Bab.4

664 4 0
                                    

Di rumah, Kiba duduk di sofa dengan gelisah, menunggu kedatangan Hinata dan Hikaru. Jam dinding menunjukkan waktu yang terus berputar, namun belum ada tanda-tanda kedatangan istrinya. Cahaya lampu di ruang tamu memberikan kehangatan, namun tetap saja ada perasaan cemas yang menghantui pikiran Kiba.

"Papa, Mama kok telat pulang, ya?" Tanya Hikaru.

"Yah, mungkin Mama masih sibuk bekerja, tunggu sajalah, sebentar lagi akan pulang." Jawab Kiba sambil menghibur anaknya.

Kiba mencoba tersenyum untuk menenangkan Hikaru, meskipun hatinya sendiri dipenuhi dengan kecemasan. Dia melirik jam dinding yang terus berdetak, seakan-akan waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.

"Papa, aku lapar," keluh Hikaru sambil memegang perutnya.

Kiba bangkit dari sofa dan menuju ke dapur. "Bagaimana kalau kita buat mie instan? Papa bisa tambahkan telur dan sayuran biar lebih enak."

Hikaru mengangguk dengan antusias, "Mau, Papa! Aku bantu, ya?"

Kiba dan Hikaru mulai menyiapkan bahan-bahan untuk mie instan. Mereka tertawa dan bercanda di dapur, mencoba melupakan kecemasan yang ada. Namun, pikiran Kiba terus melayang pada Hinata dan ke mana dia pergi. Kenapa belum ada kabar?

Tiba-tiba, suara dering telepon rumah memecah keheningan. Kiba segera meraih gagang telepon lalu menjawabnya. "Hallo?"

Suara lembut dan familiar terdengar di ujung sana. "Anata, ini aku. Maaf, baru bisa meneleponmu. Aku sedang berada di kantor, tidak bisa pulang segera karena masih banyak tugas, aku mengambil waktu lemburku."

Kiba menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang masih menggelayuti hatinya. "Baiklah, Kami baik-baik saja. Jangan paksain bekerja, ya."

"Aku mengandalkanmu, Anata. Hikaru bagaimana? Dia baik-baik saja?" tanya Hinata dengan nada penasaran.

"Oh. Dia sedang membantuku menyiapkan mie instan," jawab Kiba sambil melirik Hikaru yang sibuk mencuci sayuran.

"Baiklah, kirim salam sayangku untuk Hikaru. Aku akan pulang segera setelah pekerjaanku selesai. Sampai nanti, Anata."

"Ya. Jaga dirimu jangan terlalu memaksakan dirimu, selamat malam." kata Kiba sebelum menutup telepon.

Kiba kembali ke dapur, melihat Hikaru yang sedang bersenang-senang dengan tugas kecilnya. Dia merasa sedikit lega setelah mendengar suara Hinata dan mengetahui bahwa dia baik-baik saja.

"Papa, siapa yang menelepon?" tanya Hikaru dengan rasa ingin tahu.

"Itu Mama. Dia masih di kantor dan harus lembur semalaman, jadi mungkin akan pulang lebih lama. Tapi Mama kirim salam sayang untukmu," jawab Kiba sambil tersenyum.

"Ah, oke. Aku juga sayang Mama," balas Hikaru sambil melanjutkan tugasnya dengan semangat, "Papa, lembur itu apa?"

"Hmm... Lembur itu kalau kamu bekerja lewat dari waktu biasanya, ya seperti Mamamu sekarang."

"Oh... Papa kenapa tak lembur saja? Biar bisa bekerja dengan Mama."

"Haha... Aku tidak bekerja di kantoran, Hikaru. " Kiba mengusap mulut Hikaru ada bercak makanan.

Setelah selesai memasak, Kiba dan Hikaru duduk bersama di meja makan, menikmati mie instan dengan telur dan sayuran yang mereka buat bersama. Malam itu, meskipun Hinata belum bisa pulang, mereka tetap menikmati kebersamaan dan kehangatan keluarga.

.....

Sebelumnya, di tempat Naruto dan Hinata berada, mereka berdua di dalam hotel yang sudah dipesan oleh Naruto. Kesadaran Hinata mulai kembali sedikit hilang karena meminum alkohol sebelumnya. Namun, Naruto yang sudah tidak tahan dengan nafsunya, segera ia menyerang Hinata tanpa ampun. Hinata yang masih sedikit sadar mencoba menolak, namun Naruto tetap memaksakan kehendaknya.

Office Lady Konoha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang