2. Misi

6 0 0
                                    

Gadis itu tersenyum kecut. Memang aneh sekali misinya, tetapi untung saja tidak sampai membunuh orang. Ia segera mencari Ayyun yang sedang berada di kelas sepupunya itu sendiri.

Rhesh masuk dengan tidak hormatnya. Ia mendorong keras pintu kelas sepupunya yang ternyata isi suasananya tak jauh berbeda, sama kacaunya. Dapat dilihat jika Ayyun sedang adu argumen dengan salah seorang siswa, kemungkinan siswa itu mendapat misi yang mengikutsertakan Ayyun di dalamnya.

Malas mendengar umpatan pedas dari sepupunya itu, Rhesh memilih untuk menariknya keluar menuju tangga. Ayyun terdiam saat Rhesh berhenti, di hadapannya kini ada tangga yang menghubungkan lantai tiga dan lantai dua.

Ayyun menatap horor saat Rhesh mengarahkan dagunya, menyuruh sepupunya itu untuk jatuh dari tangga.

"Apa kau gila, Rhesh? Kau ingin aku jatuh dari tangga tinggi ini?" Ayyun kesal.

"Tak ada yang bilang tidak. Tapi, aku tak pernah menyuruhmu jatuh dari ketinggian ini," Rhesh menarik Ayyun untuk sedikit mengikis beberapa anak tangga, "diketinggian ini lebih baik, bukan?"

Ayyun menoleh ke samping. Sepupunya itu ternyata pintar mencari celah untuk menjalankan misi, ya? Dan tanpa berlama-lama tubuh Ayyun segera menyentuh lantai keramik yang dingin karena Rhesh mendorongnya.

Sepupunya itu meringis pelan, sepertinya itu tadi lumayan sakit. Rhesh mengulurkan tangan berniat membantu Ayyun untuk berdiri. Lalu ia mengecek ponselnya, ternyata ada notifikasi pernyataan di sana.

Rhesh Mangata berhasil menyelesaikan misi.
5+ point.

Rhesh tersenyum tipis sembari mengangguk saat dirinya ditanyai oleh Ayyun.

"Bagaimana dengan misimu?" tanya Rhesh.

"Sebenarnya aku mendapat misi meremukkan jari milik siswa tadi," Ayyun menggaruk tengkuk, ia jadi bingung apakah harus melakukan atau tidak.

"Kalau begitu lakukan."

Ucapan santai dari mulut Rhesh itu membuat dirinya terdiam. Haruskah ia melakukannya? Jawaban dari sepupunya sudah tentu, iya. Keduanya kembali berjalan menuju kelas Ayyun.

"Tapi, Rhesh. Mana mungkin aku bisa meremukkan jari seseorang," celetuk Ayyun seraya meringis saat membayangkan.

"Dan kau akan menyia-nyiakan satu kesempatan gagalmu. Mau tak mau kau harus melakukannya," Rhesh menatap ke dalam kelas sepupunya lalu beralih menatap Ayyun.

"Tidak ada ketentuan tak boleh menggunakan alat, bukan?" Rhesh dapat melihat Ayyun mengangguk, "kalau begitu lakukanlah, setidaknya kau meremukkannya walau sedikit,"

Setelah mendengar ucapan Rhesh, Ayyun berjalan mengambil penghapus papan tulis. Sepupunya itu menahan pergelangan tangan siswa tersebut, sebelum semakin memberontak Ayyun segera menghujam jemari siswa tersebut. Hingga dirinya dapat merasakan tulang jemari siswa itu remuk dan mulutnya menjerit kesakitan. Ayyun membuat jarak, murid-murid di kelasnya melemparkan tatapan tak menyangka, ada juga yang takut.

Sebelum sepupunya termakan tatapan itu, Rhesh segera menariknya untuk menjauh dari sana. Lalu ia mengecek ponsel Ayyun, sudah ada pernyataan berhasil dan sepupunya mendapat lima poin.

Rhesh melirik Ayyun yang terdiam, kali ini sepupunya melemparkan tatapan kosong. Apakah sepupunya itu menyesal?

"Ayyun. Ayyun Nett, jawab aku." Rhesh mengguncangkan tubuhnya beberapa kali.

Kaki Ayyun melemas bagaikan pudding. Dirinya terduduk di lantai koridor yang sedikit sepi, hanya ada beberapa murid saja yang lewat. Ia sudah tak memikirkan apakah lantai ini kotor atau tidak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞Where stories live. Discover now