Fiksii!!! Fiksiii!! Semua adegan dan tokoh adalah fiksi!!"oper bolanya njir," teriak seorang gadis tak sabaran, berlarian mengejar bola basket dengan teman setimnya. Ia tampak mencolok dengan tubuh kecilnya diantara para siswa laki-laki yang jauh lebih tinggi dan besar darinya. Dengan lincah, gadis dengan seragam olahraga itu merebut kembali bola orange bergaris-garis itu dengan lihainya.
kulit putihnya yang semakin coklat terpanggang matahari tidak menurutkan semangatnya, rambut hitam pendek diatas bahunya yang berkibas setiap kali ia bergerak juga terlihat melambai menikmati gerakan sang tuan. Walau tubuhnya lebih kecil, jangan pernah remehkan gadis itu.
Karena dia RYU.
"Ryuu, oper sini."
Tapi Ryu tidak mendengarkan dan tetap menggiring bolanya ke ring musuh.
"Bim, paha!!" Teriaknya. Yang diteriaki, Bima langsung mengerti, berlutut dengan satu kakinya dan membiarkan satunya lagi menjadi batu loncatan untuk sang pemain.
Dengan bantuan paha Bima, Ryu melompat melampaui pemain lawan dan menembakkan bola basket itu tepat sasaran, mencetak poin tambahan untuk timnya.
"Yess."
"Mantap Ryu!!" sorak Bima berhigh-five.
"Woii Ryu ini kan cuma main biasa, bukan turnamen. Santai aja napa sih?!!" protes teman-temannya yang harus menjadi lawan dirinya di permainan basket, di pelajaran olahraga kali ini.
Ryu hanya tertawa, "Lo aja yang payah, Cemen!!" ujar gadis dengan rambut pendek itu, sambil membalikkan jempolnya guna menggoda teman sekelasnya itu.
Ia berhenti begitu netranya menangkap sosok orang yang selalu menjadi target kejahilannya. Ryu tersenyum, menatap lekat sosok itu yang kini tengah mengelap wajah yang bercucuran keringat dengan tisu.
"Imut."
"Ryu, yok main lagi!! Anak-anak udah nungguin tuh." ajak Bima, namun tidak digubris sama sekali, gadis itu masih saja asik menatap orang yang begitu menarik di matanya.
Bima menaikkan alisnya, heran. Ia mengikuti arah pandang Ryu, setelah mengetahui siapa yang menjadi pusat perhatian gadis itu, wajahnya seketika berubah.
"Gue istirahat dulu, Bim." Ryu menepuk bahu Bima pelan tanpa melepas pandangannya.
"Tapi gak seru kalo lo gak main." tahan Bima, berharap Ryu berubah pikiran.
"Terus?" Ryu menoleh, menunjukkan wajah tidak pedulinya. "Gue benci paksaan."
Bima terdiam, tak lagi menahan Ryu. Membiarkan gadis dengan rambut hitam pendek itu berjalan mendekati orang yang dimaksud.
"Muka lo biasa aja dong, Bim. Haha udah kayak ditinggal nikah aja hahaha." Sorak yang lainnya melihat kedua pemain basket ulung mereka.
"Bukan ditinggal nikah, tapi ditinggal buat ngerayu ondel-ondel." Sorai tawa kembali menggelegar.
"Diam lo!" Bima menepis dengan kasar tangan Nova yang mendarat sempurna di bahunya.
wajahnya memerah karena malu dan marah. Moodnya masih rusak karena tadi, dan ejekan dari teman-temannya semakin memperparah suasana hatinya.
"Udah lah Bim, gue yakin nanti Ryu juga bosen sendiri ngedeketin modelan begituan." ujar Nova menenangkan.
"Lagian mana mungkin lo kalah sama tu ondel-ondel, kan?" tambah laki-laki bernama Topan berusaha meredakan situasi, meskipun senyum jahil masih tersungging di bibirnya.
Bima menghembuskan nafas berat, ucapan teman-temannya sama sekali tidak berbekas, mencuri pandang ke arah Ryu. "Dah yok main lagi." ajaknya, mencoba mengalihkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW TO MAKE PRETTY BOY LOVE ME
Teen FictionHIATUS!! cewek ganteng jatuh cinta sama cowok cantik? gimana jadinya?