Ragaku

2.5K 333 57
                                    

Baru bisa buka wattpad ><
Iseng bikin yang spicy ya.

18++ 🌶🌶🌶🌶 // normal labour

***

Vian jadi lebih jaga makan setelah dia lulus dari tipes yang menyerangnya beberapa minggu lalu. Alhasil, Bintang mulai sibuk lagi di dapur demi bantu Vian nyiapin bekal. Tapi kali ini, Vian yang lebih banyak pegang pan dan kompor. Bintang duduk anteng di meja makan sambil kasih instruksi.

"Bun, kalo begini ayamnya udah mateng belum?" tanya Vian subuh-subuh itu sambil ngangkat ayam goreng pake capitan.

"Ayah, mah. Baru masuk juga ayamnya. Masih lama itu." Bintang greget lama-lama. "Udah Bunda aja yang masakin sini."

Vian langsung bikin gestur magerin kompor dan merentangkan tangan. "Et et! Jangan, Bunda di situ aja. Ayah bisa nyiapin sendiri. Inget, perutmu udah turun lho. Udah gede buanget," kata Vian lebay.

Helaan napas muncul dari si cantik. "Iya, terserah Ayah, deh. Yang penting nanti jangan lupa sayurnya. Sama kalo mau, kemarin ibunya Mas Sam ngirimin sambel cumi asin. Silakan dipanasin, ya."

Vian ngangguk. Sejenak dia berlutut di depan Bintang. Nempelin pipi di sana. "Adek, nanti kalo Adek udah lahir, liat aja. Ayah bantu Bunda bikin MPASI kamu. Udah jago nih Ayah."

Yang dielus perutnya cuma senyum-senyum lucu. Vian segak sabar itu nungguin anak kedua mereka lahir. Tapi Vian juga berharap hawa kehamilan Bintang ini bertahan lama. Dia sadar kalau seneng lihat Bintang hamil, terutama di kehamilan kedua ini!

Sebulan terakhir ini, Bintang mulai ngerasa gampang gerah. Di rumah, dia lebih suka pakai kaos oversized sama celana pendek longgar. Tapi, kalau mau tidur, dia pake daster batik. Lebih adem katanya.

Inilah yang bikin Vian pusing. Pasalnya, waktu hamil si Abang, Bintang sosoknya jadi keibuan dan fisiknya nggak banyak berubah. Tapi sewaktu hamil anak kedua, Bintang jadi jauh lebih seksi dan binal! Ukuran dada lebih bulat, pinggang ke bawah juga. Dan calon ibu anak dua itu jadi demen banget tidur dipeluk dari belakang. Vian juga sadar, di balik dasternya, kadang si cantik gak pake apa-apa kecuali celana dalam!

Bintang juga diem aja meski pelukan Vian naik ke dadanya. Entah menikmati atau apa.

Vian sampe konsultasi ke dokter kandungannya Bintang. Takut Bintang kenapa-napa. Eh, ternyata emang karena hormon aja. Di bulan-bulan terakhir, Vian memberanikan diri buat ngajak Bintang berhubungan seksual, berbekal hasil konsultasi dokter tentunya.

Tau gak apa jawaban Bintang?

"Aku udah pengen dari lama, tapi nggak tau gimana ngomongnya. Mau 'main' sendiri juga gabisa. Ketutupan perut dan aku gak pede kalau harus lihat cermin."

Kepala Vian rasanya mau meledak. Malam setelah Bintang ngomong begitu, akhirnya Vian menuntaskan hasratnya. Sewaktu kehamilan Jiwa, Vian yang lebih banyak aktif. Tapi anehnya, di kehamilan kedua ini, justru Bintang yang banyak ambil kendali.

"Aku di atas, ya ... Nanti spooning."

"Aku mau gerak sendiri boleh?"

"Sshh ... Aa' kencengan lagi ..."

Vian pening, tapi juga seneng! Ngeliat muka Bintang yang keringetan dan kadang berair mata adalah candu terbaru yang Vian suka. Belum lagi bibir yang bengkak atau daerah sekitar nipple dan aerola yang kemerahan. Kerjaan siapa lagi kalau bukan si Ayah yang katanya 'mau nandain daerah kekuasaan dulu sebelum dikuasai dan diakuisisi Adek'. Apaan dah bahasanya, batin Bintang kesel sendiri.

Muchas Gracias - Finale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang