Silence

474 70 29
                                    

Gentar akan merasa lebih baik jika Frostfire mengomelinya selama 2 jam daripada tak bicara padanya sama sekali.

-----------------------------

"Hayoloh Bang Frost sampe marah," celetuk Supra, maksudnya untuk memecah kecanggungan.

Padahal dia juga ketar-ketir dalam hati.

Mata Gentar semakin berkaca-kaca mendengarnya. Glacier akhirnya bangkit untuk memeluk adik kecilnya yang gemetar ketakutan, Gentar memeluk balik seerat mungkin sambil terisak.

"Maaf...maafin Gentar...Kak Glacier...Gentar gak bermaksud begitu...ma-af...m-maaf, Gentar masih mau disini...G-Gentar gamau sendirian...maafin Gentar...jangan usir Gentar...Gentar nyesel..."

"Iya Gentar, kakak paham kamu menyesal, jangan diulangi lagi ya? Kita cuma khawatir banget kamu kenapa-kenapa," balas Glacier lembut.

"Iya...m-maaaaaaf hweeeeee~"

"Dih siapa juga yang khawatir sama elu jamet?"

"Kata orang yang lari paling pertama buat nyari Gentar waktu aku kabarin belum pulang," tiba-tiba terdengar suara Sori yang datang-datang menyindir.

"DIEM LU DUREN — ADUH!"

Tanpa persiapan, tiba-tiba Gentar menerjang Supra dengan pelukan. Beruntung dia sedang duduk di sofa, kalau tidak pemuda itu pasti sudah terjungkal.

"M-maaf-in Gentar kak..."

Aduh kalau begini mana bisa Supra lanjut marah kan. Dengan helaan nafas pelan, ia menepuk-nepuk punggung adiknya, lalu mencubit pipinya yang menyembul diantara pelukan mereka.

"Awas aja kalo bikin panik kayak gitu lagi, gue ketekin muka lu pulang main basket dek,"

Mendengar tawa kecil Gentar, Supra mendengus. "Malah ketawa,"

Setelah puas memeluk Supra, anak kelas 6 SD itu turun dari sofa, lalu beralih memeluk (menyeruduk) kakaknya yang paling muda.

"Ma-af Gentar udah bikin khawatir Kak Sori... lain kali Gentar gaakan ngerahasiain kalo pergi kemana-mana lagi,"

Sori memekik gemas lalu berlutut untuk balik memeluk tubuh kecil adiknya .

"Iiiiih cubanget adeknya Soriiii! Iya iya sejuta maaf Kak Sori untukmu adeeek!"

Gentar tertawa karena rambut Sori yang menggelitik lehernya.

"Aku mau minta maaf sama Kak Frost juga,"

Gumaman itu membuat ruang tengah seketika hening. Supra, Sori, dan Glacier bertukar pandang khawatir. Supra menggeleng kencang, Glacier mengerutkan keningnya, Sori melotot, ikut menggeleng lebih pelan. Setelah diskusi singkat tanpa suara itu selesai, ketiganya menghela nafas dan mengangguk pelan, dan barulah Sori melepaskan pelukannya pada sang adik.

"Bang Frost kayaknya lagi capek, dia abis ekskul kan hari ini," ucap Sori dengan cengiran yang sedikit dipaksakan.

"Biarkan Kak Frost mendinginkan kepala dan istirahat dulu, ya? Minta maafnya um, mungkin besok-besok aja," ujar Glacier sambil tersenyum canggung.

Gentar sedikit menunduk sedih. Semarah itukah kakak pertamanya? Apakah Frostfire menjadi semarah itu karena kelelahan? Gentar jadi semakin merasa bersalah sudah membuat masalah.

Kepalanya mendapatkan tepukan pelan dari Supra. "Kamu juga istirahat dulu malam ini, besok masih jadwal sekolah,"

Anak sekolah dasar itu mengangguk pelan.

-----------------------------

Gentar sedang dalam perjalanan menuju kamarnya untuk tidur ketika pintu kamar Sopan tiba-tiba terbuka dan tangannya ditarik ke dalam. Belum sempat ia bertanya, Sopan sudah nyerocos terlebih dahulu.

Silent TreatmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang