4. Teru Teru Bozu

5 1 0
                                    

—○●○—

BIASANYA, Jo akan menghabiskan hari Minggunya dengan bersantai di dalam kamar sembari bermain permainan dalam ponselnya. Untuk saat ini, ia sedang tidak ingin memikirkan segudang tugas yang harus ia selesaikan dalam waktu dekat, atau memikirkan sosok Hikari yang sudah tidak ia temui lagi selama nyaris dua minggu. Jo tidak bisa mengelak jika bayang-bayang Hikari terus berputar dalam otaknya bak kaset rusak.

Sayangnya, waktu sendiri Jo tidak bertahan lama setelah pintu kamarnya tiba-tiba dibuka oleh Eri. Jo semakin tidak suka kala ia melihat Eri menenteng keranjang penuh cookies buatannya.

"Antarkan ini ke rumah Hikari." Jo sudah mengira. Kedatangan Eri bukan hal yang bagus. "Aku tidak mau tau apa yang terjadi dengan kamu dan Hikari. Pokoknya, antarkan saja kue ini padanya."

Jo mendengus. Eri berlalu begitu saja setelah meletakkan keranjang tepat di atas meja nakas samping ranjangnya. Itu artinya, Eri sama sekali tidak menerima penolakan apapun dari Jo. Bahkan perempuan itu tidak ditemukan dimanapun setelah memerintahnya.

Di luar sana, matahari sedang bersembunyi di balik awan tebal berwarna abu-abu. Jo sempat memperhatikan pergerakan awan itu sebelum ia meraih sepeda ontel miliknya yang terparkir di garasi rumah bersebelahan dengan mobil milik Eri. Rumah Hikari tidak jauh dari rumahnya. Mungkin akan membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk tiba di sana.

Jo mengayuh sepedanya dengan tidak semangat. Ia memikirkan bagaimana reaksi Hikari ketika melihatnya berdiri di depan pintu rumah setelah pertengkaran mereka silam. Mungkinkah kali ini ia akan mendapatkan bantingan pintu tepat di depan wajahnya, seperti drama-drama romantis yang sering mamanya tonton. Atau yang paling dramatis, Hikari tidak akan membukakan pintu untuknya, dan ia akan tetap berdiri di depan pagar rumahnya dengan tubuh basah—kebetulan menurut ramalan cuaca sebentar lagi hujan akan turun. Setelah dipikirkan lagi, itu terdengar konyol.

Perlu melewati sekitar tiga komplek perumahan lagi agar sampai pada rumah Hikari, tetapi Jo sudah bisa melihat jalanan mulai basah karena rintik hujan. Ia semakin mempercepat kayuhan pada sepedanya, dan tibalah ia di depan sebuah rumah berpagar tinggi berwarna hitam.

Rintik hujan semakin membasahi tubuh Jo kala ia memencet bel dari luar. Tak lama muncul sosok yang dicarinya berlari menuju pintu gerbang bersama payung yang dibawanya.

"Aku terkejut kamu ke rumah," katanya, yang justru terdengar seperti sindiraan di telinga Jo—kita kan sedang musuhan, kenapa kamu datang ke rumah?

Hikari menyuruhnya masuk setelah memarkirkan sepedanya ke dalam garasi rumahnya. Beruntungnya hujan tidak begitu lebat, sehingga tubuhnya tidak basah kuyup. Dengan canggung, sambil menenteng keranjang berisi cookies, Jo mengikuti Hikari menuju ruang tengah, sementara si pemilik rumah berlalu menuju dapur.

Jo duduk pada salah satu kursi di sana, tepat di depan perapian yang menyala. Terlihat dari bekas kayu bakar yang berceceran di lantai, Jo mengira bahwa perapian ini sudah lama dinyalakan sebelum ia kemari. Lalu, pandangannya beralih pada sesuatu yang menggantung di jendela. Sebuah boneka putih terbuat dari kain yang dililit benang, dan kedua matanya yang sengaja digambar dengan spidol hitam. Jo beranjak untuk melihat lebih dekat boneka-boneka itu.

 Jo beranjak untuk melihat lebih dekat boneka-boneka itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
さみだれ (SAMIDARE)Where stories live. Discover now