Chapter 0

146 6 0
                                    

"Jangan pernah berpikir bisa mematahkan keyakinanku, karena itu adalah hal yang sia-sia"
_Ae_

"Kakak!" panggil seorang gadis yang sedang berlari dengan cepat, mengabaikan kedua kakinya yang sudah berlumuran darah dan terluka tanpa mengenakan mengenakan alas kaki.

Seorang pemuda yang merupakan sang kakak pun terkejut ketika melihat adiknya berlari menghampirinya dengan raut wajah khawatir bercampur panik. Jika biasanya dia senang bertemu adiknya, namun tidak kali ini. Karena saat ini mereka sedang berada dimedan perang, tempat yang penuh dengan darah dan bahaya.

"Ae?! Apa yang kau lakukan disini?!" serunya pada adik perempuannya.

Melihat adiknya yang tidak pernah mengambil keputusan dan tindakan gegabah, tiba-tiba melakukan hal yang ceroboh dan berbahaya seperti ini membuatnya menatap adiknya khawatir. Sebenarnya, apa yang membuat adiknya mengambil tindakan seperti itu?.

Saat dia sudah berhadapan dengan kakaknya, dengan napas yang terengah-engah dia mengatakan. "Kakak, ada yang ingin Ae sampaikan..."

Kalimatnya terhenti saat kedua matanya menangkap sebuah anak panah yang melesat dengan sangat cepat kearah kakaknya, langsung saja dia menarik tubuh sang kakak untuk bertukar posisi dengannya, sehingga dia lah yang tertusuk anak panah itu menggantikan kakaknya.

"Ae?!" matanya terbelalak dan shock kala melihat anak panah itu menusuk tubuh adiknya dengan sangat cepat. Dia menangkap tubuh adiknya yang kini sudah berlumuran darah, hatinya terasa sangat menyakitkan menyaksikan semua itu.

Mengapa?

Mengapa adiknya melindunginya? seharusnya, dialah yang tertusuk oleh anak panah itu.

Seharusnya dia menyadarinya,

Seharusnya dialah yang melindungi adiknya.

Ini semua adalah kesalahannya.

Semua kalimat itu terus menerus berputar dalam benaknya, dia menyalahkan dirinya sendiri karena adiknya terluka menggantikan dirinya.

"Kakak..." lirihan pelan dari adiknya menyadarkan dirinya dari pikirannya.

"Ae, bertahanlah! aku akan membawamu ke tempat yang aman dan mengobatimu." Ucapnya gemetar.

Ae hanya menggeleng pelan dan menggenggam tangan kakaknya, napasnya semakin melambat setiap detiknya. "Tidak perlu, Ae hanya ingin menyampaikan sesuatu.."

"Apakah sesuatu itu lebih penting dari kondisimu saat ini?!" serunya yang semakin khawatir dengan kondisi adiknya, dia terlalu takut jika harus kehilangan adiknya.

"Raja.. Alveira.. Bahaya.."

"Apa yang kau katakan, Ae?"

"Kakak.. ada cara.. untuk menghentikan perang ini.." semakin sulit baginya untuk berbicara, bahkan untuk bernapas pun rasanya sangat menyakitkan.

"Sang raja.. temukan.. dan selamatkan.. raja yang asli.. hanya beliau lah.. yang bisa.. menghentikan.. perang berkepanjangan ini." Ucapnya untuk yang terakhir kalinya sebelum pada akhirnya dia menutup matanya dan menghembuskan napas terakhirnya.

Saat merasakan tubuh adiknya semakin dingin dipelukannya, dia menyadari bahwa adiknya sudah tidak bernapas lagi. Dirinya terlalu shock untuk memberikan respon atau mencerna apa yang diucapkan adiknya, semua pikirannya kosong. Yang ada dipikirannya saat ini, adiknya sudah pergi. Dia tidak akan lagi bisa bersama dengan adiknya, dia tidak akan lagi melihat senyum manis adiknya.

Air matanya perlahan mulai menetes dan terjatuh dari matanya, dia memeluk erat tubuh adiknya yang sudah dingin dalam pelukannya.

_Mereka mengatakan, kematian adalah awal dari segalanya_

Harmony - Soul Land FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang