Nightmare

538 73 32
                                    


Untuk kesekian kalinya, Gentar terlonjak bangun di kamarnya yang gelap.

-----------------------------

Gentar terbangun di tengah kegelapan. Tidak, bukan hanya kegelapan dimana ia masih samar-samar melihat kamarnya.

Tapi hitam. Hanya hitam sejauh mata memandang.

Kepalanya menoleh kesana kemari, mencari secercah cahaya yang dapat menerangi tempat yang tak terlihat ujungnya itu.

"Abaaang? Adeeek?" panggilnya takut-takut, suaranya sedikit bergetar. Suaranya bergema, dan hal itu membuatnya semakin takut.

Tempat apa ini?

Perlahan, Gentar mulai melangkahkan kakinya, berjalan tanpa arah, masih berusaha memanggil saudara-saudaranya.

Disini gelap dan dingin. Gentar ingin coklat panas buatan Glacier. Gentar ingin bermain air dengan Sori di taman. Gentar ingin membaca buku bergambar bersama Sopan. Gentar ingin menonton televisi bersama Supra. Gentar ingin pelukan Frostfire yang hangat.

Gentar ingin pulang, kembali ke tempat dimana saudara-saudaranya berada.

Seolah Tuhan menjawab do'anya, ia samar-samar melihat siluet kakak tertua-nya cukup jauh di depan, berjalan entah kemana. Hanya dengan melihatnya dari jauh Gentar sudah merasa senang karena tidak sendirian disini.

"Bang Epep!"

Seolah tak mendengar apapun, Frostfire terus berjalan.

Kaki-kaki kecil Gentar kini harus berlari untuk meraih sosok yang semakin menjauh tak peduli selama dan sejauh apapun ia berlari.

"Bang Froooost! Abang mau kemana?! Jangan tinggalin Gentar!"

Frostfire akhirnya menghentikan langkahnya. Dengan hati yang lega, Gentar berlari secepat mungkin untuk meraih tangan sang kakak.

Tak ada sedikitpun keraguan ataupun kecurigaan dalam hatinya kala itu terhadap Frostfire. Sehingga, hal yang terjadi selanjutnya tak pernah sedikitpun terpikirkan dalam benaknya.

Sebelum Gentar bisa menyentuh tangan yang sering menggandengnya sejak kecil, mengusap air matanya ketika sedih, mengangkat tubuh kecilnya tinggi-tinggi ketika bermain...Frostfire menepisnya kasar.

Gentar tidak tahu apa yang dipikirkan sang kakak, ia tidak bisa melihat ekspresi apa yang ada di wajahnya ketika melakukan itu.

"...k-kak?" suara kecilnya berbisik lirih tak percaya.

Akhirnya, Frostfire menoleh sedikit, menatap Gentar dari sudut matanya yang memicing sinis. Tanpa mengatakan apapun, ia mendengus pelan, kemudian berlalu pergi meninggalkan Gentar dalam kegelapan. Semakin jauh, semakin sosok kakaknya itu ditelan kegelapan.

Baru saja Gentar ingin kembali mengejar satu-satunya sosok lain di tempat gelap ini, sesuatu yang mengerikannya terasa seperti tangan menahan pergelangan kakinya.

"KAK! KAKAK! JANGAN TINGGALIN GENTAR DISINI!"

"KAKAAAK!"

-----------------------------

Gentar terlonjak bangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu dan jantung berdebar kencang. Pandangannya buram, namun ia mengenali ruangan gelap yang merupakan kamarnya sejak bertahun-tahun ini. Gentar beberapa kali berkedip untuk memperjelas pandangannya.

Silent TreatmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang