02. APA ITU?

71 14 1
                                    

Mata yang tadinya terpejam terbuka perlahan. Jean meringis kala merasakan rasa pening mendera bagian kepalanya. Mata dengan manik kecoklatan itu melirik sekilas tempat di mana ia berada. Jujur saja, Jean kurang mengingat apa yang terjadi. Yang ia tahu hanya darah yang keluar dari hidung serta mulutnya.

Jean sedikit bernafas lega kala mengetahui dirinya tengah berada di kamar apartemen hasil sewaannya. Syukurlah.

Jean bangkit dengan pelan dari posisi asal ia berbaring karena tidak sadarkan diri beberapa menit tadi, dengan langkah lunglai remaja itu berjalan gontai ke arah lemari pendingin untuk mengambil minumannya. Jean butuh sesuatu untuk menjernihkan pikirannya.

Jean meneguk minuman dingin itu dengan rakus, ia terlihat kurang peduli dengan sisa-sisa darah kering yang mengotori mulutnya.

Jean menghembuskan nafas lelah, "gue sebenarnya kenapa?" Jean berkata pelan sembari menaruh kembali minuman dingin di botol ke dalam kulkas.

Jean berjalan menuju cermin besar yang terletak disudut ruangan. Jean memperhatikan pantulan dirinya dari atas sampai bawah. Ia terlihat menyeramkan. Noda darah mengotori mulut, hidung, bahkan telinganya.

Tuk! Tuk! Tuk!

Jean mengalihkan pandangan matanya ke arah kaca yang ditutupi kain seadanya. Bunyi ketukkan pelan terdengar di sana. Apa lagi sekarang? Siapa yang mengetuk kaca itu? Tidak mungkin orang isengkan? Tidak, kamar apartemen Jean terletak di lantai paling atas. Jadi tidak mungkin itu perbuatan orang iseng.

Jean menghembuskan nafasnya pelan, remaja itu tengah berusaha mengatur detak jantungnya yang berdebar kencang. Rasa takut akan sesuatu muncul dalam pikiran.

Tuk! Tuk! Tuk!

Jean terkejut bukan main kala jendela kaca itu kembali diketuk dari luar. Kali ini suaranya ketukkan terdengar semakin keras.

Jean mencoba mengumpulkan keberanian, lalu dengan langkah pelan mulai berjalan mendekati jendela kaca itu. Salah satu tangan Jean terangkat untuk membuka kain yang menutupi jendela. Tangan miliknya bergetar bukan main karena ketakutan.

Kain yang menutupi jendela itu terbuka, kedua mata Jean langsung membola sempurna ketika melihat apa yang tadinya mengetuk jendela.

Bruk!

Laki-laki itu ambruk ke lantai karena begitu terkejut. Di sana, ada sesosok makluk aneh berukuran besar. Tentakel-tentakel tajam makluk itu mekar sempurna. Berusaha menjangkau sumber suara.

Benda panjang nan tajam itu membentur ke arah jendela berulang kali. Kaca yang tadinya utuh, perlahan mulai retak.

"S-sialan!" Jean berucap terbata sembari mencoba bangkit dari posisi jatuhnya.

Remaja itu melihat sekitar, mencoba mencari benda apa yang bisa ia gunakan untuk mendorong makluk aneh itu agar jatuh ke bawah.

Mata Jean menangkap pada sapu yang terletak tidak jauh darinya, dengan sigap ia ambil benda itu. Jean berlari kencang menuju jendela dengan sapu yang mengacung ke arah makluk yang entah apa namanya.

Namun sebelum benar-benar mendekati makluk itu, tubuh Jean sudah terlebih dahulu terhempas oleh serangan tiba-tiba tentakel besar yang masuk disela-sela kaca jendela yang sudah pecah.

"Akkh!" Jean meringis kala rasa sakit mendera bagian belakang tubuhnya akibat membentur tembok cukup kuat.

Bunyi benturan keras terdengar diluar sana. Saat Jean merasa akhir kehidupannya sudah benar-benar dekat, sesuatu yang tidak diduga datang menyelamatkannya tanpa sengaja.

Karena bunyi benturan keras itu, makluk aneh tadi jadi penasaran, dan alhasil pergi mendekati sumber suara.

Jean mengatur nafasnya yang memburu dengan susah payah. Bahu remaja itu merosot ke bawah karena benar-benar terkejut dengan apa yang ia lihat barusan.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang