Disclaimer: penggambaran latar, penyakit, serta pengobatan yang kurang akurat karena author bukan nakes
-----------------------------
Glacier berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja hari ini. Kondisi adiknya sudah lebih membaik, Gentar sendiri bilang sakit di kepalanya sudah lebih berkurang dibanding sebelumnya.
Dokter kembali datang tak lama setelah Supra pergi. Dengan janji akan membelikan snack-snack kesukaannya sepulang pemeriksaan, Gentar setuju untuk ambil darah. Beruntung petugas laboratorium yang mengambil darahnya pandai mengajak ngobrol anak-anak. Tanpa disadari Gentar yang asik menceritakan kejadian lucu di sekolahnya, sampel darahnya berhasil diambil.
Kedua bersaudara itu mampir ke kantin rumah sakit untuk sarapan sebelum kembali ke UGD untuk menunggu hasil tes darah. Seorang dokter UGD menghampiri mereka begitu Gentar kembali berbaring di ranjang dengan senyuman.
"Selamat pagi adik-adik, bagaimana keadaan dik Gentar? Sudah lebih baik?"
"Sudah dok," Gentar dan Glacier menjawab bersamaan, yang lebih muda menjawab dengan semangat.
"Karena sekarang dik Gentar sudah merasa lebih baik, dokter mau bertanya beberapa hal boleh?" dokter kembali bertanya dengan nada ramah sambil melirik Glacier sebentar, seolah meminta izinnya juga.
Gentar ikut menatap Glacier, menunggu reaksinya. Setelah Glacier mengangguk, dokter kembali menatap Gentar yang ikut mengangguk juga.
"Dik Gentar sudah berapa lama demam sebelum dibawa ke rumah sakit hari ini?" tanya dokter dengan senyuman teduh yang tak luput dari wajahnya.
Gentar terdiam, matanya beberapa kali melirik Glacier sedikit takut-takut sambil memainkan jarinya dengan gugup.
"S-sekitar... 3... 4...hari?"
Glacier melotot, Gentar menciut dan menghindari tatapan sang kakak dengan menghadap bapak dokter.
"Ta-tapi gak paraaah! Demamnya gak... terlalu tinggi, sering turun juga! Gentar gak banyak gerak di sekolah, se-sering istirahat juga kok di rumah!" dengan cepat, Gentar menjelaskan.
Dokter mengangguk, menulis catatan.
"Ada keluhan selain demam?"
"..."
"Gentar, supaya cepat pulang, pak dokternya dijawab ya? Abang gaakan marah kok," Glacier berusaha membujuk sambil tersenyum.
Iya, tersenyum mengancam.
"Tapi senyuman Bang Aci serem ih,"
Dokter berdehem pelan untuk menarik kembali perhatian keduanya.
"Itu... kadang badan Gentar pegel-pegel sakit, terus... kadang mual muntah juga,"
Glacier menyernyitkan dahi. Itukah yang menyebabkan adiknya terasa lebih ringan dari biasanya? Meski sudah jarang menggendong adiknya ("Gentar sudah besar! Umurnya sudah 2 angka! Tidak perlu digendong-gendong lagi!" ucap Gentar di ulang tahunnya yang ke 10 meski nyatanya kadang dia masih minta gendong), Glacier setidaknya ingat kalau Gentar tidak seharusnya seringan itu. Dari kelima saudaranya, Gentar bisa dibilang paling banyak makan setelah Frostfire. Mungkin karena keduanya merupakan tipe yang hobi melakukan kegiatan fisik jadi membutuhkan sumber energi yang besar juga.
Dalam sepersekian detik, alis sang Dokter sedikit berkerut sambil mencatat, senyuman ramahnya kali ini terlihat sedikit dipaksakan di mata Glacier.
"Baiklah, terima kasih sudah menjawab dokter dengan jujur, saya akan kembali mengabari kalau-kalau hasil tes laboratorium keluar, jadi selamat beristirahat ya dik,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Treatment
FanfictionFrostfire itu sangat jarang sekali marah. Dibanding kedua kembarannya, dia cenderung paling easy-going dan dekat dengan semua adik-adiknya tanpa terkecuali, terutama Gentar. Adiknya yang satu itu lengket sekali padanya, karena kalau Gentar kumat jah...