8: Tidak Mungkin Semudah Itu

789 121 23
                                    

Author's POV

"Wang Yi!"

"Hnggg.."

"WANG YI!"

"AAAAAA!!!"

BRUK!

"Wang Yi! Kamu gak apa-apa?!"

Shiyu secara terburu-buru melepaskan helm full face  yang ia pakai dan langsung berlari menghampiri Wang Yi yang terjatuh dari kasur. Baru 2 hari Shiyu membangunkan Wang Yi di pagi hari, dan sudah 2 kali pula Wang Yi terjatuh dari kasurnya karena ulah Shiyu.

Wang Yi tidak mengindahkan uluran tangan Shiyu yang berniat membantu dirinya. Ia memilih untuk bangkit sendiri. Tangannya mengelus-elus bokongnya yang terasa sakit akibat terjatuh tadi.

Shiyu memang berhasil membangunkan Wang Yi dengan secepat kilat. Namun, bukan hanya jiwa dan raga Wang Yi yang terbangun, tapi juga amarahnya.

Wang Yi menatap Shiyu dengan tajam sambil berkacak pinggang.

"Kamu ngapain sih ke kamar aku pakai helm gitu?! Udah full face, warna hitam lagi." omel Wang Yi.

Sebenarnya, sangat wajar Wang Yi kesal. Bagaimana tidak? Pemandangan pertama kali saat ia membuka mata adalah Shiyu yang sedang duduk di pinggir kasurnya dengan menggunakan helm full face hitam yang kacanya ditutup. Tentu saja Wang Yi terkejut setengah mati. Ia takut jika saja orang tersebut adalah penjahat yang ingin mencelakainya.

Shiyu mengerucutkan bibirnya sambil menunduk. Ia merasa bersalah telah membuat Wang Yi kesal pagi ini.

"Maaf ya.." lirihnya.

Wang Yi yang sebelumnya ingin kembali mengumpat, tiba-tiba saja lupa dengan apa yang ingin ia ucapkan saat mendengar permintaan maaf Shiyu yang terdengar sangat lembut dan tulus.

Tak ingin berbicara lagi, Wang Yi langsung mengambil handuknya yang tergantung dan pergi menuju kamar mandi. Shiyu hanya bisa melihatnya dengan pasrah. Ia mengambil helmnya dan keluar dari kamar Wang Yi.

"Shiyu? Wang Yi nya udah bangun? Tadi aku dengar ada suara teriakan, kalian gak apa-apa?" tanya Kak Yao yang sedang sarapan di meja makan. Sedangkan Mama Wang Yi sedang sibuk di dapur menyiapkan bekal Wang Yi.

"Wang Yi nya udah bangun, Kak. Sekarang lagi mandi." jawab Shiyu saat dirinya sudah ikut bergabung di meja makan.

"Shiyu kenapa mukanya lesu begitu? Habis diapain sama Wang Yi?" tanya Mama Wang Yi yang juga sudah ikut bergabung di meja makan. Bekal Wang Yi yang sudah siap ia taruh di meja.

"Bukan salah Wang Yi kok, Tante. Tadi aku mau iseng bangunin Wang Yi pakai helm ini," Shiyu menunjuk ke helmnya yang ia taruh di bangku sebelahnya. "Wang Yi nya kaget, terus jatuh dari kasur. Maafin aku ya, Tan." lanjut Shiyu dengan raut wajah merasa bersalah.

Mama Wang Yi hanya tersenyum. Sedangkan Kak Yao sudah tertawa kencang. 

"Hahaha harusnya tadi aku lihat pas kamu bangunin Wang Yi. Aku mau lihat muka kagetnya."

"Hush! Yaoyao! Jangan ikutan iseng ah sama adik kamu."

"Haha gak apa-apa, Ma. Lagipula triknya Shiyu ternyata ampuh kan buat bangunin Wang Yi. Kayaknya Shiyu emang cocok jadi pawangnya Wang Yi." lanjut Kak Yao sambil memberikan smirk menggoda ke Shiyu. 

Shiyu yang mendengar hal tersebut menjadi tersipu malu. Ia hanya menunduk tidak menanggapi.

Obrolan ketiganya terus berlanjut sampai dengan Wang Yi turun dari lantai 2 dan menghampiri ketiganya di meja makan. 

"Eh, udah siap anak mama. Ini bekal sarapan dan makan siangnya." Mama Wang Yi memberikan dua kotak bekal yang langsung diambil oleh Wang Yi dan dimasukkan ke dalam tasnya.

Wang Yi berpamitan dengan mamanya dan Kak Yao. Ia tidak melirik ke arah Shiyu sedikitpun, seolah-olah Shiyu tidak berada di sana.

Melihat Wang Yi sudah berjalan keluar, Shiyu teburu-buru menyusulnya.

"Tante, Kak Yao, aku pamit ya."

"Iya, Shiyu. Hati-hati ya, Sayang." 

Saat keduanya sudah keluar rumah, Kak Yao membuka percakapan kembali dengan mamanya. "Gimana menurut Mama? Apa Shiyu bisa bikin Wang Yi kayak dulu lagi?"

"Semoga aja ya, Kak."

***

Wang Yi yang sudah bersiap di atas motornya kini memperhatikan Shiyu yang sibuk memakai jaket, menguncir rambur, serta memakai helmnya.

"Kenapa dia jadi lebih siap gini, sih?!" batin Wang Yi. Rencananya kemarin untuk membuat Shiyu kapok pergi ke sekolah bersamanya sepertinya sia-sia.

Kemarin, selama perjalanan ke sekolah Wang Yi sengaja mengebut dan membuat Shiyu berkali-kali berteriak ketakutan. Selain itu, penampilan Shiyu juga menjadi sangat berantakan. Rambutnya yang digerai menjadi acak-acakan terkena angin selama perjalanan. Sesampainya di sekolah pun Shiyu memilih untuk duduk sejenak di tempat parkir untuk menetralkan detak jantungnya yang dibuat berpacu kencang oleh ulang Wang Yi.

"Inget ya, aku gak pernah maksa kamu untuk pergi ke sekolah bareng. Kalau mau bareng, ya kayak gini akibatnya." kira-kira seperti itulah ucapan Wang Yi sesaat sebelum dirinya meninggalkan Shiyu di parkiran sendirian.

"Kamu pikir aku akan menyerah semudah itu, Wang Yi?! Kita lihat aja nanti siapa yang akan mengalah!" tekad Shiyu.

Saat pulang sekolah kemarin pun Wang Yi sengaja keluar kelas lebih cepat. Ia segera pulang meninggalkan Shiyu tanpa memberi kabar apapun. Shiyu yang melihat motor Wang Yi keluar gerbang sekolah hanya menghela napas lemah.

Shansan dan Xinyu yang melihat hal tersebut hanya bisa menyemangati sahabatnya tersebut. Keduanya sudah mendengar semua cerita Shiyu terkait semesta yang menakdirkan Shiyu dan Wang Yi bertetangga, sampai dengan semesta yang membuat dirinya pergi ke sekolah bersama dengan Wang Yi. 

Melihat sahabatnya seperti dicampakkan, Shanshan dan Xinyu langsung membuat rencana dengan Shiyu. Ketiganya akan mendukung apapun perjuangan Shiyu untuk mendapatkan hati Wang Yi. Oleh sebab itu, sepulang sekolah keduanya menemani Shiyu pergi ke Mall untuk membeli jaket dan helm baru. Mereka akan membuat Wang Yi menyadari bahwa Shiyu tidak main-main untuk mendapatkan hati gadis tersebut.

***

Zhou Shiyu's POV

Hari ini aku pergi ke sekolah dengan lebih siap. Aku sengaja membeli jaket dan helm baru untuk menyesuaikan dengan motor dan penampilan Wang Yi. Aku juga sudah mulai terbiasa dengan cara menyetir Wang Yi. Saat aku tau ia akan mengebut, aku hanya perlu memeluknya lebih erat. Aku tidak masalah memeluknya seerat ini, justru aku rasa ia yang akan mulai goyah untuk menantangku. 

Aku tau Wang Yi kemarin sengaja membuatku tidak nyaman. Aku tau ia tidak ingin pergi ke sekolah bersamaku. Tapi, ini bukan kemauanku semata, bukan? Keluarga kami yang berkali-kali mendukung kami untuk pergi ke sekolah bersama. Dan mulai hari ini akan aku buktikan bahwa aku bukan gadis yang mudah menyerah seperti yang Wang Yi pikirkan.

Sesampainya di sekolah, aku langsung membuka helm dan melepas kunciran rambutku. Aku sengaja mengibaskan rambutku di depan Wang Yi. Kulihat ia juga sempat terdiam menatapku. 

Aku tersenyum tipis. Ia yang menyadari aku tersenyum langsung terburu-buru melepas helmnya dan turun dari motor.

"Ini." ucapku sambil menyerahkan helmku pada Wang Yi, membuat langkah Wang Yi yang ingin meninggalkanku lebih dulu terhenti.

Melihatnya hanya diam dan bingung saat menerima helmku, aku kembali berbicara. "Aku pergi ke sekolah bareng kamu, jadi pulangnya juga harus bareng. Helmnya taruh di motor kamu aja ya. Jangan lupa nanti tungguin aku. Bye, Wang Yi!" ucapku dengan penuh kepercayaan diri. Tak lupa aku juga memberikan kedipan mata genit andalanku pada Wang Yi.

Saat aku berbalik badan untuk meninggalkannya, aku tidak bisa lagi menyembunyikan tawaku saat membayangkan wajah terkejutnya tadi. Ia sepertinya sangat terkejut melihat sikapku yang sangat berani, bertolak belakang dengan rencana yang ada di otaknya.

Kamu salah jika berpikir aku seperti gadis pada umumnya, Wang Yi. Kalau ini memang caramu mengujiku, maka dengan senang hati aku akan menerjangnya untuk mendapatkan kamu.

WangYi: My Crush, My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang