3. Memaksa Tanggung Jawab

1.4K 185 17
                                    


Jangan lupa komentarnya biar makin semangattt😘


" Kamu lagi hamil, Ra! Jangan sampai begadang " Walaupun kemarin kesal tetap saja hari ini mereka mengobrol lagi.

Seperti itulah yang namanya persahabatan. Tidak peduli cekcok sebesar apapun pasti ujungnya kembali lagi.

" Maunya juga gitu, No. Tapi tidak bisa tidur sama sekali " Karena memikirkan ayah dari anaknya ini.

" Sudah aku bilang untuk minta pertanggung jawaban. Kamu ini ngeyel sekali! " Ino tidak tahu saja. Tanpa ia minta bosnya malah mau menikahinya dan berniat bertanggung jawab.

Tetapi Sakura takut. Ia pasti akan dibilang jalang karena ketahuan hamil anak bosnya. Mereka akan mencemoohnya juga mengatakan kalau dirinya naik ke ranjang bosnya demi bisa ditiduri.

Lama kelamaan perutnya akan membuncit, dan sebelum itu terjadi ia akan keluar dari sini.


Mereka berpisah dilantai sepuluh karena Sakura bekerja dilantai dua puluh. Untung lift sepi jadi ia bisa menghela nafas panjang sambil berpegangan pada dinding.

Perutnya mual. Ia hanya tidur dua jam karena kepalanya berdenyut. Sepertinya ia harus menelfon dokter dan menanyakan perihal kondisinya ini. Ia sudah berdiri didepan wastafel kamar apartemennya tadi. Tapi tidak ada yang keluar, dan ia hanya sarapan sedikit karena pikirannya kacau.

Sesampainya dilantainya beberapa rekannya menatapnya. Entah apa yang membuat mereka menatap Sakura dari atas sampai bawah. Apa ia berbuat salah?

Persaingan perihal kecantikan dan moda fashion sangat ketat disini. Sakura akui kalau dirinya hanya punya Ino yang selalu membelanya. Ada Raffa, tetapi pria itu beda ruangan. Pria berkacamata yang sering menawarkan bantuan maupun kopi itu adalah karyawan pria paling respect padanya. Sisanya hanya menggodanya lalu membuat Sakura kesal seharian.


Jam kerja dimulai.

Sakura mulai menyibukkan diri walau ada yang bergosip terang-terangan. Ia mengeluarkan botol stainless yang berisi susu hamil. Dan ia kembali dikejutkan oleh kehadiran Sai yang tiba-tiba didepan kubikelnya.

Tidak bisakah pria itu datang dan menyapanya secara normal. Kenapa selalu mengagetkannya? Apa Ino tidak mengatakan kalau dirinya hamil?  Bagaimana kalau bayinya terganggu?

" Bos sedang diruangan Ibu Mella " Sakura melotot! Secepat itu wajahnya menoleh dan baru sadar kalau bosnya berada disana.

Sepagi ini sudah diskusi. Untuk apa?

" Mau apalagi Sai? " Cicitnya pada Sai. Yang lain menajamkan telinga untuk mendengar percakapan Sakura dengan Sai. Pria itu memberikan tatapan aneh, memang dasar tukang gosip.

" Kamu di acc, Ra. Kamu boleh resign! " Seketika ia sumringah. Benarkah? Jadi ia tidak perlu menunggu apalagi sampai ditekan untuk menikah oleh bosnya. Hari ini juga Sakura akan mencari tiket dan pindah.

" Serius kamu? " Tanyanya lagi. Dan Sai mengangguk, tetapi ada yang hendak bosnya bicarakan.

" Tapi.. "

Ucapan Sai menggantung saat Sasuke sudah berdiri disamping Sakura. Wanita cantik itu langsung berpegangan pada ujung meja sambil menatap bosnya lemah.

Cobaan apa lagi ini? Sakura tidak minta pertanggung jawaban tetapi kenapa pria ini malah memaksanya bertanggung jawab? Aneh sekali! Dunianya terbalik.


" Ikut aku! " Tuturnya dan Sakura mundur selangkah untuk antisipasi.

" Apa? Kemana Pak? Saya.. Saya masih mau bekerja " Ucapnya pelan. Sakura sama sekali tidak ingin ada keributan apalagi rekan kerjanya masih menatapnya tajam,  menyelidik dan penuh tanda tanya.

PREGNANT!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang