaya.
Brak..
"Akh" Rintis pemuda itu sembari mencengkeram perutnya yang lagi-lagi ditendang. "Sialan" Umpatnya kesal.
Badannya sudah lemas tak berdaya namun ia tak bisa membiarkan ini terus menerus terjadi. Ia bangkit, matanya mengitari ruangan yang nyaris gelap itu untuk mencari senjata.
"Mencari senjata, hmm? " Tanyanya dengan nada merendahkan.
Xavier kembali melesat.
Dor!
Untunglah lelaki bernetra ruby itu sempat menghindar, mereka sontak menoleh ke asal peluru itu melesat dan mendapati Liandi berada di sana.
Seringai mengerikan terbit diwajahnya, "Ah~ curang sekali kalian, masa 2 lawan 1? " Meski ia tau bahwa ia akan lebih unggul. Ia melirik shine dari sudut matanya. Menyedihkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/362835482-288-k541398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [End]
Mystery / Thriller"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...