3 | Musuh

205 31 4
                                    

"Jeongwoo kenapa sayang? Kenapa wajahnya babak belur begini?" tanya Inguk selaku Ayahnya.

"Ini karena anak kamu Mas. Kalau saja dia bisa jaga Jeongwoo pasti anakku gak akan sampai masuk rumah sakit lagi. Nyusahin terus anak itu," marah sang Istri membuat Inguk mengusap wajahnya kesal.

"Eunji berapakali aku bilang Jihoon juga anak kamu. Kenapa kamu selalu saja tak menanggapinya hah?" Inguk pun tak bisa menahan amarahnya.

"Kan, kamu malah bahas itu. Yang penting itu sekarang Jeongwoo bukan Jihoon Mas!"

"Jihoon juga butuh sosok Ibu Eunji. Kenapa sih kamu gak bisa adil? Apa yang buat kamu benci sama Anak kamu sendiri hah?" tanya Inguk pada akhirnya.

Ia muak, walau terlambat mengatakan hal ini ia harus tahu apa penyebab sang istri begitu tak adil pada anak sulungnya. Selama ini ia begitu mengabaikan masalah ini dan malah fokus pada pekerjaannya saja. Ia gagal menjadi seorang Ayah.

"Gara-gara anak sialan itu Jeongwoo sempat kena gegar otak waktu kecil. Lalu gak sampai di situ Mas, kecelakaan waktu Jeongwoo umur sepuluh tahun menyebabkan paru-parunya luka. Itu semua karena Jihoon! Kalau saja dia gak maksa Jeongwoo ikut kalian pasti dia sehat sekarang. Kenapa harus Jeongwoo yang menderita? Sedangkan kalian yang juga mengalaminya tetap sehat, ini juga gak adil Mas," jelas sang Istri mengebu-gebu sembari terisak membuat Inguk iba.

Ia memeluk sang Istri. Nyatanya ia memang tak mengetahui hal ini. Dia terlalu cuek pada keluarganya sendiri.

"Maafin Mas," hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

Tapi bagaimana Jihoon?

Apa benar dia sehat setelahnya?

Apa anak itu tidak menyembunyikan apapun pada orang tuanya?

"JIHOON!"

"Lu juga jangan panik Ruto. Pasti Jihoon baik-baik saja," tegur Junkyu menenangkan Haruto yang mengetok brutal rumah tetangganya itu.

"Jeongwoo di rumah sakit, harusnya kakaknya juga ada di sana. Gue mau jemput dia," ujar Haruto membuat Junkyu menghela nafasnya.

"Emang kenapa? Kenapa lu sekhawatir ini?"

"Lu gak ngerti kak. Kalau Jeongwoo siuman dia pasti nyari kak Jihoon dulu. Dia bakal cepat sembuh setelah lihat kak Jihoon," jelas Haruto.

"Ya lu santai saja kali kenapa harus teriak-teriak? Lu bisa hubungin dia lewat telepon siapa tahu dia gak ada di rumah," saran Junkyu membuat Haruto mendengus.

"Kak Junkyu yang bilang kan kalau dia pulang duluan tadi. Lu juga lihat Donghyuck gak sama dia, terus gue harus nyari Jihoon di mana kak? Dia cuman bergantung sama gue atau gak kak Donghyuck. Jelas gue khawatir," jengkel Haruto kemudian tanpa basa-basi lagi ia mendobrak pintu itu.

Brukk

"Bangsat lu gak sabaran banget sih. Gue tadi habis tidur kenapa lu dobrak pintunya," ujar Jihoon yang muncul sembari membawa segelas air.

"Kalau pintunya rusak gue yang dimarahin Ruto," marah Jihoon lagi sembari mengecek pintunya.

"Lu gak papa kan kak?"

"Gue gak papa. Tapi pintu gue masalahnya," jawab Jihoon membuat Haruto lega. Ia memeluk Jihoon erat.

"Ayo ke rumah sakit. Gue mau ceritain kronologinya kak," bujuk Haruto membuat Jihoon melepaskan pelukannya.

"Gue.gak.suka.rumah.sakit!"

"Kok lu gitu sih? Adek lu sakit Hoon," sahut Junkyu keheranan.

"Orang tuanya udah di sana jadi gue gak perlu kan ada di sana. Kenapa lu maksa gue ke sana?"

What's Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang