Ctas
Ctas
Ctas
Ctas
Entah sudah berapa kali cambukan itu mengarah pada pemuda ringkih berwajah pucat tersebut.
Darah yang bercucuran dari sela sela goresan luka, akibat sebuah cambukan yang terus diterimanya.
"A-ampuunnn t-ttuaan" lirih pemuda tersebut.
"Setelah kamu berani mencelakai putra bungsu saya" suara berat dari seseorang yang pemuda itu sebut tuan.
Ctas
Ctas
Ctass
"T-tuann, s-sakiit ssshhh aampun hiks" ringis pemuda tersebut.
"Siapa yang mengizinkan kamu menangis hmm?" Tanya sang tuan.
Ctass
"M-maaf, aampun" ucap pemuda itu semakin lirih.
Hah, pria berkepala tiga tersebut menghela nafas, menyudahi pekerjaannya lalu ia meninggalkan pemuda tersebut sendirian di atas lantai dingin dan berbau anyir, ruangan gelap yang hening, ruangan bawah tanah.
Brak
Cklik
"T-tuann Leo takut sendirian"lirih pemuda tersebut semakin melemah dan akhirnya kehilangan kesadarannya.
,,,
Sudah dua hari lamanya Leonel terkurung dalam ruang bawah tanah tersebut, tanpa di beri makan bahkan minum sekalipun.
Dalam keadaan tidur.
Kemarin ia sudah tersadar lalu pingsan kembali karena tubuhnya yang lemas, dan tadi malam ia akhirnya sadar kembali.
Ia selalu berharap ketika ia pingsan ia akan tersadar dalam keadaan ia sudah berada di kamarnya. Tapi Leo sadar, siapa dia sampai akan di perlakukan seperti itu. Dia hanyalah anak seorang pelayan yang lahir karena ketidak sengajaan.
Dari cerita yang Leon ketahui, ia adalah anak pelayan yang pernah bekerja di rumah ini. Ibunya bernama Mayang.
Mayang diusir dari rumah karena kesalahannya sendiri, ia melakukan hubungan layaknya suami istri dengan kakak kelasnya sewaktu SMA, dan Mayang akhirnya mengandung buah hatinya 'Leonel Xavier', itu nama yang Mayang berikan.
Dan akhirnya ia dengan modal nekatnya menyusuri jalan demi jalan. Hingga di tengah jalan ia melihat mobil pickup sayur yang katanya akan pergi mengangkut sayur ke Jakarta.
Mayang berfikir, mau jadi apa jika dia tetap berada di bandung, semua orang sudah mengetahui apa yang terjadi dengannya. Akhirnya dengan tekat bulat ia menumpang mobil itu sampai di Jakarta. Ia akan memikirkan nasibnya nanti di kota orang.
Sampai akhirnya ia telah sampai di Jakarta ia mengucapkan terima kasih kepada supir mobil pickup tersebut lalu pergi tak tau arah.
Ia kesini tak membawa apapun, di sakunya hanya tersisa uang sepuluh ribu yang sudah lecek, ia harus bagaimana?.
Ditengah lamunannya ia mendengar suara ibu ibu yang meminta tolong, Mayang menghampirinya.
Disana terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang meminta tolong dengan mempertahankan sebuah tas pada genggamannya, lalu akhirnya Mayang membantunya.
Mayang bisa, tentu saja karena ia seorang atlet pencak silat bersabuk hitam.
Empat preman tersebut kualahan apalagi dengan suara ricuh warga yang mendekati mereka, preman tersebut hampir kabur, tapi terlambat. Para warga sudah mengunci pergerakan mereka berempat dan akhirnya mereka di tangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Wanita paruh baya tersebut berterima kasih kepada Mayang, ia memberikan segepok uang kepada Mayang, Mayang menolak, Mayang tidak bisa menerimanya, hingga wanita paruh baya tersebut bertanya dimana rumah Mayang, ia akan mengantarkannya pulang.
Mayang bergeming, ia tidak mengeluarkan suara selama beberapa menit hingga akhirnya ia menceritakan semua yang terjadi kepadanya.
Wanita paruh baya tersebut merasa iba dengan hidup Mayang, akhirnya wanita paruh baya tersebut memberikan pekerjaan sebagai pembantu dirumahnya dan membiarkan Mayang tinggal di rumahnya.
Beberapa tahun berlalu, hingga kejadian naas tak bisa terhindarkan terjadi, Mayang kecelakaan dan meninggal saat Leo berusia empat tahun.
Entahlah kurang lebihnya seperti itu, Leo tidak terlalu mengingatnya karena dulu ia masih sangat belia untuk mengerti semuanya.
Kembali pada Leo.
Clek
Suara pintu terbuka menampakkan pria berkepala tiga yang menyiksa Leo kemaren.
Pria itu mendekat kearah Leo, lalu menendang kepalanya.
"Bangun, jangan jadi pemalas, saya tidak suka pemalas berada dalam kediaman saya" ucap pria tersebut masih dengan menendang nendang kepala Leo.
"Eeung, t-tuan?" Suara serak lirih terdengar dari mulut kecil Leo.
"Bangun sialan" umpat pria tersebut.
"Maaf tuan" ucap Leo sembari bangun dan menundukkan kepalanya.
"Kerja udah siang, kamu pikir makanan yang kamu makan dibeli dengan daun?" Sentak pria tersebut kepada Leo, pria tersebut berlenggang pergi meninggalkan Leo setelah menghadiahkan sebuah tendangan pada dada Leo membuat Leo tersungkur kembali ke lantai.
Leo bangun, ia segera keluar dari tempat menyeramkan itu, dengan tertatih ia menaiki banyak anak tangga untuk mencapai lantai dasar ( lantai satu).
Hah
Leo menghela nafas, tubuhnya sakit, ia merasakan ngilu di sekujur tubuhnya.
Tidak, ia tidak boleh lemah, ia masih bersyukur karena masih diberi makan dan tempat tinggal.
Di beri?, sepertinya kata tersebut terlalu sopan untuk tuannya. Dari pada di beri, kata upah lebih cocok untuknya.
Ia bekerja, membersihkan rumah dan sebagainya dirumah tersebut, apapun yang tuannya katakan ia harus menurutinya.
Sabar Leo, Lo kuat, Lo masih harus kerja kalo masih mau makan.
Leo bukan pemuda yang polos dan naif, ia masih mengenal dunia luar, ia sadar selama ini ia di perbudak oleh tuanya, ia ingin memberontak, tapi mengapa hatinya sulit sekali untuk melakukannya.
'Udah Leo, Lo ngapain sih mikir ga jelas kayak gitu, mending mandi terus beberes rumah' monolog Leo dalam hatinya
Tebece.
Haaiii, panggil aku jiaa.
Aku kembali bareng Leo buat mengisi kegabutan kalian.
Ini pertama kalinya aku bikin cerita kayak gini, mohon dukungannyaaa.
Vote komennya jangan lupa😠.
Sekian, wassalamualaikum warahmatullah.
832 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leonel Xavier
Science Fictionhanya sepenggal kisah seorang Leonel Xavier yang bertahan ditengah kejamnya semesta. "ternyata semuanya cuman drama" "gimana sih rasanya dianggep manusia?" "terserah lo mau ngomong apa" "gue benci diri gua yang terlalu lemah" "pada akhirnya gue le...