10: Sepotong Kue Cokelat

913 123 16
                                    

"Pagi!"

"Hei, pagi!" sapa Shiyu kepada gadis berwajah mungil dengan senyuman manisnya yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri, Shanshan.

Shanshan menghampiri Shiyu dan ikut bergabung duduk bersama Shiyu di bench lapangan. Terlihat Shiyu sedang merapihkan tasnya setelah dirinya mengeluarkan seragam cheers kebanggaannya itu.

"Udah mau ganti baju?" tanya Shanshan.

"Belum, lagi siap-siap aja. Belum ada yang datang juga." jawab Shiyu.

Anggota cheers yang sudah hadir memang baru Shiyu dan Shanshan. Wajar saja, saat ini waktu baru menunjukkan pukul 8.15. Rata-rata anggota cheers lainnya datang sekitar pukul 8.45.

"Kamu tumben datang jam segini, pagi banget." ucap Shiyu.

"Tadi aku kesini bareng Sanyi, jadwal ekskul jurnalistik jam setengah sembilan, jadi mau gak mau aku ikutin jadwal dia."

Shiyu tersenyum menggoda menatap sahabatnya. "Mainnya udah antar-jemput ya sekarang."

"Iya, dong! Emangnya kamu aja yang bisa berangkat-pulang sekolah bareng gebetan." balas Shanshan tak mau kalah.

Hening sesaat. Shanshan menyadari ada yang berbeda dari sahabatnya tersebut kembali membuka suara.

"Ngomong-ngomong, kok kamu di sini? Gak mau nontonin Wang Yi di sebelah?" tanya Shanshan sambil menunjuk ke arah lapangan di samping mereka. Dirinya juga sejak tadi menyadari bahwa Shiyu selalu mencuri pandang ke arah tim basket yang sedang latihan.

Shiyu menghela napas lemah. "Wang Yi kayaknya lagi gak mood. Aku gak mau makin ngerusak mood-nya kalau ada di sana."

"Kenapa? Kalian berdebat lagi?" 

Cerita tentang perdebatan sehari-hari Shiyu dan Wang Yi sudah menjadi hal biasa bagi Shanshan.

"Justru gak ada perdebatan apapun. Aku gak tau kenapa tadi pagi pas kita mau berangkat dia cuma diem dan natap aku dengan tatapan yang gak bisa aku artikan."

Shanshan diam dan berpikir, mencoba menerka-nerka apa yang terjadi pada Wang Yi. Tatapannya kini mengikuti arah tatapan Shiyu, tepatnya ke arah Wang Yi yang sedang latihan.

"Dia keliatan jago main basketnya. Aku denger dari Sanyi kalau dia hampir jadi atlet basket." ucap Shanshan saat melihat Wang Yi sedang lihai men-dribble bola.

"Oh ya?!" mata Shiyu seketika menjadi berbinar mendengar penuturan Shanshan. "Sanyi cerita apa lagi tentang Wang Yi? Dia kayaknya tau banyak ya soal Wang Yi."

Shanshan mengangguk. "Mereka sama-sama pindahan dari Suzhou. Mereka satu sekolah saat SMP."

Shiyu ber-oh ria mendengarnya. Tidak heran Sanyi bisa tau banyak tentang Wang Yi, mengingat sosok Wang Yi yang sangat tertutup dan misterius.

"Hubungan kamu sama Sanyi kayaknya maju terus ya progress-nya." ucap Shiyu tiba-tiba berganti topik.

Shanshan yang tau arah ucapan Shiyu hanya tersenyum tipis. Ia menyadari sahabatnya kini sedang sedih karena hubungannya dengan Wang Yi tidak mencapai titik apapun, bahkan mungkin saat ini sedang memburuk.

"Mungkin Wang Yi cuma lagi lelah atau ada masalah di rumahnya. Tuh, kamu liat! Dia keliatan bahagia pas main basket dan mood-nya kayaknya udah membaik."

Shiyu kembali memperhatikan Wang Yi yang kini sedang tersenyum bangga setelah mencetak poin. Tanpa sadar Shiyu ikut tersenyum karenanya. Walaupun hanya terlihat samar dari jauh, Shiyu bisa merasakan kebahagiaan saat melihat senyum tulus Wang Yi tersebut.

WangYi: My Crush, My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang