Jangan lupa tinggalkan jejak otey
Tandai yang typo~ selamat membaca ~
Lantunan merdu si ayam jago yang bersahutan dengan jam alarm membangunkan seorang pemuda, yang tengah asik membenamkan diri dalam selimut hangatnya. Perlahan dia membuka matanya dan mematikan jam weker di atas nakas, di berjalan ke arah kamar mandi guna mencuci muka terlebih dahulu sebelum memulai masak.
Di dalam dapur dengan lihainya dia memncuci bersih beras kemudian memasukkan kedalam magic com, memotong kacang panjang dan tempe menjadi segi panjang, menyiapkan bumbu-bumbu untuk membuat sambal yang dicampur ikan teri juga tumis kacang panjang tempe. Saat sedang asik memasak tiba-tiba dia merasakan sebuah tangan menepuk bahunya, seketika dia menoleh ke belakang dengan wajah ketakutan.
"Ibuk!" Aryo menghela napas lega karena yang menepuk bahunya adalah sang ibu, melihat sang anak yang ketakutan membuat sang ibu tertawa lepas dan membuat Aryo semakin kesal.
"Tumben kamu sudah bangun? dan bikin sarapan pula!" sang ibu merasa heran dengan putra tunggalnya itu, karena tidak biasanya dia bangun sepagi ini.
"Aryo dapet hukuman disuruh bawa bekal buat Waketos." sang ibu hanya mengangguk, kemudian membantu Aryo memasak sekaligus menyiapkan bekal untuk sang suami. Setelah semua selesai Aryo bergegas mandi dan bersiap berangkat sekolah, karena waktu sudah menunjukkan pukul 5.30.
Sampai di sekolah Aryo langsung bergegas ke dalam kelas, untuk memberikan bekal pada Dwi karena dia sengaja membuat dua bekal. Sampai di dalam kelas di hanya melihat ke tiga temannya, dan tidak melihat Dwi padahal biasanya anak itu datang lebih dulu dari pada dirinya.
"Dwi belum datang?" ketiga temannya Aryo serempak menggelengkan kepalanya, pemuda itu masih setia menunggu Dwi datang tetapi, hingga bel masuk pemuda yang di nanti-nanti oleh Aryo tidak kunjung datang.
Di dalam kelas Arman terlihat sangat bahagia bahkan dia sesekali tersenyum sendiri, hingga membuat teman sebangkunya yang bernama Galuh merasa heran. Takut jika teman sebangkunya itu terkena sawan saat berangkat sekolah.
Bel istirahat telah berbunyi Arman bergegas keluar kelas menuju ruang osis, sepanjang perjalanan banyak siswi-siswi yang menyapa Arman dengan senyum indah mereka. Bahkan ada beberapa yang menawarkan makanan untuknya, tetapi sang waketos itu menolak dengan halus tidak lupa dia berikan senyum ramahnya, yang membuat cekungan di kedua pipinya tercipta.
Sampai di dalam ruang osis Arman terlihat sangat gugup, dia mondar-mandir tidak jelas duduk di singgah sananya, kemudian berdiri bersandar pada meja, kemudian bersandar pada dinding sambil pura-pura membaca buku. Hingga sebuah ketukan mengagetkannya membuatnya semakin kelimpungan Akhirnya dia duduk di bangkunya kembali, merapikan baju seragamnya sebelum mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu masuk.
"Masuk." ucap Arman dengan pura-pura sibuk melihat beberapa kertas di depannya.
"Permisi kak, saya membawakan bekal seperti yang kakak minta." Aryo meletakkan kotak bekal berwarna abu-abu, yang bergambar tom jerry tepat di hadapan Arman.
"Apa ini masakan kamu?" tanya Arman sambil membuka bekal di depannya, yang sontak membuat matanya melotot dan menelan ludah dengan susah payah. Tapi seketika dia merubah raut wajah khawatirnya, menjadi biasa kembali sebelum disadari oleh Aryo.
"Iya kak, kalau begitu saya permisi untuk pergi ke kantin." Arman melihat satu bekal lagi di tangan Aryo, membuatnya berpikir apa sang pujaan hati sudah punya pacar, atau dia sedang mendekati seseorang? dengan susah payah mempertahankan senyumnya, karena dadanya terasa panas dan tiba-tiba dia ingin menghajar seseorang.
"Bekal itu buat siapa?" Aryo menghela napas lelah dengan sikap waketos, yang membuatnya merasa kesal dan ingin memukul wajah tampan sang waketos.
"Saya sendiri." jawab Aryo dengan nada dingin, namun masih tetap menjaga kesopanan di hadapan kakak kelasnga itu.
"Kalau begitu, kamu makan disini saja bersamaku." Aryo menyatuka kedua alisnya, sungguh kali ini dia merasa sangat aneh dengan waketos di depannya. Namun, apa yang bisa dia lakukan selain menuruti peemintaan pemuda di hadapannya, jika tidak sudah pasti dia akan mendapat masalah lagi pula Aryo juga malas untuk pergi ke kantin, karena Dwi tidak masuk hari ini.
Saat memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya, Arman seketika tersedak karena masakan yang di buat oleh Aryo sangat pedas untuknya. Melihat sang kakak kelas Aryo bergegas memberikan minumnya, setelah batuknya reda Arman kembali ingin memasukan makanannya ke dalam mulut tetapi di tahan oleh Aryo.
"Nggak usah di makan."
"Kenapa? inikan buatan kamu, aku tidak bisa menyia-nyiakan usaha kamu."
"Ini terlalu pedas, biar aku belikan di kantin." Arman menahan tangan Aryo, saat dia hendak pergi ke kantin.
"Nggak mau, aku mau makan ini." Arman mengatakan itu dengan terseyum teduh, bagaimana bisa dia tidak memakan masakan sang pacar, eh ralat calon pacar maksudnya.
"Terus?"
"Belikan aku es susu hangat aja, ini uangnya dan belilah minuman untukmu juga." Aryo menerima uang 20ribu, kemudian pergi membeli minuman di kantin.
Selepas kepergian sang pujaan hati Arman seketika bangkit dari duduknya, dan berlari kesana-kemari karena merasakan mulutnya seperti terbakar. Selang beberapa saat Aryo kembali ke ruang osis membawa es susu hangat dan es teh hangat, Arman menerima minumannya dan kembali memakan makanannya dengan keringat bercucuran di dahinya, melihat pemandangan itu membuat Aryo tersenyum tipis sekali.
5 menit sebelum bel berbunyi Aryo sudah kembali ke dalam kelasnya, dan Arman kini terbaring di UKS karena perutnya terasa sangat sakit dan panas. Petugas UKS memanggil teman sebangku Arman guna menemaninya.
"Kamu itu ada-ada ja Man, udah tahu nggak bisa makan pedas malah makan sambel!" omel Galuh yang duduk di samping ranjang UKS, melihat temannya yang sudah pucat dan lemas dia memutuskan untuk mengantarnya pulang.
"Aku telfon Amira dulu, buat ngabarin keadaan kamu." Arman hanya mengangguk lemah karena tubuhnya sudah sangat lemas, karena berkali-kali ke kamar mandi. Saat hendak menelfon saudari kembar temannya itu, lebih dulu gadis itu menelfon sang kakak yang di angkat oleh Galuh.
"Halo, Ra"
"Wah hebat, kalau kembar emang bisa gitu ya?"
"Hehehe maaf, tadi Arman habis makan sambel terus mencret deh."
"Oke, nanti aku anter Arman keluar. Kalau udah sampai telfon aja ya." Galuh menutup telfon dan mengembalikan ponselnya ke pada Arman.
Byersyambyung ...
Jangan lupa vote dan komen biar gua semangat nulisnya
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (BxB)
Fiksi RemajaJika ketos dan waketos biasanya, identik dengan sikap dingin, irit bicara, tatapan tajam. Tapi itu tidak berlaku untuk seorang Arman Yudhistira, waketos yang humble, humoris, dengan lesung pipi di kedua pipinya saat tersenyum. Siapa yang sangka jika...