chapter 2

0 0 0
                                    

HAPPY READING

***

Kivano mempijakkan kakinya memasuki ruang perpustakaan yang sunyi dan tenang itu. Bel istirahat kedua sudah berbunyi sedari 10 menit yang lalu. Namun, Kivano memilih untuk menuju perpustakaan daripada harus bergabung dengan teman-temannya yang sibuk membicarakan gosip terbaru sekolah.

Kivano melangkahkan kakinya menuju rak buku non-fiksi. Mencari buku yang harusnya menarik perhatiannya untuk mengambilnya. Matanya sibuk membaca judul satu-persatu buku yang tersusun rapih di rak itu, membuat ia tidak menyadari bahwa di sampingnya ada seseorang yang juga tengah mencari buku.

"Aduh!"

Kivano menyeimbangkan tubuhnya ketika tak sengaja menyenggol seseorang di sebelahnya. Tangannya memegang rak buku di hadapannya agar tubuhnya tidak terjatuh.

"Sorry." Seru Kivano.

Namun, detik selanjutnya alis kiri milik Kivano mendadak naik. Seseorang yang disenggolnya adalah seorang perempuan yang hampir ditabraknya pagi tadi.

"Lo yang hampir nabrak gue tadi pagi kan?"

Keira, mata Kivano membaca badge nama yang tertera di seragam gadis itu. Tepat seperti nama yang disebutkan oleh Radiksa tadi saat di kantin.

"Itu parkiran. Tempat kendaraan lewat." Ucap Kivano tanpa menoleh sekali pun ke arah Keira yang bersedikap dada menatapnya.

"Masa lo gak liat gue di situ sih? Alesan! Bilang aja lo punya niat buat sengaja mau nabrak gue!" Sahut Keira tanpa mau kalah. Padahal Kivano tadi sudah jelas-jelas mengatakan apa fungsi dari parkiran.

Kivano melirik sekilas Keira, lalu tangannya terangkat mengambil satu buku di rak paling atas.

"Gue udah bilang, itu parkiran." Kivano membalikkan tubuhnya, berniat meninggalkan Keira untuk mencari tempat duduk.

"Lagian gue gak ada niatan buat nabrak lo."

Keira mendengus sebal mendengar jawaban Kivano dan melihat Kivano yang meninggalkannya tanpa permisi. Itukah ketua geng Laskar yang dibanggakan oleh Saski dan Olivia di kantin tadi?

Nyatanya, ketua yang dibanggakan itu tidak punya sama sekali sopan santun. Keira mengalihkan perhatiannya.

"Ketua apaan kayak gitu? Ketua tuh tau adab!"

**

"Lo tadi dihukum sama Bu Ririn?"

Karel menaikkan kepalanya. Aktivitas mengikat tali sepatunya kini teralih pada Keira yang menatap Karel datar.

"Oliv cerita heboh ya?" Tanya Karel, lalu duduk dibangku sebelah Keira.

"Iya, katanya lo main billiard sampe pagi."

Karel terkekeh. "Gak sampe pagi juga sih, cuma ditantang aja dan gua bukan orang yang suka ditantang."

Keira memutar bola matanya. Karel selalu begitu. Banyak alasan yang bisa digunakan oleh lelaki itu untuk menjawab pernyataan Keira.

"Lagian dihukum gitu doang mah kecil bagi gua." Ucap Karel menunjukkan jari telunjuk dan ibu jarinya seperti membentuk huruf 'C'.

LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang