Chapter 1 { Aileen

846 11 0
                                    

~Aileen~

Hujan deras mengguyur kota, menciptakan genangan air di jalan-jalan yang berkilauan di bawah cahaya lampu jalan.

Aku berdiri di tepi gedung tua, mencoba mengatur napas setelah berhasil menyelinap keluar dari sarang musuh.

Tugas kami kali ini adalah merampas informasi penting dari kelompok rival yang mencoba menyaingi kekuasaan keluarga Parker A.K.A Keluarga ku. Matahari sudah hampir tenggelam, menyisakan langit yang berwarna kelabu gelap.

"Aileen, status?" Suara Rei terdengar melalui earphone kecil di telingaku. Dia selalu ada di mobil van yang diparkir beberapa blok jauhnya, mengawasi gerak-gerikku melalui layar laptopnya yang menampilkan feed dari kamera CCTV.

"Target diamankan," jawabku sambil menghapus sisa-sisa air hujan dari wajahku. "Aku dalam perjalanan kembali. Bagaimana keadaan di sekitarku?"

"Semua aman, tidak ada gerakan mencurigakan. cepat kembali sebelum ada yang menyadari apa yang terjadi."

Aku berlari menyusuri gang sempit, merasakan setiap langkahku memercikkan air.

Ini bukan pertama kalinya kami menjalankan misi semacam ini, tapi kali ini terasa berbeda. Mungkin karena hujan, atau mungkin karena perasaan gelap yang selalu mengikutiku setiap kali aku melangkah lebih jauh dalam dunia kejahatan keluarga Parker.

Sesampainya di van, Rei membuka pintu samping dan menarikku masuk. Wajahnya penuh konsentrasi, tetapi ada senyum tipis di bibirnya yang menunjukkan rasa lega.

"Kerja bagus," katanya sambil menutup pintu. "Sekarang ayo kita pulang ."

Aku duduk di kursi belakang, mencoba mengatur napas. Kami melaju meninggalkan lokasi, dan aku memandangi tetesan air yang berlari di kaca jendela.

Pikiran tentang masa lalu kembali menghantui, terutama tentang ayahku, Dominic. Dia adalah pria yang dingin dan kejam, tidak pernah ragu untuk mengorbankan apa pun demi kekuasaan. Bahkan sahabat kecilku dulu, yang terbunuh karena kebijakan kejamnya.

"Rei, pernahkah kau merasa bahwa kita ini hanya bidak dalam permainan besar yang tidak pernah kita pahami sepenuhnya?" tanyaku, menatapnya melalui kaca spion dalam mobil.

Rei menoleh dari kursinya, pandangan penuh perhatian. "Aileen, kita memang hidup di dunia yang keras. Tapi ingat, kita punya pilihan dalam setiap langkah yang kita ambil."

Aku hanya mengangguk, meski dalam hatiku aku merasa pilihan itu sudah ditentukan oleh Dominic sejak lama.

Kami tiba di mansion keluarga Parker dengan cepat. Hujan masih terus turun, membuat suasana semakin suram.

Aku melangkah masuk ke dalam rumah, mencoba menghilangkan rasa dingin yang merayapi tubuhku. Misi selesai, tapi perasaan gelap itu masih ada, mengingatkan pada bayang-bayang masa lalu yang selalu mengikutiku.

Aku langsung menuju ruang kerja Dominic. Aku harus melaporkan hasil misi ini. Sebagai penerus, ini adalah tanggung jawabku. Tetapi, setiap kali aku melihat wajahnya, aku merasakan kebencian yang mendalam. Dia bukan hanya ayahku; dia adalah musuh yang harus kuhadapi suatu hari nanti.

Aku mengetuk pintu ruang kerjanya, dan suara berat yang sudah sangat kukenal mempersilakan masuk.

Dominic duduk di balik meja besar dengan tumpukan dokumen di depannya. Dia menatapku dengan mata dingin yang selalu membuatku merinding.

"Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Target diamankan," aku mengulangi kalimat yang sama yang kuberikan kepada Rei, menyerahkan flash drive yang berisi informasi penting. "Misi berhasil."

Dominic menatap flash drive itu dengan pandangan puas. "Bagus. Kau melakukan pekerjaan yang baik, Aileen."

Tapi pujian itu terdengar kosong di telingaku. Aku tahu dia hanya peduli pada hasil, bukan pada bagaimana aku mencapainya.

Aku berbalik dan meninggalkan ruang kerja, merasa lega karena tugas selesai, tapi juga merasa ada beban yang lebih berat di pundakku.

Saat aku menuju kamarku, aku bertemu Rei di koridor. Dia menatapku dengan pandangan khawatir. "Kau tahu, kau bisa berbicara padaku tentang apa pun, kan?"

Aku tersenyum tipis. "Aku tahu, Rei. Terima kasih."

Rei adalah satu-satunya yang membuatku merasa lebih manusiawi di tengah dunia kejam ini. Bersamanya, aku merasa ada harapan, meski hanya sedikit.

Malam itu, aku duduk di tepi tempat tidur, merenungi langkah-langkah yang telah kuambil.

Masa depan penuh dengan ketidakpastian, tapi satu hal yang pasti: aku tidak akan pernah menjadi seperti ayahku. Aku akan menemukan caraku sendiri untuk memimpin keluarga ini, tanpa harus mengorbankan kemanusiaanku.

Shadow of Betrayal /21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang