16. Askara Bhumi Laksamana

15.3K 887 3
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!







Sekarang madhava, mahesa, aksa, dewa, gara serta kara berada diruang keluarga mansion laksamana, setelah tadi acara terbangunnya kara dari tidur singkatnya, aksa beranjak membawa kara ke ruang keluarga diikuti yang lain, kara menatap madhava yang juga sedang menatapnya, anak itu merasa heran, kenapa pria didepannya ini terlihat lebih santai dengan tatapan yang lembut juga.. teduh?

"Kenapa menatap daddy seperti itu hm?" Tanya nya membuat kara tersadar dari lamunan, dan apa? DADDY? apa pria itu sudah tau? Kara tak sadar matanya menatap kaget dan membulat lucu, membuat yang lainnya terkekeh pelan

Madhava bangkit dan mengangkat kara lalu mendudukkannya dipangkuan, kara terkejut bukan main, badannya menegang "daddy sudah tau, abang dan kakakmu sudah menceritakan semuanya, maaf" madhava menghela napas pelan sambil menunduk menatap manik coklat terang milik kara dalam "maaf tidak bisa menjagamu waktu itu, maaf juga tidak menjenguk mu dirumah sakit, maaf tidak bisa menemukanmu dalam waktu dekat, dan maaf telah membuat kesan buruk dipertemuan pertamamu dengan daddy, maaf karena daddy menuruti ego daripada kata hati, maaf kan daddy askara" sambungnya pelan mengelus lembut pipi sedikit berisi kara, mata madhava sampai berkaca-kaca karena ini adalah momen yang selama ini ia tunggu dimana sang anak bungsu ada bersamanya

Entah kenapa kara ikutan sedih melihat mata yang hampir sama dengannya itu berkaca-kaca, jadi.. ini ayah nya ya? Tampan. tapi kenapa ibu bilang ayah tidak pernah mengharapkan kehadirannya, apa ibunya berbohong seperti dia berbohong saat mengatakan bahwa ia ibu dari kara?

"D-dad-dy" kara berucap terbata-bata, tapi berhasil membuat senyum lebar terbit di sudut bibir semua yang mendengar disana

"Ya, ini daddy kamu nak" dhava kembali mengelus pipi kara dengan lembut "apakah boleh daddy peluk?" Tanyanya

Kara awalnya ragu, tapi melihat tatapan sang ayah yang begitu berharap membuatnya mengangguk pelan, tidak menyia-nyiakan kesempatan madhava segera memeluk sang putra bungsu dengan erat, menyalurkan kerinduan yang dia pendam selama 13 tahun ini, kara tidak membalas, ini terasa berbeda karena ini pertama kalinya ia dipeluk sang ayah yang selama ini tak pernah ia ketahui rupanya, tapi kara akui dia merasa nyaman dan hangat, membuat perasaan tenang didalam hatinya

"Daddy janji akan menjagamu seperti janji daddy pada mommy, jadi jangan tinggalkan daddy lagi ya?, daddy tidak sanggup rasanya kehilangan salah satu putra daddy, itu sangat menyakitkan, daddy merasakannya selama belasan tahun ini, daddy menyayangi kalian" gumam dhava pelan nyaris berbisik, hanya kara dan aksa yang mendengar karena memang aksa berada disamping sang daddy yang memangku adik bungsunya

Kara tetap diam tidak bergeming, dia berpikir apa setelah ini dia boleh berharap pada orang yang mengaku sebagai ayahnya? Berharap agar tidak dikecewakan suatu saat nanti, apa boleh dia membuka hati dan menyayangi orang-orang dikeluarga ini? Rasanya kara takut suatu saat ia akan dikecewakan, tapi tidak salah kan kalau dia mencoba dulu?
Kara hanya bocah 13 tahun yang belum pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, dari yang kara dengar ini bukan sepenuhnya salah sang daddy, sebab semua ini terjadi juga karena takdir, jadi kara ingin mencoba berdamai dengan masalalu, semoga saja kara bisa

"Uhm, daddy juga jangan tinggalkan kara" cicit kara pelan

Dhava mengurai pelukannya, dia melihat setiap inci wajah si bungsu, ia tangkup kedua pipi berisi milik sang anak "janji untuk selalu bersama apapun yang terjadi?" Tanya dhava

Kara mengangguk lucu dengan poni yang ikut bergoyang, gara terkekeh pelan melihatnya "pah, apa dulu daddy juga bertingkah selucu ini? Aku ingin sekali melihatnya " tanya gara pada Mahesa yang malah tertawa mendengar ucapan gara

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang