4

18 1 0
                                    




"Nih."

Yos menatap aneh kotak bekal berwarna biru itu.

Ryu duduk di samping Yos, mengulurkan kotak bekal itu. "Ini buat lo." katanya dengan nada ceria.

Yos memandang kotak bekal itu dengan mata lebar. "Buat gue? Kenapa?" tanyanya, terlihat benar-benar bingung.

"Biar lo gak perlu ke kantin dulu."

"Gue gak bisa." tolak Yos, mendorong kotak bekal itu kembali. "Lo gak perlu sampe kayak gini, Ry."

Ryu tertawa kecil. "Kenapa enggak? Apa salahnya gue peduli sama orang yang gue suka?"

"Dan orang itu yang gak suka balik sama lo?"

"Gue gak peduli. Yang terpenting dia tahu kalo gue akan selalu nunggu."

Yos menggeleng, "dia gak bakalan mau."

"Lo suka cowok?"

"Gue bukan boti!!"

Ryu menyeringai, "kalo gitu masi ada harapan hahaha." Ryu mengacak rambut hitam bergelombang laki-laki itu.

Yos menatap kotak bekal itu saat sang pemilik telah pergi. Tangannya kembali bergetar, sentuhan sekecil itu aja bisa membuat perasaan tak nyaman itu kembali datang.

Yos menutup wajahnya dengan kedua tangannya, nafasnya kembali memburu.

***

"Lo kok bisa suka sih, Ry? Lo gak takut dicap aneh-aneh?"

Mereka saat ini tengah menikmati jam istirahat di lorong kelas mereka di lantai 2. Es krim jagung manis menjadi pelengkap yang sempurna sambil melihat lapangan basket dari atas.

Ryu menatap malas, pertanyaan yang sama selama 2 tahun ini. Apa Irani tidak bosan bertanya? Ia saja sudah bosan menjawab.

Memangnya dimana letak keanehannya sih? Dia cewek dan Yos cowok. Kenapa orang-orang sibuk sekali mengurusi mereka.

"Gak ada yang aneh kali, cuma suka sama cowok juga."

"Gak aneh kalo orang yang lo sukai itu si Bima, Aldo, atau Jess si ketua OSIS. Bukannya suka sama modelan slay kayak slai olai gitu."

"Bomat, yang penting dia normal."

"Itu namanya gak normal, ego!! Mana ada cowok normal pake makeup ke sekolah?" Seru Irani berapi-api.

Ryu menatap jengah, menoyor kepala gadis dengan jepit merah itu sedikit keras. "Bapak lo pake shampo hijab, gue gak komen ya?"

"Awhh sakit Ryu. Kenapa malah nyasar ke bapak gue sih?!"

Ryu mengedikkan bahunya, tidak peduli.

"Ryu," Bima berjalan mendekati sepasang sahabat itu, ditangannya terdapat sebuah kertas yang berisi gambar pemain basket.

"Ryu, bakal ada pertandingan basket antar sekolah minggu depan."

"Terus?" tanya Ryu acuh. Menatap sekilas lelaki dengan rambut lurus itu.

Irani membelalakkan tak percaya, bagaimana bisa Ryu setenang dan sedingin ini berhadapan dengan atlet basket sekolah, Bima.

Laki-laki itu seperti keluar dari komik-komik fantasi yang sering dibacanya. Kulit coklatnya yang eksotis, rahang tegas, badan yang tinggi tegap serta alis tajam yang menambah nilai plus dalam dirinya.

Semua siswi di sekolah itu sangat mengidolakan Bima, termasuk dirinya juga. Terkecuali Ryu yang acuh tak acuh, giliran dengan Yos baru keluar sifat manisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOW TO MAKE PRETTY BOY LOVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang