30. Askara Bhumi Laksamana

8.2K 794 65
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!

ig wp : @caniasa_ne (jangan lupa follow)








Dua minggu terlewati, keempat laksamana bersaudara terlihat semakin dekat dan mengakrabkan diri. Jujur selama dua tahun ini hubungan antara aksa dan dua adik kembarnya terasa renggang dan jauh, aksa pikir karenanya yang terlalu sibuk dengan kampus dan kantor.

Tapi sekarang aksa sadar, kalau terus-terusan begitu, hubungan persaudaraan mereka bisa hancur begitu saja. Jadi, aksa memutuskan untuk lebih banyak meluangkan waktu dirumah apalagi saat weekend. Ditambah adik bungsunya yang menggemaskan, membuat aksa tidak tahan berlama-lama diluar tanpa melihat kehadirannya.

Berbeda dengan hubungan persaudaraan mereka, hubungan ayah dan anak bungsu di rumah yang sama itu masih canggung dan dingin. Madhava sudah meminta maaf saat kara masih di rawat sesaat setelah kara berbaikan dengan aksa. Anak itu memang mengatakan tidak membencinya. tapi terlihat sekali kilatan kecewa yang terlalu besar didalam mata sang anak.

Si bungsu juga mulai menjaga jarak dari nya, tidak ada lagi sapaan ceria saat ia pulang kerja, atau sekedar senyuman manis saat ia lelah.

Semua hilang karena kecerobohan dan kebodohannya.

Madhava sering kali mencoba mendekatkan diri, tapi sang anak selalu menghindar dengan berbagai alasan, seperti

"Adek.."

"Aka kekamar dulu ya dad, mau tidur"

Atau

"Sayang.."

"Uhm aka mau mandi dad, gerah abis dari luar"

Ada lagi

"Nak.."

"Dad, aka capek mau istirahat"

Seperti itu kira-kira alasannya, atau seperti sekarang contohnya.

Saat ini si bungsu sedang duduk di sofa ruang keluarga menonton kartun kesukaannya. Madhava ikut duduk disampingnya, mengamati wajah manis sekaligus imut yang akhir-akhir ini sulit sekali ia teliti.

Kara yang merasa orang disebelahnya terus menatap dirinya dengan intens, menggeser duduk nya sedikit menjauh.

"Kenapa menjauh?"

Kara gelagapan, tanpa melihat orang yang bertanya, ia menjawab pelan "um i-itu mau kekamar, a-ka ada pr, iya pr!" Jawabnya hendak beranjak

Baru saja bangkit dari duduknya, tangan kara dicekal, ditarik kebelakang dan terduduk kembali tepat disamping sang daddy yang kini memeluknya dengan erat

Kara mematung, tidak menyangka kalau ia mendapat pelukan dadakan, tangannya tidak membalas tapi tatapan kara berubah sendu saat melihat bahu yang biasa tegar dan kokoh itu bergetar menahan isakan. Kara merasakan baju bagian bahunya basah, tanda orang itu sedang menangis

"Ma-maaf.. jangan hu-kum da-ddy begini nak, da-daddy hiks rindu sekali dengan kamu, jang-an jauhin daddy lagi hiks"

Lolos sudah isakan yang sejak tadi dhava tahan, ia tidak kuasa menahan tangis, tangis kerinduan yang ia tahan dua mingguan ini.

Ia dan Anaknya masih berada dalam satu rumah, bahkan terkadang diruangan yang sama, tapi rasanya sangat jauh untuk dhava gapai.

"Ta-tam-par daddy atau ka-mu pukul daddy, ta-tapi jangan jauhin daddy, ja-ngan cuekin daddy lagi, daddy mohon" dhava memohon seraya mengurai pelukan berganti menggenggam tangan mungil itu dan menempelkan pada pipi sebelah kirinya, sedangkan tangan kanan menyentuh pipi sang anak yang sempat ia tampar dengan keras.

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang